Makan Malam

24 4 1
                                    

Disinilah Frida berada sekarang berlutut dihadapan sebuah gundukan tanah yang terasa masih sedikit basah. Berpakaian serba hitam didampingi Franda yang masih setia berdiri dibelakangnya Frida menggapai dan mengusap nisan itu lembut nisan yang terukir dengan nama seseorang yang sudah menemaninya bersama Franda. Orang yang menjadi saksi bisu kehidupannya selama 17 tahun ini permata indahnya separuh hidupnya

Oh ya Tuhan

Andaikan waktu bisa diulang Frida ingin sekali mengulang masa masanya bersama beliau

FARIDA MAULINA
Binti
NORMAN

Ia sangat sedih air mata lagi lagi kembali jatuh mengalir dipipinya. Tak ada lagi yang menjadi tempat ia bersandar dan mengadu. Tempat dimana ia sering membuka masalahnya tanpa penuh ragu. Frida ingin sekali mengulang masa masa bersama sang mama saat beliau masih hidup, beliau yang mengajarkan tentang kebaikan. Banyak pelajaran yang ia dapat dari sang mama. Mama yang terbaik mama yang terhebat mama yang -

Hikss....hiksss

Suara tangisan pun terdengar lagi Franda lalu ikut berlutut disamping Frida memegang kedua pundak sang adik mengelus pundak itu lembut seolah sedang memberikan kekuatan terhadap adiknya agar tidak terlalu larut dalam kesedihannya. Franda juga ikut sedih melihat keadaan adiknya setelah ditinggal mati sang mama. Siapa yang tidak sedih awalnya Franda berusaha untuk tetap tegar dan ikhlas hanya saja pertahanannya itu runtuh melihat kesedihan yang dialami adiknya

"Maaf ya ma aku belum bisa jadi anak yang terbaik buat mama. Aku juga belum bisa buat mama bangga. Aku pengen peluk mama sekarang aku pengen ngobrol sama mama kita bisa curhat. Dan lagi aku pengen mengulang masa masa kita pas mama masih sehat"

Frida menoleh singkat kearah Franda kemudian menatap kembali nisan yang ada didepannya ini

"Padahal mama janji untuk selalu ada buat aku dan kakak. Mama bilang bakal ikut kita jalan jalan kalo mama sembuh. Mama juga bilang aku harus selalu akur sama kakak aku bakalan kabulin permintaan mama aku bakal selalu baikan sama kakak. Kita bakal terus bareng-bareng aku gak akan egois lagi tapi aku gak tau apa aku bisa hikss...karena cuman mama yang bisa nenangin aku ketika aku kalah debat sama kakak"

Frida mengusap air mata di pipinya berusaha tersenyum dihadapan nisan sang mama "tuh kan aku nangis lagi aku memang cengeng ya ma? Padahal aku udah gede. Aku juga mau bilang aku kangen mama aku kangen semuanya sama mama bareng-bareng. Jujur didalam hati aku, aku memang gak rela gak nyangka mama bisa ninggalin aku secepat ini tapi hikss...aku akan terus berusaha supaya bisa merelakan mama hikss...karena mama udah gak sakit lagi. Cukup 4 tahun belakangan ini mama menderita sakit-sakitan. Aku bakal doain mama supaya mama selalu tenang di alam sana dan diberikan tempat disisi-Nya"

Setelah mengucapkan itu Frida menaburkan bunga diatas gundukan tanah itu dan menyiram dengan air bersih.

Hampir setengah jam Frida dan Franda di pemakaman umum itu. Orang orang yang ikut mengantar juga sudah pada pulang ke rumah masing masing dan Frida masih saja tetap tidak bergerak pada posisinya

"Kita pulang ya. Kita sudah lama disini"

Franda melihat sekeliling tempat pemakaman umum itu "sudah keburu senja dek. Keliatannya juga mau hujan ayo" ajak Franda

Frida menoleh sekilas ke Franda dan kembali menatap batu nisan sang mama. Ia menarik napasnya lalu menghembuskannya pelan

"Ma. Aku pulang ya nanti aku kesini lagi" pamit Frida meninggalkan makam sang mama.

~~~~~~~~~~

Sepulang Frida dan Franda dari pemakaman Frida masih saja diam tidak berbicara. Ia masih tidak menyangka secepat itukah beliau meninggalkannya Frida ingin sekali berusaha ikhlas merelakan sang mama tapi tetap saja mengingatnya membuat Frida semakin tak kuat kenangan kenangan manis yang sudah lama dibuat kini sudah berakhir.

KeepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang