25

8K 957 246
                                    

"Pada akhirnya aku tetap masa lalumu dan dialah yang akan menjadi masa depanmu."

***

Michelle masih kesal dengan tindakan Rifqi barusan. Tanpa seizinnya laki-laki itu mengangkat panggilan yang masuk ke ponselnya. Salah satu sikap yang Michelle tak suka dari Rifqi ternyata masih melekat kuat dalam dirinya, yaitu bertindak semaunya. Michelle dapat mendengar jelas dalam percakapan itu bahwa Rifan tampak terkejut dengan keberadaan Rifqi di sisinya. Terlihat jelas bahwa Rifan baru mengetahui kedekatannya dengan Rifqi. Dalam arti, gossip tentang dirinya dengan Rifqi akan semakin menyebar di kampus ini.

"Lo kenapa angkat teleponnya sih?" Gerutu Michelle sambil membantu lelaki itu untuk berjalan menuju ruang dokter di rumah sakit.

"Ya kan namanya ada yang nelepon harus diangkat dong," jawab Rifqi ketus tak seperti biasanya. Lelaki ini tampaknya masih emosi karena menghadapi Rifan melalui

"Trus kenapa harus kaya gitu ngejawabnya?" Tanya Michelle.

"Kaya gimana emang?" Rifqi malah bertanya balik.

"Iya judes gitu," Michelle mencoba untuk memperjelas meskipun dia tahu lelaki disampingnya ini pura-pura tidak mengerti dengan apa yang dimaksud olehnya.

"Nggak kok gue biasa aja," Rifqi berbohong.

"Ke cowok aja galak, giliran digoda betina malah gatel," sindir Michelle.

"Yaiya lah, kalau gue gatel ke cowok gue homo dong," Rifqi masih berusaha untuk membela dirinya.

Lelaki itu kemudian terdiam sejenak. Rifqi baru tersadar akan sesuatu. Michelle yang sedang membantunya untuk berjalan pun ikut terdiam karena langkah Rifqi yang terhenti. "Ngapa lo? Rasain tuh kaki pasti makin sakit."

Senyum Rifqi mengembang. Sementara Michelle mengerutkan keningnya, dia tidak mengerti arti dibalik senyuman Rifqi kali ini. Lelaki itu memutarkan badan Michelle sehingga kini mereka berhadapan. Kemudian dia memajukan wajahnya hingga hanya berjarak lima senti dengan wajah Michelle. Perempuan yang ada dihadapannya secara otomatis menahan nafasnya, dia tidak tahu apa yang akan dilakukan selanjutnya oleh lelaki itu.

"Kenapa emang kalau gue gatel ke cewek lain? Lo cemburu yah?" Tanya Rifqi dengan suara yang lembut.

Michelle segera memalingkan wajahnya untuk menyembunyikan kedua pipinya yang mulai merona karena perkataan Rifqi barusan. Namun sayangnya kali ini Michelle tidak dapat menutupinya karena dengan jarak lima senti ini Rifqi dengan mudahnya bisa menggerakkan wajah perempuan itu agar kembali menatapnya.

Mata Michelle membulat sempurna. Wajahnya pun semakin memerah. Kali ini dia benar-benar merasa malu. Setelah ini pasti Rifqi semakin percaya diri karena telah berhasil membuatnya tersipu. Michelle tidak mau hal itu terjadi, Rifqi akan terus menggodanya dengan rumus gombalan yang telah dia pelajari selama bertahun-tahun.

"Apasih gak usah kepedean deh lo," Michelle menoyorkan tubuh Rifqi dengan pelan supaya lelaki itu menjauh darinya. Dia sudah tidak tahan berada dalam posisi itu.

"Yaudah deh gak papa, cewek kaya lo mah emang gengsian," Rifqi terkekeh pelan. Lelaki itu kembali menopangkan lengan kanannya di bahu Michelle.

Michelle mendengus kesal. Hari ini dia tidak bisa menolak untuk berjalan sedekat ini dengan Rifqi untuk sepanjang harinya. Bagaimana bisa dia memudarkan rasa cinta terhadap lelaki itu yang mulai tumbuh kembali apabila dia semakin hari semakin dekat dengannya?

Sementara disisi lain Rifqi tersenyum puas. Berkali-kali langit memihak kepadanya. Berkali-kali Rifqi diberi kesempatan untuk mempererat hubungannya dengan sosok yang sampai saat ini masih menetap di hatinya. Namun sayangnya, sosok itu sudah tak lagi menjadi miliknya dan kebahagiaan yang saat ini dia dapati sebentar lagi akan sirna untuk selamanya.

CERITA LAMA BELUM KELAR - CLBK (IPA & IPS 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang