Blarr!!!!
Zrasshhh!!!
Malam ini, hujan sangat lebat. Bahkan petir pun silih berganti menampakkan dirinya yang membuat suasana cukup suram.
"Papa ... aku takut," gumam seorang gadis kecil bersurai oranye yang kini telah membungkus dirinya dengan selimut rapat-rapat.
Blarr!!!
"Papa!" Sang gadis pun berteriak ketakutan karena petir menyambar begitu keras.
Klik~
"Sayang ...," suara lembut dan penuh kasih sayang pun muncul dari pintu yang baru saja terbuka. Namun, gadis kecil itu tidak beranjak dari kasurnya. Ia sangat ketakutan.
"Sayang, ayo bangun," ucapan itu membuat sang gadis membuka selimutnya perlahan dan melihat sosok putih penuh cahaya dihadapannya.
"Malaikat?" ucap sang gadis dengan lugunya yang dibalas dengan senyuman oleh lawan bicaranya.
"Iya, aku adalah malaikatmu," ucapnya dengan penuh kehangatan.
"Apa artinya aku sudah mati?" tanya sang gadis kecil yang membuat wanita dihadapannya tertawa gemas lalu berkata, "Tidak, sayang. Kamu belum saatnya mati."
"Lalu, mengapa ada malaikat kesini? Apa papa mengirim malaikat untuk menemui ku?" tanyanya dengan tatapan penuh harap.
"Iya, papamu yang mengirim malaikat kemari untuk menjagamu sementara," jawabnya dengan penuh kasih sayang.
Tak lama kemudian, senyuman pun merekah di bibir mungil sang gadis kecil. Lalu, ia pun tertawa bahagia, seolah-olah ketakutan telah sirna sepenuhnya dari dalam dirinya.
"Ada apa, hm?" tanya wanita itu.
"Ternyata papa masih menyayangiku," jawabnya dengan senyuman manis.
"Ada apa, sayang? Mengapa kau sampai berpikir seperti itu pada papamu?"
"Karena papa selalu sibuk dan selalu pulang disaat ku sudah lelap," jawab sang gadis dengan polosnya.
Tangan wanita itupun terulur dan mengelus surai gadis kecil itu. Ia tersenyum, sebuah senyuman yang menyiratkan kesedihan maupun maklum yang takkan pernah dimengerti oleh anak kecil.
"Malaikat, apa kau punya nama?" tanya gadis kecil itu dengan tatapan berbinar-binar.
"Tentu," jawabnya dengan senyuman yang belum luntur dari wajah manisnya.
"Siapa namamu?"
"Namaku adalah ...."
*****
Tititit~
Tititit~
Tititit~
"Hngh ...," lenguh seorang gadis yang kini tengah merenggangkan badannya setelah tidur. Setelahnya, ia pun segera mematikan alarm lalu duduk sebentar untuk mengumpulkan nyawa.
'Mimpi itu lagi,' batin sang gadis.
Saat ini, sang gadis tampak lelah atas mimpi yang ia terima. Bagaimana tidak, mimpi itu terus-menerus terulang disaat ia telah memasuki usia tujuh belas tahun.

KAMU SEDANG MEMBACA
Only Your Stars : Polifonik
FanfictionAnak, satu kata yang sangat indah bagi dua insan yang telah menikah. Bahkan kehadirannya sangat dinantikan oleh siapapun. Namun tidak semua anak terlahir dalam kondisi yang sama, seperti yang dialami oleh anak para idola. Mereka dibesarkan secara kh...