Bad Rainy Days

34 4 0
                                    

Ketika Anggun dan Angga memperingati betapa berbahaya sepupu mereka, Kirana bersyukur tidak masuk ke dalam daftar hitamnya meskipun sempat memicu amarahnya. Mendengar sendiri dari pelaku bagaimana hancurnya beberapa anggota Black Javelin serta segelintir nama tak bersalah yang ikut terseret membuat Kirana meneguk liur. Tidak main-main, Hera berhasil membuat targetnya menjadi musuh di negaranya sendiri bahkan membuat beberapa memilih untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Kesimpulannya, Hera serius akan dendam yang ia bawa dan Kirana juga tidak akan bermain-main dengan wanita berbahaya ini.

Seminggu telah berlalu dan Kirana masih betah tinggal di Seoul. Beberapa target di luar Korea Selatan pun telah berhasil dijatuhkan berkat bantuan dari Kirana, lebih tepatnya kekuatan dari Papinya. Hal ini melahirkan rasa kepercayaan kepada satu sama lain antara Kirana dan Hera. Mereka semakin kompak dalam meruntuhkan Black Javelin.

Kirana memandangi lamat-lamat sebuah foto wanita yang dipukul oleh seseorang dari kamera milik Hera. "Bukannya cowok di foto ini dari sebuah grup yang terkenal?" Kirana mendongak, menatap Hera yang duduk santai di sofa sambil meminum sekaleng cola. "Kalau ini tersebar, grupnya bisa ikutan hancur, Her."

"Tiga hari lagi grupnya mau comeback. H-1 bakal gue drop skandal gila salah satu anggota mereka yang kebetulan paling banyak fansnya. Bagaimana?" Hera terkekeh saat Kirana menatapnya tak percaya sambil menggelengkan kepala. "Dia anggota Black Javelin, Kir. Sudah tugas gue melakukan itu." Hera memasang senyum tanpa dosa yang memuakkan bagi Kirana.

Kirana mendesah berat lalu menaruh kamera milik Hera di sisi tubuhnya. "Tadi siang Papi telepon gue. Dua nama lain sudah diselesaikan; Louis dan Jessica. Mereka sudah dihukum di negara mereka masing-masing atas tuduhan penggelapan uang dan korupsi."

Satu sudut bibir Hera terangkat. "Sumpah, gue gak tau kerjasama dengan lo bisa semenguntungkan ini. Papi lo sangat membantu buat nuntasin dendam gue." Hera tertawa kecil lalu menyesap santai cola di tangannya.

"Iyalah. Papi gue mana bisa tinggal diam waktu tahu calon suami unbiological daughter kesayangannya seorang penjahat." Kirana merotasi bola matanya bosan. "Kalau dia tahu apa yang sudah gue alami juga, bisa-bisa kepala bajingan itu misah sama badan."

"Bisa dicoba, tuh." Hera melempar kaleng colanya yang sudah kosong ke tempat sampah dan berhasil masuk dengan mulus. "Gue numpang mandi lagi. Malam ini harus kerja lembur gue." Hera meregangkan tubuh sebelum beranjak menuju kamar mandi.

"Dasar orang sibuk," desis Kirana dengan nada menyindir.

Hera tak mengindahkan sindiran Kirana. Wanita itu tetap melenggang ke kamar mandi nyaman nan mewah yang jauh berbeda dari kamar mandi unit apartemennya. Nongkrong di kamar hotel milik Kirana kala istirahat sebelum melanjutkan kerja lagi adalah hobi baru Hera. Tidak heran jika Hera memiliki sikat gigi dan handuk sendiri, bahkan menaruh beberapa baju miliknya di kamar itu.

***

"Bocah sialan!" Adora hampir membanting ponselnya jika tidak ditahan oleh Aldo.

Rapat telah selesai sekitar lima menit yang lalu dan mereka berdua masih betah diam di ruang rapat. Orang-orang sudah membubarkan diri, kembali melakukan pekerjaan masing-masing. Aldo juga akan melakukan demikian jika saja Adora tidak gelisah sendiri dengan ponselnya. Hei, tidak mungkin Aldo meninggalkan Adora sendirian dalam keadaan tidak baik-baik saja.

"Kenapa, Ra? Lo belakangan emosian banget." Aldo mengambil alih ponsel tak bersalah itu dari tangan pemiliknya.

"Ini sudah hampir dua minggu dan Kirana belum balik juga, Do! Dia izinnya cuma seminggu tapi apa?!" Adora memandang kursi-kursi di depannya dengan mata memicing curiga. "Jangan-jangan Kirana dijual orang di Korea--Aw! Sakit, anjing!" Adora menyentak kasar tangan Aldo yang menjitak kepalanya.

NemesisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang