Brand New End

29 3 0
                                    

~ 5 TAHUN KEMUDIAN ~

"Uncle, Luna mau digambarin putri duyung yang kayak di buku itu, loh!" seru Luna dengan semangat mengulurkan sebuah pulpen. "Biar kembaran sama Uncle Nathan, tapi yang lebih cantik."

Nathan tertawa gemas lalu mengangguk. Pria yang sedang mengurus pekerjaan dari klien penting itu tanpa pikir panjang langsung menutup laptop. Nathan menerima pulpen yang diberikan Luna sebelum meminta gadis kecil itu duduk di sebelahnya.

"Bagaimana bukunya, Lun? Bagus, tidak?" tanya Nathan sambil menggoreskan tinta di lengan mungil Luna.

"Bagus! Luna sudah minta bacain Mamah tiga kali sebelum tidur!" seru Luna membuat Nathan tertawa gemas. "Uncle tahu, tidak? Kemarin Papah belikan Luna baju tidur gambar putri duyung, loh." Luna bercerita dengan semangat.

"Oh, ya? Pasti cantik sekali kalau Luna pakai," puji Nathan membuat gadis kecil berusia lima tahun itu tersenyum senang mendengarnya.

Mengapa Luna bisa bersama dengan Nathan sekarang? Karena nanti malam akan ada pesta barbekyu di kediaman Nathan dan Adora untuk menyambut tahun baru. Jadi, orang-orang sedang berkumpul dan  mempersiapkan segala yang dibutuhkan untuk malam ini.

"Akhirnya selesai juga. Tinggal tunggu malam, deh!" seru Kirana keluar dari dapur sambil meregangkan tubuh, disusul oleh Adora yang melepas kuciran rambutnya di belakang. "Luna ngapain tuh sama Uncle Nathan?" tanya Kirana yang melihat anak dan suami sahabatnya sedang duduk bersama di ruang tengah.

"Bikin tato biar keren kayak Uncle!" Luna tersenyum lebar.

Kirana menghampiri mereka berdua. Mata wanita itu berbinar melihat gambaran Nathan di lengan anaknya. "Ih, lucu banget!" seru Kirana semangat. "Nat, jangan Luna saja yang digambar tangannya. Mamahnya juga mau." Kirana mengulurkan tangan kepada Nathan.

"Gantian dong, Mah. Punya Luna saja belum selesai!" protes Luna menatap tidak senang tangan Kirana.

Adora hanya bisa menggeleng melihat kelakuan Kirana. Walaupun sudah mempunyai seorang anak, kelakuan Kirana sama sekali tidak berubah. Tidak heran jika Mikael pernah mengeluh dan mempertanyakan apakah dirinya seorang duda dengan dua orang anak atau bukan.

"Kado, kita pulang!" seru Keenan dengan seorang bayi di dalam gendongannya. Ia melambai-lambaikan pelan tangan mungil bayi yang berusia 10 bulan itu. "Baby ViVi sudah tidak rewel lagi," ucapnya dengan suara imut yang dibuat-buat.

Baby ViVi yang dimaksud oleh Keenan adalah Ravi, putra dari Adora dan Nathan. Seperti yang terjadi kepada Luna, nama yang tersemat untuk anak laki-laki itu adalah pemberian dari sahabat ibunya. Ravi, nama yang diberikan oleh Kirana, memiliki arti matahari. Alasannya? Biar serasi dengan nama anaknya sendiri yang bermakna bulan.

"Ravi!" seru Luna dengan cepat beranjak dari tempatnya. Untung saja tato putri duyung di lengannya sudah selesai digambar oleh Nathan.

Keenan merendahkan tubuhnya agar Luna bisa melihat Ravi lebih jelas. Luna memang sangat menyukai dan gemas sekali dengan Ravi yang katanya mirip mochi. Kirana juga sayang sekali dengan Ravi, terutama berkat anak itu dia jadi tidak perlu memberikan Luna adik lagi. Mikael sebenarnya mau-mau saja punya anak lagi, tetapi Kirana yang tidak setuju. Luna saja cukup katanya.

"LunLun, jangan digigit! Nanti Baby Vivi nangis lagi!" Keenan menjauhkan Ravi saat Luna ingin menggigit pipi bulat Ravi yang membuat gadis kecil itu gemas.

"Uncle Kee!" Luna menatap Keenan dengan wajah cemberut saat pamannya itu berdiri sehingga dirinya tak bisa menjangkau Ravi.

Keenan menghampiri Adora yang duduk di sebelah Nathan. Keenan mengembalikan Ravi kepada ibunya sebelum duduk di lengan sofa sebelah Kirana yang kosong. "Biar apa sih bikin beginian, Kak?" tanyanya sambil memperhatikan tangan Kirana yang digambar oleh Nathan.

NemesisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang