Adora cukup lega karena kondisi Kirana lebih baik dibanding malam saat ia menjadi target pelampiasan atas tekanan stres pekerjaannya. Kirana tidak bekerja sampai lembur dan keningnya sudah tidak mengerut sesering sebelumnya. Sungguh atasan yang baik sekali Adora ini, memprioritaskan kesehatan anak buahnya lebih dari apapun.
Kirana mengecek ulang berkas-berkas yang ia butuhkan untuk mengikuti rapat yang akan dilaksanakan hari ini. Kata Adora, rapat tersebut akan dihadiri oleh para Kepala Bagian dan wakil dari petinggi perusahaan. Kirana semakin gelisah memikirkan rapat perdananya yang bisa dibilang cukup besar. Ditambah Adora yang serius sekali bagaikan seorang prajurit yang bersiap mempertaruhkan nyawa ke medan perang.
"Tenang saja, Ma Kira cukup mengamati saja nanti." Jefri menepuk bahu Kirana dua kali. "Ini akan jadi pengalaman yang menyenangkan, kok." Jefri terkikik geli meninggalkan Kirana yang semakin dibuat bingung oleh sikapnya.
"Mas Jefri, maksudnya apa itu?!!"
"Kirana, siap-siap. Rapatnya akan mulai 15 menit lagi." Adora berucap tegas dengan aura yang tidak biasa. Sangat membara benar-benar seperti siap berperang.
Kirana menggumamkan jawaban iya lalu mengekori Adora yang melenggang di depannya.
***
Kirana duduk di sebelah Adora yang sejak tadi menatap lurus ke arah seorang pria yang menatapnya tajam sekali. Bulu kuduk Kirana meremang merasakan atmosfer yang berat di antara mereka berdua. Kirana menerka-nerka seberapa buruk hubungan kedua orang yang sama-sama berwajah datar nan menyeramkan ini.
Berbicara soal pria dengan aura mengerikan itu, dia adalah Kepala Bagian Pemasaran di perusahaan ini. Aldo namanya, pria lajang berusia 28 tahun yang tampan namun sayangnya sangat galak. Termasuk salah satu orang yang diminati tetapi tak ada yang berani mendekati karena pembawaannya yang membuat orang takut duluan padanya.
Rapat telah dimulai; pembahasan tentang penerbitan novel terbaru dari seorang penulis terkenal bernama Miko.
Namun, belum ada 10 menit, rapat itu---
"250.000 eksemplar!" seru Aldo tegas.
"Mas Aldo sinting? Novel itu minimal dapat 750.000 eksemplar!" seru Adora tak mau kalah.
---berjalan sangat panas.
"Bangun, Mba Adora. Jangan ngigau di tengah rapat," balas Aldo sarkastis.
"Mas Aldo yang cuci muka dulu sana. Mau rugi lagi, huh? Gak ingat bulan kemarin kita rugi berapa banyak karena seseorang salah perkiraan?" Adora tersenyum sinis sambil bersidekap dada.
"Enggak bisa. 750.000 eksemplar terlalu berlebihan. Pokoknya---"
"Maaf, boleh saya berbicara?" Kirana mengangkat rendah tangannya sehingga dua orang yang sibuk berseteru itu menoleh padanya.
"Apa?" Aldo berkata cukup ketus sehingga Kirana sedikit menciut.
"Katakan, Kirana." Adora mengerling tajam, membuat Kirana ingin menangis sampai jam pulang kantor rasanya.
"M-menurut saya, novel ini layak mendapatkan 800.000 bahkan sejuta eksem---"
"JANGAN GILA!!!" Adora dan Aldo berseru kompak sambil memukul meja di depan mereka.
Kirana gemetar ketakutan dibuatnya. "M-maafkan saya," cicit Kirana selanjutnya sambil menyembunyikan wajah di balik kertas.
Orang-orang yang cuma menyaksikan sedari tadi kini menatap prihatin Kirana yang masih awam dengan situasi yang terjadi saat ini.
"Itu anak buah Anda, Mba Adora? Jangan diajarkan berpikir konyol kayak Anda juga, dong." Aldo menatap tajam Adora tepat di manik kelam wanita itu. "Pokoknya kami gak setuju kalau lebih dari 250.000 eksemplar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nemesis
ChickLit[17+] ♡♡♡ Belasan tahun telah berlalu, rupanya semua terasa seperti kemarin saat mereka bertemu. Senyum menyebalkan dan sorot mata lelah; tak satupun dari mereka yang melupakannya. Perseteruan selalu menjadi nama tengah untuk hubungan mereka. Tidak...