"Ada ide?" sebuah pertanyaan bersuara rendah terceletuk dari pemilik hidung mancung berahang tegas, Taehyung.
Duduk dengan kaki bersila dan beralaskan karpet, jari-jemari memainkan pulpen di atas meja. Di sampingnya duduk seorang gadis dengan pose yang sama, tapi tangan mengetik sesuatu di laptop. Sudah satu jam berselancar di dunia maya, tapi ide penelitian belum juga di dapat. Jisoo berdecak kesal pada tugas dosen Park yang menyulitkan kali ini. Mata kuliah fakultas, hanya 2 sks tapi mintanya macam-macam. Setelah mengancam perkara nilai akhir, mau tidak mau Jisoo dan Taehyung pusing tujuh keliling mencari ide yang brilian.
"Mau makan sesuatu tidak?" tanya Taehyung. Merasa bertanggung jawab sebagai tuan rumah, tidak sadar bahwa sudah satu jam mulut tidak diberi asupan. Padahal otak sedang bekerja keras.
"Apapun."
Perhatian Jisoo tidak pergi dari artikel dari internet di laptop. Memperhatikan dengan seksama sambil membuka google translate. Bagaimanapun jurusan sains memiliki banyak referensi berbahasa inggris.
"Taehyung, apa menurutmu kita bisa meneliti tentang pertambangan?"
"Hmmmm....."
Taehyung mendatangi Jisoo dengan dua cangkir coklat panas beserta cake penuh krim. Mengerutkan dahi dengan alis menukik. Kalau saja ada orang yang baru mengenal Taehyung, pasti langsung sungkan dengan ekspresinya.
"Boleh juga sih, tapi akan membutuhkan banyak sekali referensi. Kalau kau siap bekerja keras, kenapa tidak?" jawabnya kemudian sambil memperhatikan artikel yang sedang dibaca Jisoo.
"Ya! Kenapa aku? Kita dong harusnya."
"Iya iya..... Kalau aku kan jelas mau bekerja keras. Cuma yang paham tentang mencari literasi kan kau, Jisoo-ya...."
Wajah Jisoo masih terlihat tertekuk, berpikir keras. Kacamata yang dipakai sudah melorot tidak karuan. Rambut panjang terikat beberapa berjatuhan ke depan dan ke samping. Keadaan itu diperhatikan oleh Taehyung. Sudah satu jam berkutat hanya untuk menemukan ide penelitian, sementara keadaan Jisoo baru pulang kuliah pukul lima sore. Tidak sempat pulang kerumah, hanya mengisi perut sekali siang tadi. Rasanya menyesal meminta Jisoo untuk lebih bekerja keras. Karena sungguh, mahasiswa seperti Jisoo sudah lebih dari bekerja keras.
"Sudahlah, makan dulu kuenya. Kita juga belum makan malam, otak pasti lelah berpikir seharian," kata Taehyung sebagai wujud sayang pada sahabat. Dia tidak mau Jisoo mengalami tekanan mental hanya untuk tugas senilai dua sks.
Merasakan perut kosong, akhirnya Jisoo menuruti kalimat Taehyung. Tangan mungilnya meraih piring kecil berisi kue satu iris besar, menyendok lalu memasukkan pada mulut.
"Hmmm, enak! Beli dimana?" mata lesu jadi berbinar ketika krim karamel menyapa rongga mulut Jisoo.
"Hyung membuatnya."
"Serius?" ucap Jisoo tidak yakin. Mana mungkin manusia seperti Seokjin bisa membuat kue seenak ini. Bukankah pria itu selalu sibuk bekerja dan bersosial. Mereka bahkan jarang bertemu saat Jisoo berada di rumah Taehyung, seperti hari ini.
"Jin hyung sedang tertarik dengan kue. Mencoba berbisnis kue dengan Ken hyung, tahu-tahu bisa membuat kue ini."
Jisoo tidak terlalu ingin mempedulikan kalimat Taehyung sejauh itu tentang Seokjin. Tidak ada ketertarikan apapun menyangkut kakak Taehyung itu. Mau datang ke rumah Taehyung saja harus memastikan Seokjin tidak sedang di rumah. Berada satu tempat dengan makhluk bernama Kim Seokjin tidak pernah membuatnya tenang. Sebenarnya tidak pernah ada keinginan untuk mengibarkan bendera perang dengan Seokjin, tapi sosok itu kerap membuat darahnya mendidih.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Jerk
FanfictionTidak ada pertemuan tanpa rasa kesal. Tapi siapa sangka pertemuan-pertemuan itu menjadi hal yang sakral.