Musim panas menuju puncak, suhu hangat sudah terasa menyelimuti sore di Seoul. Seokjin berlari-lari kecil di taman sekitar apartemennya. Peluh yang membasahi dahi hingga rambut seolah membuatnya puas. Kapan lagi mendapat keringat di outdoor kalau bukan saat musim panas. Mengenakan hodie putih dan sweatpants hitam, pria itu menarik perhatian beberapa orang yang dilewatinya.
Seokjin bukan orang tampan yang angkuh, bukan pula orang yang sok populer atau mengesankan dirinya dingin. Tatapan orang yang dilewatinya justru dibalas Seokjin dengan senyum simpul sekedarnya. Bersikap ramah, seperti yang orang tuanya ajarkan sejak kecil sehingga sikap ramahnya terbawa menjadi sifat hingga dewasa. Dan efek dari senyuman orang tampan memang luar biasa. Hanya tersenyum, seolah menjadikan dunia mudah bagi seorang Kim Seokjin.
"Cih, tebar pesona terus....," gumam seseorang yang tengah memperhatikan Seokjin yang masih berlari-lari sambil tersenyum. Padahal Jisoo ingat betul, dia tidak pernah mendapat senyum sesederhana itu dari Seokjin. Yang ada malah senyum jahil dan tawa kemenangan saat berhasil mengerjainya.
Gadis itu tidak sengaja melihat Seokjin yang berjarak sekitar 20 meter dari tempatnya berdiri. Sore ini dia akan menemui Taehyung untuk memberikan laptop Taehyung yang terbawa olehnya. Setelah itu rencananya Jisoo akan pergi dengan Jungkook. Cukup terlihat berbeda dengan memakai dress sore ini. Jisoo sudah mewanti-wanti Jungkook untuk tidak naik motor. Lebih baik naik bis umum saja daripada naik motor Jungkook.
"You are too much, Jisoo-ya!" ucap Taehyung sambil melihat Jisoo dari atas hingga ke bawah. Dress berwarna putih tulang yang ditutup jaket denim, dilengkapi sandal berwarna kulit dengan aksen tali di pergelangan kaki. Rambut hitam dibiarkan tergerai dengan make up yang tidak terlalu tebal dan lipstik berwarna pink lembut. Terlalu berlebihan perbedaannya karena Jisoo biasanya lebih nyaman mengenakan celana jeans.
"Memang sengaja. Biar Jungkook semakin gencar mengejar," jawab Jisoo sekenanya. Taehyung menggeleng, kadang malu pada sifat sahabatnya yang kelewat blak-blakan bahkan saat pendekatan dengan pria. Taehyung menerima laptop dari tangan Jisoo, sementara gadis itu tidak berniat masuk ke dalam rumah.
"Hyung tidak ada, masuk saja dulu."
"Iya, aku tahu. Tadi hyungmu jogging sambil tebar pesona di kompleks apartemen," jawab Jisoo. "Jungkook sudah menungguku di luar, Taehyung-ah. Aku pergi dulu."
Seokjin menaikkan salah satu sudut bibir ketika melihat Jisoo yang naik ke mobil Jungkook dengan senyum yang lebar. Kakinya yang berlari-lari kecil perlahan memelan, merubah gerakan menjadi berjalan. Matanya memperhatikan Jungkook yang juga terliat riang membukakan pintu mobilnya untuk Jisoo. Dasar manusia kasmaran. Seokjin menebak tidak akan lama lagi mereka menjadi pasangan resmi kalau dia tidak segera berbuat sesuatu.
"Dasar genit," lalu sebuah umpatan keluar dari bibirnya, Seokjin menggumam. Matanya menatap sebal mobil Jungkook yang berlalu di depannya. Sialan, musim panas membuat darahnya ikut memanas sekarang. Sekarang dia bertanya-tanya pada diri sendiri kenapa harus sesebal ini melihat Jisoo tersenyum manis pada Jungkook.
***
Sudah jelas. Tidak diragukan lagi. Jisoo mengamati sikap Jungkook sepanjang kencan mereka. Tutur kata yang teramat manis dan penuh rayu disertai dengan pandangan mata penuh minat. Jungkook terus tersenyum sepanjang mengobrol dengan Jisoo, menampakkan gigi kelinci dengan malu-malu. Menghabiskan sabtu sore hingga malam bersama untuk pertama kali sejak kedekatan mereka sebulan ini. Jungkook pasti menyukainya, Jisoo membatin dengan lantang.
Setelah berpuas makan dan main game, mereka berdua menyempatkan diri duduk di pinggiran sungai han. Diamatinya pria berotot di sebelah. Ya, kalau ketampanan memang dari dulu Jungkook memilikinya. Ditambah sikap yang perhatian dan begitu manis. Sangat paham dengan kencan pertama dan mengisinya dengan kegiatan ringan. Jungkook mendapat kesempatan yang dia inginkan, mengobrol dengan Jisoo, mencari tahu apapun tentang wanita yang membuatnya tertarik itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Jerk
FanfictionTidak ada pertemuan tanpa rasa kesal. Tapi siapa sangka pertemuan-pertemuan itu menjadi hal yang sakral.