"Dengan berharap, segala hal yang tak tergapai menjadi terasa lebih menyakitkan."
***
Rifqi masih mematung di atas panggung. Dia terkejut dengan apa yang baru saja dia saksikan. Rifqi tidak percaya bahwa tunangannya akan nekat melakukan hal itu kepada Michelle.
"Kenapa lo pada diem aja?" Tanya Aldino yang hendak menyelamatkan Michelle. Dia terlihat beremosi karena semua teman-temannya bertindak lambat.
Rifqi tersadar kembali, cepat-cepat dia mengambil handuk dari petugas hotel yang sedang menjaga di rooftop. Lalu dia menghampiri Michelle yang sudah dibawa ke tepi kolam renang. Aldino telah memberikan pertolongan pertama kepada Michelle, namun alhasil perempuan itu belum tersadar kembali. Tak ada cara lain selain memberinya nafas buatan, Aldino terpaksa melakukan hal itu demi keselamatan perempuan ini.
"Lo mau ngapain gila," Rifqi langsung mencegat tindakan Aldino sebelum bibir lelaki itu menyentuh bibir Michelle. Walaupun Rifqi tahu Aldino hendak menolongnya namun Rifqi merasa tidak rela dan secara spontan dia mencegat hal itu sebelum terjadi.
"Gue mau nolong dia, jangan salah paham," jelas Aldino.
Rifqi mengambil alih peran yang sedang Aldino jalankan. Kini dialah yang mencoba untuk memberikan pertolongan pertama kepada Michelle. Selang beberapa belas menit gadis itu terbatuk-batuk, mengeluarkan air kolam renang dari mulutnya. Rifqi segera membalut Michelle dengan handuk yang dia bawa dan menggendongnya ke dalam suatu ruangan yang pastinya jauh lebih hangat. Menghindari angin malam yang semakin dingin.
"Rifqi," Michelle mengeluarkan suaranya. Memastikan penglihatannya yang masih buram.
"Iya ini gue, lo aman sama gue sekarang," jawab Rifqi.
Lelaki itu menempatkan gadis yang dia gendong di atas sofa yang terdapat di ruangan tersebut. Tak lama kemudian Rifa datang membawa secangkir teh hangat. Beberapa alumni ikut masuk ke dalam ruangan karena penasaran dengan apa yang baru saja mereka saksikan.
"Kok bisa kaya gini sih Rif? Chelle lo gak-papa kan?" Rifa bertanya-tanya. dia masih terkejut dengan apa yang baru saja lihat.
"Lo bawa baju gak?" Rifqi mengabaikan pertanyaan Rifa.
"Ada, gue ambil dulu yah," sebelum Rifq merespon jawabannya, Rifa telah pergi untuk membawa baju cadangannya.
Rifqi kembali memperhatikan Michelle. Gadis itu masih mengigil kedinginan. Hidung dan matanya masih merah. Rifqi memberikan secangkir teh hangat yang Rifa tinggalkan di atas meja kepada Michelle. "Diminum dulu biar badan lo anget."
Michelle meraih cangkir itu dari tangan Rifqi, lalu dia minum secara perlahan. Tak lama setelah itu Rara dan Farrel datang dengan wajahnya yang memucat.
"Michelle maaf banget gue tadi di toilet jadi gak tau lo jatoh, lo gak-papa kan?" Rara terlihat sangat khawatir. Sahabatnya itu segera duduk di samping Michelle.
"Lo berdua jagain dia dulu, gue harus ngurusin sesuatu," Rifqi menitipkan Michelle kepada Rara dan Farrel.
Keduanya mengangguk paham. Setelah mendapat respon dari kedua temannya, lelaki itu segera pergi untuk mencari tunangannya. Dia tidak tahu kemana perginya Rika namun dia tahu betul bahwa Rika tidak akan meninggalkan tempat ini. Perempuan itu tidak pernah mau pulang sendirian bagaimanapun keadaannya.
Rifqi mencari tunangannya ke tiap sudut di tempat ini. Sesekali dia juga bertanya pada orang-orang yang ada di sekitar. Sampai akhirnya Rifqi menemukannya di sudut yang cukup tersembunyi, jauh dari kerumunan orang-orang. Rifqi tahu itu Rika dari pakaiannya walaupun gadis itu membelakanginya, sedang melihat pemandangan ibu kota di langit malam. Rifqi menarik lengannya secara kasar sehingga gadis itu berbalik menghadapnya. Tergambar jelas dari raut wajah perempuan ini bahwa dia tidak merasa bersalah atas perbuatannya, hal itu membuat Rifqi semakin naik darah.
"Rika lo apa-apaan sih," ujar Rifqi sedikit beremosi
"Elo yang apa-apaan Rif," mata Rika mulai berkaca-kaca.
"Gue udah bilang sama lo kalau lo mau ikut gak usah ngerusak suasana acara gue."
"Lo yang mancing gue buat ngelakuin itu Rif. Bisa gak sih sekali aja lo hargain perasaan gue sebagai tunangan lo? Gue udah mendem semuanya dari lama. Lo rayu-rayu cewek lain gue biarin, lo ajak jalan mantan lo gue biarin juga, udah sesabar apa gue sama lo?" satu butiran air mata lolos membasahi pipi Rika.
"Inget Rif hubungan yang sekarang kita jalanin itu jauh lebih serius dari pada hubungan yang pernah lo jalanin sama perempuan itu," Rika meninggikan suaranya. Suaranya menjadi perhatian beberapa orang yang berlalu-lalang di sekitar sana.
"Kalau lo tau gue masih sayang sama dia kenapa lo gak lepasin gue? Lo masih mau nikahin orang yang jelas-jelas gak ada rasa sama lo?" Rifqi menyentak. Dia sudah tidak bisa berpikir jernih karena emosinya yang mendominasi sehingga ucapannya tak terkendalikan.
"Rif lo cowok terbangsat yang pernah gue temuin," air mata Rika semakin deras membasahi pipinya.
"Terus lo masih mau sama cowok bangsat kaya gue?" Rifqi membuat Rika tak berkutik lagi. Perempuan yang ada dihadapannya ini masih mencoba untuk menahan tangisnya namun usahanya kali ini tak berhasil dia malah semakin terisak-isak.
Kini keduanya sudah menjadi pusat perhatian para alumni di tempat ini. Orang yang tidak tahu ceritanya mungkin dengan melihat situasi sekarang akan mengira bahwa Rifqilah yang jahat, dia lah peran antagonisnya.
Dia segera meraih perempuan itu ke dalam pelukannya. Rifqi tak mau semua orang salah paham, dia tidak mau dianggap yang tidak-tidak walaupun dia yakin setelah ini gosip-gosip mengenai kejadian ini akan beredar kemana-mana, terutama di kampusnya karena sebagian besar alumni Intenational High di angkatannya melanjutkan studinya di Presavy University.
Saat itu juga Michelle dan Rara memasuki kerumunan orang-orang disana karena penasaran. Michelle sedikit terkejut dengan apa yang baru saja dia lihat. Seperti inilah akibatnya apabila masih berharap pada suatu ketidakpastian.
Beberapa menit yang lalu Rifqi menolongnya dengan penuh kasih sayang, Beberapa menit yang lalu Rifqi menggenggam tangannya dan mengajaknya untuk tampil bersama seolah-olah lelaki itu sedang menarik dirinya kembali masuk ke dalam hatinya, mengajak perempuan itu untuk mempelajari arti cinta untuk kedua kalinya.
Michelle tak berhak untuk marah. Dia juga tidak berhak untuk merasa sedih atas apa yang dia lihat. Sudah sewajarnya Rifqi bersikap romantis kepada tunangannya. Hubungan yang sedang Rifqi jalankan bersama Rika jauh lebih serius dan spesial dibandingkan hubungannya yang pernah dia jalani dahulu bersama lelaki itu. Lagi-lagi semua ini karena Michelle masih mengharapkan Rifqi, mengharapkan lelaki itu masih ada perasaan untuknya. Namun sepertinya Rifqi memang sudah tidak mencintai dirinya, sepertinya segala hal yang dilakukan oleh Rifqi kepadanya hanya sebatas menolong sebagai teman lama. Tak lebih dari itu.
"Maafin gue Rika, maaf gue udah kasar sama lo," bisik Rifqi saat gadis itu masih berada di pelukannya.
"Iya Rif. Gue gak akan nyerah sampai kapan pun juga, gue bakal tetep merjuangin hubungan kita," Rika tersenyum menang.
***
Vote dan Comment buat next part!
Instagram :
Putrizhr
Chachaii_
Hai semuanya, gimana nih sama part yg ini? Semoga masih pada tetep suka yaa sama ceritanya. Tetep terus ikutin cerita aku yah karena kedepannya bakal banyak kejutan buat kalian semua. Seperti biasa, 1,5 readers 300 vote aku langsung up yaa..
Ohiya buat kalian yang akun IGnya mau di follback sama aku, capture bagian favorit dari cerita CLBK, masukkan ke Snapgram dan jangan lupa tag akuu @putrizhr dan @chachaii_. lima orang pertama yaa!
See u!!
KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA LAMA BELUM KELAR - CLBK (IPA & IPS 2)
Fiksi Remaja[SUDAH TERBIT] FOLLOW DULU SEBELUM BACA, PART PRIVATE ACAK Cerita Lama Belum Kelar Jika kita tidak di takdirkan untuk bersama lalu mengapa Tuhan selalu mempertemukan kita? HIGHEST RANK IN 2020 : #1 on Michelle #1 on IPS #1 on Rifqi #1 on Ipadanips ...