"Oh? Kau tidak pulang, Jisoo-ya?" tanya Taehyung ketika melihat sosok Jisoo sepagi ini berada di rumahnya. Taehyung baru saja keluar kamar dan melihat sahabatnya itu baru saja keluar dari sana dengan muka segar.
"Aku yang memintanya untuk tinggal. Sudah terlalu larut semalam," Seokjin yang sedang berada di dapur menjawab. "Ya, Taehyung-ah lain kali berhenti menyusahkan Jisoo. Kalau mau minum berdua, di rumah saja."
Taehyung menatap Seokjin heran.
"Ada apa ini, tumben hyung menegurku? Biasanya Jisoo yang jadi sasaran?" protes Taehyung dalam hati. Tentu saja hanya dalam hati, dia tidak ingin Jisoo benar-benar ditegur. Kalau dipikir dirinya selalu menyusahkan Jisoo jika sedang mabuk. Saking terbiasa menyusahkan jadi menganggap hal lumrah.
Jisoo, Taehyung, dan Seokjin sudah duduk di ruang makan sambil menikmati sarapan. Suasana hening tidak seperti biasa. Taehyung merasakan hawa yang asing tiba-tiba. Jisoo sedang berada di dunia lain, sedang tenggelam dalam pikiran-pikirannya. Yang jelas adalah bagaimana menjelaskan kepada Taehyung bahwa dirinya sekarang menjalin hubungan dengan kakaknya padahal semalam dia jelas mengatakan bahwa Seokjin hanya menjadikannya pasangan pura-pura. Jisoo berakhir menatap Seokjin yang tetap berekspresi tenang. Merasa diperhatikan Jisoo, Seokjin menaikkan satu alisnya tanda bertanya.
"Setelah berpura-pura berpasangan, sekarang kalian jadi punya bahasa isyarat?" tanya Taehyung yang sadar bahwa Jisoo dan Seokjin sedang main mata.
"Hm? Oh, jadi Jisoo sudah cerita?"
Taehyung mengangguk tapi masih memandangi hyungnya menunggu kalimat lain. Jisoo berusaha tenang sambil memakan sandwichnya.
"Tapi kami sekarang benar-benar menjalin hubungan, Taehyung-ah."
Kalimat Seokjin berhasil membuat Taehyung tersedak. Jisoo dengan cekatan memberikan segelas air pada sahabatnya. Taehyung meneguk air, tapi masih terbatuk-batuk. Jisoo menepuk-nepuk pundak Taehyung.
"Benarkah?" tanya Taehyung. Sahabatnya mengangguk.
"Wuah, jadi hubungan love and hate di antara kalian itu benar ya."
Jangan sampai Taehyung bertanya yang aneh-aneh. Misalnya menanya Jisoo sejak kapan menyukai Seokjin atau sejenisnya. Karena Jisoo benar-benar belum bisa menjawab hal-hal seperti itu. Dirinya bahkan masih mencerna keadaan bahwa statusnya sudah memiliki kekasih dan bahkan sudah tidur bersama Seokjin semalam. Tentu saja tidur dalam arti yang sebenarnya.
Taehyung menatap Jisoo penuh selidik. Mencari ekspresi dari Jisoo yang mungkin terasa mengganjal di matanya. Tapi yang dilihatnya justru Jisoo yang sibuk mengabaikan tatapannya karena pipi sudah semerah tomat.
"Cih, benar-benar...," ucap Taehyung masih dengan nada tidak menyangka. Kakak kandungnya yang selalu membuat Jisoo bermuka merah karena marah, kini membuat wajah Jisoo merah karena tersipu. Plot twist yang klise tapi tetap lucu.
"Baiklah, silahkan lovey dovey berduaan. Aku mau latihan baseball," kata Taehyung yang dibalas tatapan menanya dari kedua pasang mata. Taehyung sudah menyelesaikan sarapannya dan beranjak pergi.
"Oh, Thank you, Taehyung-ah. Kau memang adik yang pengertian," kata Seokjin sambil tersenyum puas. Jisoo tersedak. Seokjin memang luar biasa. Luar biasa santai.Seokjin dan Jisoo masih melanjutkan sarapan. Tidak banyak kata yang dikeluarkan Jisoo sepeninggal Taehyung. Berdua dengan Seokjin kali ini membuatnya canggung. Padahal semalam tidur di tempat tidur yang sama. Semuanya adalah hal baru baginya. Jisoo merasa pipinya masih panas tersipu mengingat ciuman Seokjin semalam dan terlelap dalam pelukannya.
Jisoo ingin menanyakan banyak hal pada Seokjin, tapi rasanya masih canggung dan tidak tahu memulai darimana membicarakan mereka berdua. Seokjin dilihatnya juga masih anteng menikmati sarapan. Mencuri-curi pandang pada Seokjin yang duduk di depannya, tak sengaja mata mereka beradu tatap juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Jerk
FanfictionTidak ada pertemuan tanpa rasa kesal. Tapi siapa sangka pertemuan-pertemuan itu menjadi hal yang sakral.