Bittersweet Feelings

31 4 2
                                    

Setelah Nathan menceritakan kebenaran di balik salah paham yang terjadi belasan tahun silam, Kirana pun setuju untuk berdamai dengannya. Tidak hanya itu, Kirana juga memberikan kesempatan kepada Nathan untuk membuat Adora mencintainya. Melihat betapa serius Nathan kepada Adora, bahkan sampai berdedikasi membuat galeri seni tentang wanita itu, Kirana sedikit demi sedikit merestui hubungan keduanya yang semakin dekat.

Adora masih bekerja di perusahaan penerbitan Winata sedangkan Kirana sudah tidak. Sebenarnya Mikael hanya meminta Kirana untuk mengambil cuti hamil. Namun, Kirana yang sudah muak bekerja di bawah tekanan dan ingin hidup enak pun memutuskan untuk berhenti sekalian. Tentu saja Mikael tidak protes dengan keputusan istrinya. Pria itu justru senang karena kekhawatirannya soal kondisi Kirana pun sedikit berkurang. Setidaknya Kirana tidak akan kelelahan dan banyak pikiran jika hanya bersantai di rumah.

Jefri tidak hanya kembali menjadi editor Alessa, melainkan sudah menjalin kasih dengan penulis kesayangannya tersebut. Novi terkadang masih galau karena merindukan Kirana yang biasanya duduk di sebelah mejanya. Untung saja ada Agung yang menghiburnya sebagai rekan kerja yang baik. Kalau tidak sibuk ngebucin, sesekali Jefri pun turun tangan membantu Agung. Ah, mereka memang tiga serangkai kebanggaan Adora yang kompak.

Lalu...

"Nih, kopi tanpa racun kesukaan lo." Keenan menaruh secangkir kopi yang masih mengepulkan asap tipis di hadapan Aldo yang sibuk berkutat dengan ponsel pintarnya.

Keenan duduk di seberang Aldo dengan menumpu dagu. Terang-terangan memperhatikan gerak-gerik Aldo yang sibuk sekali dengan ponselnya sejak tadi. Keenan memang mendengar ada sedikit masalah di perusahaan Papinya, kemungkinan besar Aldo turut kelabakan akibat masalah tersebut.

Keenan memejamkan kedua matanya lalu mengetuk-ngetuk pelan meja yang memisahkannya dengan Aldo. "I watch superman fly away~ you've got a busy day today~ go save the world, I'll be around~" Keenan bersenandung dengan alunan suaranya yang merdu dan sopan ketika masuk telinga. "I watch superman fly away~ come back, I'll be with you someday~ I'll be right here on the ground~ when you come back d--" Keenan membuka mata dan menegapkan duduknya saat merasakan kehadiran seseorang duduk di sebelahnya.

Saat Keenan menoleh, rupanya Aldo sudah berpindah tempat ke kursi di sebelahnya. Aldo menumpu sebelah wajah, memperhatikan profil Keenan dari samping. Dari jarak yang lumayan dekat ini, Keenan bisa melihat guratan lelah di wajah Aldo dengan jelas.

"Kok berhenti? Lanjutin dong nyanyinya." Aldo melirik ke atas ketika tangan Keenan mengusap-usap kerutan di dahinya. "Ngapain lo?" tanyanya kemudian.

"Gak ngapa-ngapain." Keenan mendorong wajah Aldo lalu mendengus kesal. "Kegiatan lo kerja ngopi kerja ngopi mulu. Gak nangis lambung lo?" tanya Keenan dengan nada sinis andalannya.

Aldo merotasi bola matanya jengah. "Gue sudah cukup capek hari ini buat dengar ocehan lo." Aldo berdecak pelan ketika Keenan mencibir ucapannya. "Biar lambung gue gak nangis, lo mau gue ngapain?" Aldo menggigit pipi dalamnya untuk menahan senyum jahilnya terbit.

"GITU AJA LO MASIH NANYA?!" pekik Keenan hampir membuat Aldo hampir terjungkal dari kursi jika saja Keenan tidak sigap menahannya.

Tak satupun dari mereka yang ingin bergerak menjauh. Justru, Aldo kini melingkarkan tangannya di tubuh Keenan. Aldo mendekap pemuda yang lebih muda itu dan menenggelamkan wajahnya di surai halus beraroma lemon yang segar.

"Do?" panggil Keenan nyaris berbisik.

"Sebentar saja," ucap Aldo dengan suara lirih. "Gue capek banget, Kee."

"Oke, tapi habis ini kita pesan makanan, ya? Biar lambung lo gak nangis." Keenan memperbaiki posisinya agar bisa membalas pelukan Aldo.

"Gue lagi gak selera makan. Perut gue keburu mual mantengin kerjaan mulu." Aldo merebahkan kepalanya di atas bahu tegap Keenan.

NemesisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang