Kirana benar-benar mau muntah setelah menuntaskan kerjaannya. Padahal ini hari natal tapi hanya siksaan yang dia dapat. Jangan tanya bagaimana situasi di bagian editorial novel romansa. Sudah pasti lebih kacau dari bagian manapun. Kirana masih ingat ketika bertemu Kepala Editor mereka di Smoking Area sedang meratap dan mempertanyakan diri sendiri mengapa sampai terjebak di perusahaan ini.
Berbicara soal natal, malam ini adalah hari menjalankan rencana. Semua sudah disiapkan dengan matang, tinggal mencari cara bagaimana mengajak Adora untuk kooperatif. Kirana gelisah, lidahnya kelu untuk menginterupsi Adora yang sedang berbicara serius dengan seorang penulis melalui telepon.
Apa ini waktu yang tepat? Kalau tidak sekarang, kapan lagi? Menjebak Ares bukan hal yang mudah untuk dilakukan, pikir Kirana yang semakin putus asa seiring berjalannya waktu menuju momentum.
Bersama satu hela napas yang panjang, ponsel milik Kirana berdering tanda panggilan masuk. Sebelah alis Kirana terangkat saat melihat siapa yang meneleponnya di jam kerja seperti ini. Namun, beberapa detik kemudian Kirana tersadar dan segera beranjak pergi dari meja kerjanya. Cukup tergesa-gesa sehingga sempat mencuri perhatian Adora sejenak.
"Kenapa, Kee?" tanya Kirana to the point setelah menerima panggilan dari adiknya.
"Kak, lo gak lupa 'kan malam ini? Sudah berhasil ajak Kado?" tanya Keenan di seberang sana.
"Ini lagi diusahakan. Lo pikir gampang?!" omel Kirana.
"Kapan?!! Aldo tadi hubungi gue, dia bilang lo terlalu buang-buang waktu! Cepat ajak Kado sebelum kena hasut cowoknya duluan!" seru Keenan geregetan.
"Heh, Kee! Sejak kapan lo jadi akrab sama Mas Aldo? Pedekate lo berdua?!" tuduh Kirana tak sadar Aldo sedang lewat dan mendengarnya.
"Apa lo bilang?" tanya Keenan di seberang sana dan Aldo di belakang Kirana secara bersamaan.
Mendengar jika tidak hanya suara adiknya saja yang berkata demikian, tubuh Kirana menegang. Sebelum melihat ke belakang, sosok itu sudah terlebih dahulu berpindah ke hadapannya. Kirana memberikan senyum canggung saat netranya bertabrakan dengan sorot datar nan galak milik Aldo.
"Gue bercanda, Mas Aldo." Kirana memutuskan panggilan dari Keenan. Ia tidak mau kalau adiknya tahu bahwa dirinya sedang menciut di hadapan Aldo yang kini menajamkan matanya sambil bersidekap dada.
"Kapan lo mau ajak Rara?" tanya Aldo tanpa basa-basi. "Lo tinggal pergi sama dia. Sisa masalah di kantor sudah gue urus. Semuanya juga sudah siap. Awas saja sampai lo bikin rencananya gagal." Aldo berkata penuh ancaman dan peringatan sehingga bulu kuduk Kirana meremang mendengarnya
"Iya, nanti gue--"
"Sekarang." Aldo menukas tegas.
"Tapi--"
"Sekarang!" ulang Aldo tak terbantahkan.
"Mas Aldo...." rengek Kirana memelas belas kasihan Aldo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nemesis
ChickLit[17+] ♡♡♡ Belasan tahun telah berlalu, rupanya semua terasa seperti kemarin saat mereka bertemu. Senyum menyebalkan dan sorot mata lelah; tak satupun dari mereka yang melupakannya. Perseteruan selalu menjadi nama tengah untuk hubungan mereka. Tidak...