Selenting gelas-gelas soju berdering nyaring di atas meja sebuah tempat makan. Beberapa botol soju berada di atas meja bundar kecil yang memisahkan dua orang. Bau daging panggang menyeruak ke seluruh ruangan, tanpa peduli baju-baju yang dipakai akan memiliki aroma daging walau sudah keluar dari tempat makan. Taehyung dan Jisoo sedang merayakan berakhirnya ujian semester. Terasa melegakan bagi Jisoo lepas dari mata kuliah kimia dasar. Sekarang tinggal berharap semoga tidak ada nilai yang membuatnya mengulang mata kuliah.
Jisoo menepati janji untuk bercerita pada Taehyung tentang Seokjin yang memeluknya begitu mesra selepas ujian sidang. Bahwa dirinya telah bersedia menjadi pacar pura-pura kakaknya. Demi Seokjin agar tidak terus didekati Dosen Lee, demi kelancaran Jisoo di mata kuliah kimia dasar. Dan semuanya telah berakhir. Jisoo sudah menyelesaikan ujian akhir kimia dasar dan Seokjin sudah melakukan ujian sidang.
Bukannya Taehyung tidak bisa membaca keadaan, dia hanya bersyukur tahu akhir-akhir ini sahabat dan kakaknya lebih jinak satu sama lain. Pantas saja.... Ternyata memang ada kesepakatan.
"Yah, aku cuma berharap setelah ini kalian tetap jinak," kata Taehyung dengan suara bertambah berat. Pria ini hampir mabuk. Jisoo menghentikan tangan Taehyung yang hendak menuang kembali soju ke gelas untuk kembali diteguk. Keduanya bukan orang yang suka minum, tapi Jisoo memiliki ketahanan yang lebih tinggi.
"Hm... Kuharap juga seperti itu...," gumam Jisoo. Akan sulit mengembalikan hubungan seperti kucing dan tikus setelah kejadian malam itu. Jisoo masih belum bisa berhenti memikirkan kenapa Seokjin menciumnya sebegitu dalam.
Jedug,...
Jisoo menghentikan lamunannya. Dilihatnya kepala Taehyung terantuk meja. Sudah terlalu mabuk hingga tidak bisa menyangga kepala sendiri. Dari tadi sudah ditopang satu tangan tapi tangannya terpeleset. Kini pria itu terduduk dengan kepala berada di atas meja, menghadap samping sambil tersenyum teler.
"Payah sekali.... Katanya ingin ngobrol sampai pagi?" gumam Jisoo tanpa berharap Taehyung menjawab pertanyaannya. Tanpa berpikir lagi Jisoo menuntun Taehyung untuk mengundurkan diri. Sebelum sahabatnya benar-benar tidak sadarkan diri, Jisoo lebih baik membawanya pulang. Mumpung Taehyung masih bisa berjalan.
Weekend di musim panas selalu lebih hidup daripada musim yang lain. Kebetulan mereka mengunjungi tempat minum yang menjadi pusat keramaian orang-orang menghabiskan malam minggu. Jisoo berjalan sambil menuntun Taehyung ke sebuah taksi yang berada di pojokan pusat perbelanjaan.
Baru saja berjalan beberapa langkah keluar dari tempat makan, Jisoo menangkap sosok yang dikenalnya. Pria berbalut kaos putih dan jaket denim. Memakai topi hitam dan celana jeans hitam. Sedang digandeng seorang wanita bertubuh tinggi langsing. Sepasang pria wanita itu menuju ke sebuah hotel dengan tangan saling bertaut. Jisoo bisa melihat senyum masing-masing tersalurkan begitu serasi. Tidak tahu kenapa rasanya dada Jisoo sesak.
Kim Seokjin, hendak memasuki hotel bersama Lee Sooyoung.
Kemudian waktu seolah terhenti ketika kedua pasang mata bertemu tanpa rencana.
"Oh, Kim Jisoo kan?!" sapa Sooyoung yang ikut menoleh karena Seokjin mendadak tidak bergerak. Ternyata pria itu sedang beradu pandang dengan Jisoo. Tatapan Jisoo turun ke tangan Sooyoung yang tertaut ke lengan Seokjin.
"Jadi ini ternyata teman priamu yang sebenarnya?"
Jisoo mengerutkan dahi tanda tidak mengerti. Seokjin masih membisu dengan tatapan canggung bukan main. Taehyung terlihat menyandarkan kepala pada Jisoo sementara gadis itu terus merangkul pinggangnya.
"Seokjin sudah menceritakan semua. Kalau kalian hanya pura-pura," lanjut Sooyoung.
Rasanya ada yang menghantam Jisoo sekarang juga. Jisoo tidak suka keadaan ini. Rasanya perih tanpa bisa dijelaskan. Jisoo tidak suka Sooyoung yang tersenyum penuh kemenangan. Jisoo tidak ingin melihat wanita itu menggandeng Seokjin teramat mesra. Jisoo membenci Seokjin yang menjelaskan bahwa mereka tidak berpacaran. Jisoo tidak mengerti dirinya sendiri kenapa harus merasakan perasaan berkecamuk seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Jerk
FanfictionTidak ada pertemuan tanpa rasa kesal. Tapi siapa sangka pertemuan-pertemuan itu menjadi hal yang sakral.