Dekat tanpa status yang jelas. Memang ini adalah bagian dari pendekatan, tapi masa-masa ini adalah masa yang paling mencekik untuk Jungkook. Dalam hati ingin sekali segera mendapatkan Jisoo, tapi kakak kelasnya itu masih suka main tarik ulur perasaan. Sebulan merasakan kedekatan yang cukup membuatnya optimis bisa jadi pacar, tapi tiba-tiba seminggu ini Jisoo sulit ditemui. Tidak lagi makan siang bersama atau bahkan bertemu bersama Taehyung.
"Jisoo noona, sibuk sekali ya, hyung?" tanya Jungkook pada Taehyung yang sedang menikmati jus jambu di kantin. Kepala Taehyung mengangguk sambil memperhatikan laporan di atas meja makan. Kuliah di jurusan fisika semester lima tidak terlalu bagus untuk memiliki urusan memadu kasih, Taehyung bahkan harus merelakan kedekatannya dengan Yuna kembali merenggang.
"Kau tidak sibuk?" tanya Taehyung sambil melirik Jungkook.
"Kuliahku sudah selesai hari ini. Kalau menuruti kesibukan mahasiswa fisika, mana bisa kita bersenang-senang. Ahhhhh, aku ingin segera lulus saja," Jungkook mendesah panjang.
"Ngomong-ngomong tentang bersenang-senang, sepertinya bulan depan kita bisa ikut merayakan sesuatu."
"Apa itu?"
"Kalau Jin hyung selesai sidang, kurasa aku bisa meminta hadiah liburan ke luar kota atau luar negeri."
"Yang lulus Jin hyung, kenapa kau yang minta hadiah?"
"Yaelah, kan tinggal dibalik. Toh pemilik uangnya masih mom and dad."
Taehyung tertawa licik, sedangkan Jungkook masih mendengus. Jisoo masih menjadi karakter utama yang melayang-layang di otaknya. Sebenarnya ada baiknya juga sih menjadi mahasiswa sains. Sibuk dan tidak sempat memikirkan Jisoo lama-lama. Wanita itu mampir ke pikiran kalau sudah tidak ada kegiatan seperti ini. Apakah dirinya harus menyerah. Tapi Jisoo sangat menarik dan membuatnya tergelitik untuk terus mendekat.
***
Seokjin berjalan menelusuri parkir fakultas. Sudah pukul delapan malam tapi dirinya baru saja selesai bimbingan. Terpaksa bimbingan setelah jam kerja selesai karena dia harus magang terlebih dahulu. Untung saja Dosen Lee berbaik hati menyediakan jam bimbingan walau sudah lewat petang. Walaupun lagi-lagi Seokjin harus berkorban untuk digeniti.
Yang terpenting sebentar lagi skripsi selesai. Magang juga tinggal dua minggu lagi. Status sebagai mahasiswa segera berakhir dalam beberapa bulan. Bukannya tidak menikmati menjadi mahasiswa, tapi yang membuatnya berat adalah berada di jurusan kimia. Seharusnya sudah sesuai passionnya, tapi tetap saja kuliah di salah satu universitas terbaik di Seoul menuntutnya untuk tidak main-main. Harus pintar, harus suka bicara, harus mengenal banyak orang, harus ikut organisasi. Kadang Seokjin ingin berdiam sendirian di suatu tempat tanpa gangguan.
Seokjin tidak salah lihat. Matanya sudah menyipit untuk memastikan sesuatu yang berada sekitar sepuluh meter di depannya. Itu Jisoo, sedang apa berjongkok malam-malam di parkiran? Mobil di parkiran hanya tinggal beberapa dan Seokjin tahu bahwa Jisoo tidak pernah membawa mobil.
"Kukira hantu," celetuk Seokjin ketika jaraknya sudah dekat. Jisoo tidak tahu haruskah lega atau sebal melihat Seokjin berdiri di depannya. Malam-malam masih berada di kampus tentu saja bukan keinginannya. Kalau saja praktikum fisika modern bisa dipercepat tanpa ada post test, tentu dirinya sudah berada di atas kasurnya yang empuk sekarang sambil minum susu hangat.
"Mana ada hantu jongkok?" balas Jisoo. Tangannya masih memegangi pergelangan kaki sambil memijat dan meringis. Sudah pulang terlambat karena post test, tiba-tiba saja kakinya tersandung dan akhirnya terkilir.
"Kenapa kakimu, kesandung?" Seokjin mengamati Jisoo yang menahan ekspresi. Dia ikut berjongkok dan memperhatikan Jisoo seksama. Yang diperhatikan malah menunjukkan perasaan tidak nyaman, menatap Seokjin masam. Seokjin hendak membantu, baru saja mengulurkan tangan pada lengan Jisoo tapi wanita itu menatapnya dengan enggan.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Jerk
FanfictionTidak ada pertemuan tanpa rasa kesal. Tapi siapa sangka pertemuan-pertemuan itu menjadi hal yang sakral.