Mobil meluncur menuju kantor. Di sepanjang perjalanan, Alvendra hanya duduk diam. Tak ada yang menarik perhatiannya, baik pemandangan kota maupun suasana kota. Al menyandarkan kepalanya, berharap setiap harinya dapat berganti hari lagi dengan cepat. Sungguh, hidup yang hambar. Entah kapan, lelaki berusia 24 tahun itu dapat merasakan gairah hidup kembali. Ia hanya menjalani kehidupannya mengalir seperti air. Entah juga pada siapa Al bisa melabuhkan hatinya lagi. Lalu berujung pada muara cinta yang sesungguhnya. Sayang, Al sudah tiada tertarik lagi untuk mencintai atau pun jatuh cinta.
Sekertaris Yan melirik Al lewat kaca spion tengah kabin. Ia melihat tuan mudanya itu memejamkan mata. ‘Apa sudah tidak ada semangat hidup lagi bagimu, Tuan Muda. Apa cinta bisa membuat Anda sehancur itu? Cinta. Bahkan aku pun tidak tahu seperti apa rasanya jatuh cinta.’ Sekertaris Yan sedikit membenci pikirannya sendiri. Selama ini, sekertaris Yan pun hanya fokus bekerja, mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan perusahaan. Jadi, tidak ada waktu baginya untuk menyukai seorang gadis. Bahkan, ia pun belum pernah tertarik untuk mencoba jatuh hati pada wanita. Entahlah. Apakah dia juga akan melabuhkan hatinya pada seseorang nantinya? Saksikan terus kisah di novel ini, ya? He-he.
Setelah berjalan sekitar lima belas menit, mobil pun sampai di sebuah gedung yang terbilang besar. Bangunannya tinggi. Parkirannya pun sangat luas. Di depan gedung berdiri beberapa orang laki-laki bertubuh tinggi-besar, raut mukanya garang, dan ... ya, mereka adalah orang-orang yang bertugas untuk menjaga keamanan dan ketertiban di sekitar lingkungan perusahaan. Ya, inilah dia, gedung raksasa Alathha Group. Perusahaan terbesar di kota ini yang memiliki pengaruh besar pula terhadap lingkungan dan kemajuan kota. Dulu, nama perusahaan ini adalah Antariksa group, tetapi setelah Wijaya memiliki dua putranya, yaitu Attha dan Al, perusahaan resmi berganti nama menjadi ALATTHA GROUP. Nama itu diambil dari kedua nama putranya.
“Kita sudah sampai, Tuan Muda.”
Al membuka matanya segera. Kedua mata elangnya segera menangkap tulisan besar yang terpampang di bagian depan gedung tersebut. Alattha Group. Heh, aku sudah sampai di perusahaan milik Wijaya itu rupanya.
Kupikir Anda tidur, Tuan Muda. Sekertaris Yan bergumam dalam hati.
Kedua lelaki tampan itu pun keluar dari mobil. Para penjaga bergegas menyambut kedatangan tuan muda baru mereka. Tentu saja, sekertaris Yan sudah mengatur semuanya. Bahwa hari ini, akan ada pemimpin perusahaan baru Alattha Group, yaitu putra kedua Wijaya.
Para bodyguard menunduk hormat, menyambut Al. Kemudian sekertaris Yan membawa tuan mudanya itu masuk ke dalam kantor. Para karyawan dan seluruh pekerja di dalam gedung kantor Alattha Group pun segera menunduk, memberikan penghormatan dan menyambut kedatangan Al. Semua sudah diatur sedemikian oleh sekretaris Yan—orang yang memiliki pengaruh besar di Alattha Group. Dan ya, tentu saja ia pun bisa melakukan apa saja sebagai kaki-tangan perusahaan besar itu.
Sekertaris Yan memperkenalkan Alvendra sebagai Presdir atau CEO baru Alattha Group, sebagai pengganti Attharrazka yang dipindahtugaskan oleh ayahnya untuk mengurus perusahaan yang berada di luar negeri.
Setelah itu, sekertaris Yan menunjukkan ruang kerja CEO Alattha Group. Yaitu ruangan tertinggi di gedung raksasa itu. Ruang yang tidak sembarang orang bisa memasukinya.
Sekertaris Yan menjelaskan berbagai hal tentang kepemimpinan Al di Alattha Group. Semua diatur sesuai rencana oleh sekretaris jomlo itu, ha-ha.
Di ruang staf sekertaris, para pekerja kantor itu tengah berbincang ria. Eh, bukan, lebih tepatnya bergosip ria mengenai keluarga Wijaya yang mereka sendiri justru belum mengetahui kebenarannya. Mereka asyik membicarakan tentang Attharazka yang berpacaran dengan seorang model cantik bernama Marsya. Serta bergosip tentang Alvendra yang ternyata dijodohkan dengan Clara—putri almarhum Zayn Syahreza. Zayn adalah sahabat karib Wijaya. Entah apa yang menyebabkan perjodohan itu ada, mari kita simak di episode selanjutnya, he-he.
“Ya, adiknya juga sangat tampan.” Salah seorang berkata.
“Tuan Attha dan Tuan Al sama-sama tampan.” Seseorang yang lain turut berpendapat.
“Dan mereka sama-sama dingin. Apa lelaki tampan itu harus pandai bersikap dingin?”
Suara tawa mereka segera lenyap menyadari Sekertaris Yan sudah berada tidak jauh sedang memperhatikan mereka.
“Eh, sejak kapan sekertaris kulkas itu memperhatikan kita?” Mereka mulai berbisik.
“Wah, gawat!”
Mereka mulai panik ketika Sekertaris Yan berjalan mendekat. Ketiga wanita itu langsung menunduk, tidak berani menatap Sekertaris Yan.
“Berdiri!” Dengan tatapan biasa tapi nada bicaranya menakutkan.
Ketiga wanita itu pun berdiri. Sekertaris Yan yang berdiri di depan meja mereka tiba-tiba melayangkan tamparan ke pipi masing-masing.
Al yang baru saja keluar dari ruangannya mendadak terbelalak mendapati Sekertaris Yan tengah menampar wanita. Bahkan, tiga orang wanita sekaligus. Al berdiri terpaku memperhatikan Sekertaris Yan.
“Kalian tahu kesalahan kalian?!”
“Iya, kami tahu.” Serentak menjawab. Tubuh mereka gemetaran. Keringat dingin mengucur di sela-sela pipi mereka yang memanas terkena amukan Yan.
“Katakan! Katakan apa kesalahan kalian!”
“Kami sudah bergosip. Mohon ampuni kami, Sekertaris Yan. Kami tidak akan mengulanginya lagi. Maafkan kami.” Salah seorang menjawab dengan bibir gemetar.
Bergosip merupakan salah satu tindakan terlarang di kantor ini. Apalagi bergosip tentang keluarga Wijaya. Mereka digaji tinggi di kantor ini untuk bekerja, bukan malah bergosip ria tentang tuan mudanya. Begitu di pemikiran Yan.
Setelah puas menakut-nakuti ketiga wanita yang masih tertunduk itu, Sekertaris Yan menuju tuan mudanya yang masih terpaku karena terkejut mendapati kejadian ini. Sedangkan ketiga wanita itu bisa bernapas lega. Sudah untung mereka tidak dipecat dari perusahaan sebesar Alattha Group. Banyak orang memimpikan untuk bisa bekerja di perusahaan tersebut yang kabarnya setiap pekerja digaji tinggi. Ya, tentu saja. Tugas dan kewajiban mereka juga berat. Terutama menjaga sikap dan menjaga nama baik Alattha Group.
“Yan, kau kasar sekali,” ucap Al dengan nada lirih. Jujur, ia ikut berkeringat dingin melihat Sekertaris Yan menampar ketiga wanita tadi.
“Ini sudah tugas saya, Tuan.”
Al menelan ludahnya sendiri. ‘Bagaimana bisa dengan santainya kau melakukan itu, Yan. Apa kalau aku melakukan kesalahan, kau juga akan menghukumku seperti itu? Ah, tidak! Bukankah kau bawahanku sekarang?’ Al gumam-gumam dalam hati.
“Yan.”
“Iya, Tuan Muda.”
“Apa aku bisa menghukummu seperti itu kalau kau sampai melakukan sesuatu kesalahan?” Tersenyum licik.
“Tentu saja, Tuan Muda.”
Haha, jadi aku bisa memukulmu juga, kan? Tiba-tiba Al memukul pundak sekertaris Yan.
“Yan, ini hukuman untukmu karena telah membuatku terkejut melihat adegan tadi, ha-ha.”
Yan menatap tuan mudanya itu. “Dengan senang hati, Tuan.” Lalu mengusap pundaknya yang terpukul Al, seperti mengusap debu. Santai dan tetap dengan gaya Yan yang cool.
Sepertinya hari pertama di kantor berjalan dengan baik dan lancar.
Bersambung ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Love On The Run (Tamat)
Romance(Khusus dewasa) Dijodohkan. Siapa yang mau? Apalagi dengan seseorang yang sama sekali tidak kau cintai. "Perjodohan itu hanya ada di dalam novel. Jadi, jangan jadikan aku tokoh utama dalam novel perjodohan kalian!" Begitulah Alvendra yang bersikukuh...