3

1.6K 266 17
                                    

Warning : cutting, suicide triggered

Aku bakal menandai bagian cerita yang dapat mengandung hal tersebut sehingga bisa menskip part yang tepat. Untuk para pembaca yang menskip part itu, tenang saja karena isi dari part itu akan diceritakan dengan perlahan-lahan di chapter-chapter selanjutnya sehingga pembaca tidak akan merasa tertinggal.






What is hell? I maintain that it is the suffering of being unable to love. (Fyodor Dostoevsky, Karamazov Bersaudara)


Akaashi pergi ke minimarket dekat tempat tinggalnya untuk membeli bahan makanan.

"Sepertinya aku akan memasak kare saja", ucap Akaashi dalam hati.

Sesampainya di minimarket, dia membeli bahan untuk membuat kare, membayarnya dan segera pulang ke tempat tinggalnya. Tempat tinggal Akaashi? Hanya sebuah apartemen biasa bekas dia tinggal dulu sebelum dia pindah ke panti asuhan. Apartemen itu sudah disewa oleh orang tuanya dalam jangka waktu yang lama, jadi ketika Akaashi memutuskan untuk meninggalkan panti asuhan saat dia mulai bersekolah di SMP, dia mendapatkan info mengenai apartemen ini dan mulai tinggal di sana setelah kosong selama bertahun-tahun. Dirinya juga mendapat warisan dari orang tuanya, tetapi diberikan per bulan oleh pihak bank karena dia masih belum cukup umur untuk mengatur keuangan.

Dia membuka pintu apartemennya dan menghidupkan lampu apartemennya. Keadaan apartemennya, lebih rapi dan bersih dari kamar author. Akaashi memang emo, tapi dia sangat mencintai kebersihan dan kerapian. Dia melepas sepatu dan mengganti dengan sandal rumah, meletakkan bahan makanannya di meja, kemudian bersiap pergi mandi.

Selesainya mandi, dia mengenakan pakaian rumahnya, kaos lengan pendek, dan celana pendek, serta kacamata yang selalu bertengger di hidungnya yang kecil tapi mancung itu. Ada yang aneh dari penampilannya, poni rambutnya diikat sehingga menampakkan wajahnya yang indah bagaikan pahatan patung dewa Yunani, dan hal yang aneh lainnya adalah lengannya terlihat punya banyak bekas sayatan...

Akaashi mulai memotong bahan makanan itu sambil mendidihkan air di panci, sambil mendengarkan lagu Come Little Children. Lagu yang sangat tidak cocok untuk dimainkan saat memasak, tetapi dia menyukainya. Entah mungkin terlalu menghayati lagunya sampai membuat dia tidak sengaja memotong jarinya sendiri hingga berdarah.

"Ouch", keluhnya sambil mengambil tisu untuk menekan luka di tangannya.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Come little children, I'll take thee away

Into a land of enchantment

Come little children, the time's come to play

Here in my garden of shadows


Akaashi melihat jarinya yang terluka dan sayatan di lengannya. Dia mengambil pisau tadi dan mulai menyayat lengannya. Darah mengalir keluar secara perlahan dari luka itu. Dia meringis kesakitan sambil menggigit bibir bawahnya, terlihat air mata yang mulai keluar dari matanya.


Follow sweet children, I'll show thee the way

Through all the pain and the sorrows

KacamataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang