29

6.7K 901 125
                                    

"Terkadang kita lupa kalau sebelum melupakan kita harus mau memaafkan."

***

Michelle membuka matanya perlahan. Sejujurnya matanya masih terasa berat, dia masih pingin tidur namun cahaya mentari yang memapar wajahnya membuat tidurnya tidak terlalu nyenyak. Perempuan itu perlahan membenarkan posisi duduknya untuk memastikan keberadaanya sekarang.

Rifqi langsung menoleh karena pergerakan Michelle barusan. Dugaannya benar, perempuan itu telah terbangun. Rifqi tetap memperhatikan Michelle lewat sudut matanya. Dari sudut pandang lelaki itu, Michelle terlihat tidak sepenuhnya tersadar. Perempuan itu segera membuka sun visor untuk melihat wajahnya dari cermin yang terletak di sun visor tersebut.

"Tadi lo gak ileran kok," Rifqi mencoba untuk mencairkan suasana di antara mereka berdua dengan bercandaannya.

"Ih serius Rif," Michelle langsung memeriksa semua bagian wajahnya. Perempuan itu mengira Rifqi barusan menyindirnya, padahal itu hanya sebatas candaan.

"Ehh gak percaya. Lagian lo tidur juga tetep cantik kok, lo selalu cantik di mata gue," pujian Rifqi sukses membuat kedua pipi Michelle memerah.

Perempuan itu langsung menyembunyikan wajahnya yang mulai terasa panas. Kali ini Rifqi tidak melihat reaksi Michelle dengan jelas karena mereka kini sudah berada di gerbang tol Pasteur sehingga Rifqi harus menyiapkan kartu e-tollnya.

Beberapa saat kemudian mereka sudah keluar dari tol. Kini keduanya sudah benar-benar berada di dalam kawasan kota Bandung. Kali ini situasi jalan memihak pada kelancaran kencan mereka. Daerah Pasteur yang terkenal dengan kemacetannya kini tampak seratus delapan puluh derajat dari biasanya.

"Chelle," panggil Rifqi saat mereka berada di lampu merah perempatan.

"Hmm?" Michelle mendeham sebagai jawaban dari panggilan tersebut.

"Izinin gue buat bahagiain lo hari ini," ujar Rifqi tanpa melirik Michelle sama sekali.

Michelle sedikit terkejut dengan ucapan Rifqi barusan. Perempuan itu otomatis langsung menoleh kepada lelaki itu untuk memastikannya.

"Biar lo ngerasa lebih bahagia, anggap aja gue cowok lo hari ini," lanjut Rifqi, kali ini terdengar jauh lebih serius.

***

Sejujurnya Michelle sangat merindukan pemandangan kota kelahirannya. Baginya secanggih apapun fasilitas di ibu kota, juara di hatinya tetaplah kota Bandung. Banyak sekali hal yang terjadi di kota ini yang membuat tempat ini menjadi jauh lebih berharga.

Akhirnya mereka sampai di depan International High. Dada Michelle seketika terasa sesak. Dia belum siap untuk mengenang masa lalu itu kembali. Rasanya sakit setiap kali dia berkunjung kesini, seolah-olah dia belum sembuh dari luka lamanya.

Satu per satu kenangannya di tempat ini mulai bermunculan dalam benaknya, mulai dari saat dia pertama kali menginjakkan kakinya ke tempat ini sampai hari di mana dia harus berpisah dengan teman-teman putih abu-abunya. Tepatnya, hari dimana Michelle seharusnya berbahagia, namun yang terjadi saat itu malah sebaliknya.

Mata Michelle mulai berkaca-kaca, nafasnya mulai tidak beraturan. Hatinya terasa sakit setiap kali ada kenangan yang terlintas di kepalanya. Perempuan itu berusaha untuk menyembuhkan dirinya selama bertahun-tahun, dia berusaha untuk melupakan segala hal yang terjadi di tempat ini. Namun, hari ini Rifqi dengan mudahnya mengungkit kenangan lama yang sudah Michelle kubur dalam-dalam.

Rifqi menggenggam tangan Michelle dengan kedua tangannya. Michelle sontak menoleh karena aksi yang saat ini Rifqi lakukan. Rifqi sedikit terkejut melihat wajah Michelle yang sudah sembap dengan butiran air mata yang masih tersisa di pipinya.

Rifqi tersenyum hangat dengan matanya yang masih setia menatap wajah Michelle. Kedua tangannya mengusap punggung tangan Michelle dengan lembut. Sejujurnya Rifqi tidak tega melihat Michelle menangis seperti ini, dia sedikit merasa bersalah karena telah membawa perempuan ini ke tempat dimana traumanya berasal.

"Chelle kalau lo mau berdamai sama masa lalu, lo harus bisa ngadepinnya secara langsung, Akhiri semuanya dengan baik-baik disini," ucap Rifqi jauh lebih lembut dari biasanya.

"Itu alasan gue kenapa bawa lo ke sini," Rifqi melanjutkan ucapannya.

Michelle masih terdiam tak merespon apa-apa. Perempuan itu masih berusaha untuk menenangkan dirinya. Sejujurnya saat ini dia benar-benar merasa malu karena telah menumpahkan air matanya di hadapan lelaki yang telah membuatnya trauma dahulu. Dia malu karena saat ini dia terlihat sangat lemah di mata lelaki yang dahulu pernah menyakitinya.

Perlahan Rifqi melepaskan genggamannya dari tangan Michelle. Lalu tanpa seizin perempuan itu, Rifqi menempatkan kedua tangannya di pipi Michelle. Lelaki itu segera menyeka butiran air mata yang masih tersisa di pipi perempuan itu menggunakan kedua ibu jarinya. Rifqi mendekatkan wajahnya, lelaki itu berusaha untuk memastikan tidak ada buliran air mata yang tersisa di wajah Michelle.

Lelaki itu perlahan mendongkakan kepalanya untuk menatap kedua mata perempuan itu. Rifqi sedikit terkejut karena saat ini mereka benar-benar hanya berjarak lima senti. Michelle sudah menahan nafasnya dari tadi. Dia berusaha untuk mengatur detak jantungnya agar stabil kembali.

"Kita perbaikin ini semua bareng-bareng ya Chelle?" Rifqi berusaha untuk mendapatkan persetujuan perempuan itu untuk terjun bersama ke dalam masa lalu mereka.

"Gue gak bisa jamin kalau lo setelah ini bisa ngelupain masa lalu lo, tapi yang jelas pegang janji gue bahwa gue hari ini bakal bahagiain lo," Rifqi berjanji dengan tatapannya yang penuh dengan keseriusan. Rifqi ingin Michelle benar-benar percaya dengannya.

Michelle masih terdiam tidak merespon apapun. Otaknya masih berusaha untuk mencerna segala informasi yang baru saja dia dapatkan. Kini, informasi itu perlu dia gunakan untuk membuat sebuah keputusan yang bisa dibilang cukup berat. 

Dalam pengalamannya selama ini, akan ada dua kemungkinan yang terjadi setelah menyelam kembali ke dalam masa lalu. Akan ada dua akibat yang mungkin akan dirasakan setelah membuka luka lama yang hampir mengering. Kemungkinan yang pertama adalah langsung sembuh dari luka lama itu dan yang kedua adalah luka itu akan semakin dalam dan sakitnya akan semakin terasa.

"Gimana Chelle?" Rifqi sedikit mendesak Michelle supaya perempuan itu segera memberikan jawabannya. Lelaki itu perlu kepastian dari Michelle yang masih penuh dengan kebimbangan.

Michelle tetap fokus mempertimbangkan kedua pilihan yang diberikan oleh Rifqi. Perempuan itu masih menimbang resiko di setiap pilihan yang ditawarkan. Michelle seketika teringat oleh suatu pepatah bahwa penyesalan yang paling berat adalah penyesalan tidak melakukan suatu hal disaat diberikan suatu kesempatan. Hari ini Michelle diberikan kesempatan oleh Rifqi untuk mengobati luka lamanya dengan cara menghadapinya di tempat luka itu berasal dan kesempatan ini belum tentu akan datang dua kali.

"Yuk," Michelle menyetujui ajakan Rifqi.

***

Vote dan Comment buat next part!

Instagram :

Putrizhr

Chachaii_

Hai semuanya, gimana nih sama part yg ini? Semoga masih pada tetep suka yaa sama ceritanya. Tetep terus ikutin cerita aku yah karena kedepannya bakal banyak kejutan buat kalian semua. Kita naikin sedikit yaa karena aku ada kesibukan pribadi juga maaf banget, 2k readers 400 vote aku langsung up yaa..

Ohiya buat kalian yang cerita di wattpadnya mau difeedback sama aku, capture bagian favorit dari cerita CLBK, masukkan ke Snapgram dan jangan lupa tag akuu @putrizhr dan @chachaii_. tiga orang pertama yaa!

See u!!



CERITA LAMA BELUM KELAR - CLBK (IPA & IPS 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang