Malam itu Jaehyun berbaring nyalang di atas tempat tidurnya, memikirkan hidupnya. Rasanya menyenangkan mempunyai orangtua yang kaya, tidak pernah kekurangan, tidak perlu mencemaskan soal tempat untuk berteduh atau soal makanan untuk disantap. Meski begitu semua yang dimiliki oleh ayahnya tidak pernah bisa membuatnya benar-benar bahagia. Kenyataan itu benar-benar terlihat dengan gamblang saat dia berpisah dengan Johnny. Dia memandang kosong langit-langit kamar pondoknya dan menyadari betapa tidak berartinya semua yang selama ini dia miliki jika tidak ada Johnny disisinya.
Ketika mereka berkencan sebelumnya, Jaehyun menyadari bahwa Johnny merasa dirinya jauh di luar jangkauan pria itu. Pada lebih dari satu kesempatan, Johnny menyuarakan dengan lantang kekhawatirannya bahwa dia takkan bisa menghidupi Jaehyun seperti apa yang ayah pemuda manis itu lakukan. Pria itu telah menanyakan berulang kali mengenai perasaannya seandainya mereka menikah dan Johnny hanya mampu memberikan segala yang Jaehyun butuhkan, bukan segala yang pemuda manis itu inginkan. Dia telah memberitahu Johnny bahwa itu sama sekali bukan masalah, tapi pria itu tidak pernah benar-benar percaya, dan saat itu, dia sendiri juga tidak yakin apakah dia percaya.
Mingyu telah memberinya berbagai macam barang dan semua itu tidak membuatnya bahagia, dan tiba-tiba Jaehyun menyadari mungkin itulah yang ibunya maksud ketika memperingatkannya bahwa Mingyu tidak akan pernah bisa membuatnya bahagia. Tidak lama setelah pikiran itu terlintas, dia merasa penasaran apakah ibunya benar-benar bahagia hidup bersama ayahnya. Menengok kembali ke belakang, dia ingat beberapa komentar singkat ibunya saat ibunya meminta ayahnya pulang lebih awal agar bisa melewatkan waktu bersama mereka. Waktu. Itulah anugerah terbaik, satu hal yang tidak bisa dibeli dengan uang.
Sembari mendesah, Jaehyun berbaring menyamping. Dia berada di sini begitu pula dengan Johnny, dan mereka memiliki semua waktu di dunia ini untuk menyelesaikan semua masalah mereka.
***
Jaehyun menarik selimut hingga menutupi kepalanya, tetapi ketukan di pintu terus berlanjut. Sambil mengerang pelan, dia turun dari tempat tidur, dan melangkah dengan bertelanjang kaki. Siapa sih yang membangunkannya pada jam segini? Siapa lagi jika bukan Johnny? Batinnya. Hanya memikirkan pria itu membuat dia tersenyum saat membuka pintu.
"Selamat pagi, Jaehyun."
Jaehyun menatap pria yang berdiri di serambi depan. Pria itu mengenakan kemeja berlengan panjang, jeans dengan lipatan yang cukup tajam, dan sepasang sepatu bot yang super mengkilap. Jaehyun memejamkan matanya sejenak, yakin dirinya sedang bermimpi. Tetapi, begitu dia membuka matanya lagi, pria itu masih berada di situ.
"Mingyu!? Apa yang kau lakukkan di sini? Dari sekian banyak tempat mengapa kau bisa ada di sini?" tanya Jaehyun kaget bercampur heran.
"Apa kau tidak ingin mengundangku masuk?"
"Apa? Oh, tentu." Jaehyun mundur selangkah. "Masuklah."
Seraya menutup pintu, Jaehyun menghela napas dalam-dalam, lalu duduk di sofa, memberi isyarat kepada Mingyu untuk bergabung dengannya. "Apa yang kau lakukan di sini?"
Mingyu menatap Jaehyun. "Menurutmu apa yang sedang aku lakukan di sini?"
Jaehyun menggeleng pelan. "Aku tidak tahu."
"Aku datang untuk mengajakmu pulang, tentu saja. Sudah waktunya kau kembali pada akal sehatmu."
"Aku belum siap untuk pulang."
Mingyu tersenyum sabar. "Aku sudah mengira kau akan berkata seperti itu, jadi aku memutuskan untuk menyewa salah satu kamar di sini."
Tubuh Jaehyun terkesiap. "Kau akan menginap di sini?"
"Ya," jawab Mingyu singkat.
Jaehyun mengerutkan dahinya. "Mingyu, bagaimana kau bisa menemukan aku di sini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dude Ranch Bride (Johnjae)
ФанфикJaehyun memutuskan untuk melarikan diri dari pernikahannya dan bersembunyi di Jeju. Namun, disana dia justru bertemu dengan mantan kekasihnya, Johnny Seo. Pria yang sangat dicintainya hingga saat ini. Apakah perasaan pria itu juga tak berubah terhad...