Rumah sakit

60 17 10
                                    

Langit sore yang cerah mendukung semangatnya disaat berakhirnya jam sekolah. Tapi tidak dengan perasaan Frida saat ini semenjak melihat isi pesan dari lima menit yang lalu.

Kring...kring...kring

Bunyi bel tanda waktu jam pulang, dengan tergesa-gesa Frida berjalan melewati koridor sekolah sambil menenteng tasnya. Frida terus melangkah melewati koridor sekolah ia sudah tidak peduli lagi siapa yang ia tubruk. Sesampainya di gerbang sekolah ia langsung menyetop taksi lalu pergi meninggalkan sekolah.

Tubuh Frida bergetar dadanya bergemuruh seketika air matanya tidak dapat dibendung lagi saat melihat foto seorang wanita paruh baya yang sedang tersenyum lembut yang saat ini digenggamnya. Frida menyeka air matanya lalu menyimpan foto itu disaku roknya.

~~

Sesampainya ia di gedung besar dan tinggi Frida langsung turun dari taksi tak lupa membayarnya ia menggandeng tasnya segera masuk ke dalam rumah sakit. Frida tergesa-gesa menaiki anak tangga rumah sakit sampai di lorong rumah sakit ia mencari nama kamar yang dituju. Tak jauh Frida melangkah ia melihat seorang lelaki sedang duduk sambil menundukkan kepalanya dengan tangan yang dikepal erat. Dengan nafas gusar Frida berjalan cepat menghampiri lelaki itu.

"Kak mama gimana?" Tanya Frida panik

"Mama kejang-kejang dek" jawaban dari kakak laki lakinya membuat Frida menegang. Tanpa sengaja air matanya mengalir di pipi tembamnya, punggung Frida membentur dinding rumah sakit membuat bahu lemahnya merosot ke bawah. Frida menangkup wajahnya ia menggelengkan kepalanya menampik semua pikiran yang ada di kepalanya. Hingga suara menginstrupsi

Ceklek

Pintu dibuka menampilkan seorang lelaki paruh baya berkacamata berjas putih. Ia menghela nafas  panjang kemudian menatap kami

"Kalian keluarganya?" Tanya dokter

Mendengar suara itu Frida dan Franda langsung menghampiri dokter yang menangani mamanya "Iya dok kami anaknya" jawab Franda.

Dokter itu menghela napas "beliau ingin ketemu kalian" mendengar tuturan Dokter Frida langsung menerobos kedua orang itu memasuki pintu kamar ruang inap dilihatnya mamanya sedang terbaring lemah di atas ranjang dengan selang pernapasan yang menempel di hidungnya dan tangan yang di infus. Frida semakin terisak melihat keadaan mamanya Frida memegang tangan kasar wanita itu diusapnya lembut lalu dikecupnya tangan itu dan disandarkan dipipi tembamnya.

Merasa tangannya digenggam beliau membuka matanya. Ia melihat dengan senyum dan melihat siapa pelakunya Frida yang masih lengkap dengan seragam sekolahnya. Frida menyeka air matanya melihat mamanya yang sudah sadar

"Ma ada apa? Ada yang sakit bentar aku panggilin dokter dulu" tanyanya panik

Frida yang ingin memanggil dokter tapi wanita itu mencegahnya dengan memegang tangan Frida. Frida melihat wajah pucat, mata yang sendu, tubuh lemah dan tak berdaya itu mata Frida mulai memanas setetes air mata pun mengalir di pipinya.

