Louder and Closer

45 6 3
                                    

Ares yang sibuk berkutat dengan ponsel mengangkat wajahnya saat pintu terbuka dan wangi bunga yang berasal dari sampo dan sabun milik Adora menguar. Ares yang sedang duduk bersandar di kepala kasur memperbaiki posisi duduknya ketika Adora berjalan mendekat dan duduk di tepi kasur. Matanya tak lepas memperhatikan sosok kekasih yang nampak lebih segar sedang mengeringkan rambutnya menggunakan handuk kecil.

Adora selalu terlihat menawan, bahkan ketika mengenakan gaun tidur berpotongan rendah di bagian dada berwarna ungu muda. Wanita itu memang sengaja meninggalkan beberapa pakaian miliknya di apartemen milik Ares agar tidak repot ketika mendadak akan menginap. Ares pun tidak keberatan, justru pria itu membeli beberapa potong pakaian untuk dikenakan oleh kekasihnya, contohnya seperti gaun tidur yang Adora pakai sekarang.

"Sayang," panggil Ares dibalas deheman pelan oleh Adora. "Cewek yang mirip sama Keenan itu siapa?" tanya Ares membuat gerakan Adora terhenti.

"Ah, iya, kamu belum pernah ketemu dengan Kirana." Adora melanjutkan kegiatannya. "Dia yang namanya Kirana, anak baru di timku yang pernah kuceritakan. Kebetulan dia itu ternyata kakaknya Keenan, Yang. Dunia sempit sekali, bukan?" kata Adora kemudian tertawa kecil.

"Kamu dekat sama dia?" tanya Ares lagi membuat Adora menoleh dan menatapnya lurus-lurus. "What?" Ares menaikan sebelah alisnya.

Perasaan insecure juga dimiliki oleh wanita seperti Adora. Mendapati kekasihmu penasaran dengan teman perempuanmu yang cantik tentu saja mengkhawatirkan. Adora tidak bisa membohongi kegelisahan di hatinya saat ini karena Ares bertanya-tanya soal Kirana.

"Tumben kamu penasaran sama teman-teman aku, Yang." Adora menurunkan tangannya, berhenti mengeringkan rambut yang belum sepenuhnya kering. "Hm, Kirana memang cantik, sih. Such a cutie pie, huh?" Adora tersenyum kecut dan tangannya mencengkeram handuk kecil itu.

"Jealous?" Ares terkekeh pelan. Pria itu bergerak duduk di sebelah Adora yang melengos tak ingin menatapnya. "Hey, look at me, pretty." Ares menyentuh lembut wajah Adora, membawa perempuan itu untuk menatap dirinya. "Aku cuma penasaran karena gak biasa melihat kamu dekat sama orang selain sahabatmu yang bucin itu," ucap Ares diakhiri tawa kecil yang terkesan sinis.

"Aldo? Aku cuma sahabatan sama dia, Yang." Adora menggenggam tangan Ares yang merangkum wajahnya.

"Memang. Tapi, dia sayang sama kamu. That's a fact." Ibu jari Ares mengusap lembut pipi wanitanya.

"But I love you, Sunshine. Only you." Adora memejamkan matanya, hanyut dalam rasa hangat dan nyaman sentuhan Ares di wajahnya. "My one and only sunshine," bisiknya diiringi senyum manis nan teduh.

Ares mengusap lembut bibir kenyal Adora lalu tangan itu merambat ke tengkuk, menarik wanitanya untuk meniadakan jarak. Ciuman yang dimulai Ares disambut dengan sangat baik oleh Adora. Wanita itu membalas ciuman kekasihnya dan segera mengalungkan tangan di leher kokoh itu untuk memperdalam ciuman mereka yang kian memanas. Di kamar itu, mulai terdengar kecapan yang memecah keheningan malam. Lidah mereka saling beradu dan saliva menetes di dagu, rindu dan nafsu telah melebur jadi satu.

Ares mendorong tubuh Adora berbaring di kasur lalu mengungkung tubuh itu di bawahnya. Ares melepas pagutan bibir mereka dan menciptakan garis saliva. Napas mereka terengah-engah dan kilat mata yang betemu itu gelap ditutupi oleh kabut ingin memiliki satu sama lain dengan segera.

"Listen, Love." Dengan jarak tak berarti, Ares berbisik di depan bibir Adora yang membengkak akibat perbuatannya. "Trust me before anyone else." Ares mengecup bibir Adora lalu berkata, "understand?"

"I trust you, Sunshine. Always. Forever." Adora meraih wajah Ares dan kembali mencium bibir yang telah menjadi candunya.

Ares tersenyum di balik ciuman mereka. Tangan besarnya mulai menjelajahi tiap lekuk tubuh Adora yang masih dilapisi gaun tidur berbahan satin. Jemari panjangnya menilik seduktif dan berhenti di paha dalam, membuat kedua kaki Adora bergerak tidak tenang saat usapan pelan namun nakal terasa seolah membakar kulitnya.

NemesisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang