Hari ini hari senin, hari di mana para pengais rezeki kembali pada aktivitasnya. Momen hari kemenangan pun telah usai. Menyisakan lembaran-lembaran baru untuk kehidupan yang baru pula.
Di kasurnya, Aska bolak-balik menggerakkan badan hingga sisi kasur tampak kusut tak berbentuk. Matanya terserang kantuk hebat, tapi ketika dipejamkan, lelap tak benar-benar datang menghampiri. Ini terjadi sejak ia bangun jam empat subuh tadi. Bahkan sebelum Arga dan Arkan bangun untuk bersiap bekerja.
Di jam yang sudah mulai menunjuk ke angka sembilan itu, sudah sepatutnya Aska beranjak meninggalkan kasur. Tapi remaja kurus itu memilih menetap. Berguling tak karuan mencari sisi sprei yang dingin sembari membayangkan apapun yang terlintas di pikiran. Bahkan untuk sekadar mengisi perut pun, Aska tak ingin.
Saat menatap plafon, tiba-tiba wajah sang ibu muncul. Wanita yang belum genap tujuh belas tahun mendampinginya di dunia itu tampak tersenyum dengan tahi lalat khas-nya di bagian ujung mata kiri. Sontak Aska tersenyum. Matanya memejam guna kembali memutar kenangan-kenangan yang wanita itu tinggalkan untuknya.
'Adek kenapa lagi, heum?'
'Tadi di sekolah adek diejek, Ma. Masa mereka bilang adek anak setan cuma karena adek nggak tau siapa papanya adek.'
'Hum, kok gitu? Emang yang mana sih yang ngatain kamu? Besok biar mama datengin trus jewer kupingnya. Enak aja dia ngatain anak mama anaknya setan.'
'Itu, Ma! Anaknya tinggi, gede, pokoknya di gigi dia ada item-itemnya gitu. Namanya Genta.'
'Oke, besok kita marahin, ya. Sini sayang, mama peluk.'
KAMU SEDANG MEMBACA
Brothersick
أدب المراهقين#Teenfiction #Sicklit #Chimon Namanya Aska Aileen Nagarjuna, remaja bermulut kotor yang sialnya memiliki wajah kelewat manis. Alergi mencium yang berbau kebahagiaan dan keluarga membuatnya tumbuh menjadi anak yang sangat tertutup. Dirundung akibat t...