Wanita itu tersenyum "uhuk...Mama gak papa kok". Frida tau mamanya sedang berbohong dilihat dari matanya yang sendu. Iya tau karena mamanya tidak ingin merepotkan Frida dan Franda. Suara derap langkah kaki masuk ke ruang kamar inap ternyata Franda. Franda lalu menghampiri ranjang sang mama, wanita itu menatap Franda

"Franda mama...uhuk...mau pulang aja" ucapnya

Franda melihat kearah Frida. Frida menggelengkan kepalanya pertanda jangan demi kesehatan sang mama. Franda menghela napas, ia tersenyum kepada sang mama "jangan dulu ya ma. Mama masih harus dirawat biar cepat sembuh itu kata dokter" sang mama menoleh ke Frida menatapnya dengan memohon. Tapi ini demi kesehatan sang mama Frida tidak peduli ia rela mengeluarkan apa pun demi pengobatan sang mama walaupun itu tidak mungkin. Frida tau penyakit sang mama memang sudah parah siapa yang tidak tau penyakit kanker otak, penyakit yang sudah diderita mamanya selama 4 tahun belakangan ini. Franda juga tau akan penyakit sang mama tapi Franda tetaplah Franda ia selalu kekeh dengan prinsipnya ia ingin sang mama sembuh ia percaya akan keajaiban yang mungkin ada suatu saat nanti  ntahlah kapan ia tidak tau pasti saat ini ia hanya bisa berharap.

"Kamu jagain mama dulu ya dek! Kakak mau cari makan dulu di kantin rumah sakit" ucap Franda ke Frida lalu beralih ke sang mama Franda tersenyum kemudian dibalas sang mama ia mengusap kepala sang mama "mama mau nitip apa?" Tanya Franda

Sebelum mama menjawab Frida langsung menjawab "belikan aja bubur kak" Franda menoleh ke Frida dan mengangguk lalu beranjak meninggalkan Frida dan mamanya di dalam kamar inap.

Sepeninggal Franda sang mama menatap putrinya Frida. Putrinya itu sedang sibuk dengan gadgetnya sambil tersenyum-senyum, merasa sedang diperhatikan Frida menoleh kearah sang mama ia bangkit dari duduknya menghampiri sang mama

"Mama mau apa?"

"Mama...uhuk...cuman mau duduk kok sayang" Frida membantu sang mama untuk duduk mendirikan bantal supaya sang mama nyaman bersandar.

Hingga satu ucapan membuat jantung Frida seketika berhenti berdetak dengan nafas memburu.

~~~

Frida saat ini berada didalam mobil bersama Franda. Dari tadi Frida belum ada mengeluarkan sepatah kata di dalam mobil tidak seperti biasanya adiknya seperti ini. Biasanya Frida lebih suka bercerita ke Franda ia tidak suka suasana yang sepi tapi lain hal dengan sekarang Frida lebih banyak diam saat Franda meninggalkan Frida dan mama di rumah sakit hanya untuk pergi ke universitas di Bandung tempatnya kuliah untuk mengurus tugas kuliahnya.

Sampai mereka dirumah Frida masih diam Franda yang sedari tadi memendam banyak pertanyaan akhirnya bertanya kepada Frida.

"Dek. Kamu kenapa? Dari tadi diem aja kepikiran mama ya?"

"Engga kak. Aku engga papa kok" ujar Frida tanpa mengalihkan pandangannya dari arah depan. Frida yang ingin turun dari mobil pun sempat terhenti karena tangannya dicekal sang kakak.

"Kenapa kak?" Tanyanya polos

"Seharusnya kakak yang nanya kek gitu kamu kenapa?"

Frida membuang nafas kasar, ia menatap mata pria yang ada disampingnya "Aku engga papa kak. Yaudah aku turun dulu" ucap Frida yakin.

Franda mulai melepaskan tangannya dari tangan si adik. Frida menutup pintu mobil berjalan kedalam rumah. Melihat itu Franda merasa sedikit kesal adik kesayangannya itu sangat susah untuk berbagi keluh kesahnya kepada orang lain apalagi kakak sendiri kakak kandungnya. Franda mengambil gadget berlogo apel gigit di saku celana dan mulai mengetik pesan untuk seseorang sudah terkirim ia menyimpan iPhone miliknya itu di dashboard lalu menginjak pedal gas dan pergi meninggalkan kawasan perumahan elit tersebut.


















Selamat datang di cerita pertamaku🤗

Pendek ya? Namanya juga permulaan gak papa dong hehehe😅

Semoga kalian suka ya

Tulis dong pendapat kalian tentang part pertama ini

Jangan lupa bagi vote💫

KeepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang