28

6.7K 920 115
                                    

"Ternyata hanya saling cinta itu tidak cukup untuk membuat kita tetap bersama."

***

Sepanjang perjalanan jantung Michelle berdegup dengan kecepatan di atas rata-rata. Kali ini bukan karena gombalan Rifqi penyebabnya, melainkan ketakutannya karena lelaki yang sedang cedera di bagian kakinya ini mencoba untuk mengendarai mobil dengan kecepatan tergolong cepat. Rifqi tak punya pilihan lain, dia berada di jalan tol sehingga dia tidak bisa mengemudi dalam kecepatan yang tergolong lambat.

Di sisi lain Michelle sedikit menyesal karena telah menyetujui keinginan Rifqi. Dia tidak menduga akan semenyeramkan ini. Dalam perjalanannya menuju kota kelahirannya Michelle tidak berhenti berzikir di dalam hati. Michelle juga tidak berhenti berdoa supaya nyawa dan mobil Sarah terselamatkan untuk hari ini.

"Tegang amat dah," Rifqi mulai membuka suaranya, lelaki itu sesekali melirik perempuan yang ada disebelahnya.

"Liatnya ke jalan aja," Michelle sedikit membentak karena kepanikannya atas tindakan Rifqi barusan.

Rifqi sedikit terkejut dengan bentakan Michelle barusan, namun lelaki itu langsung mengikuti perintah perempuan itu untuk tetap fokus menatap jalanan yang ada dihadapannya. Perempuan yang ada di sisinya saat ini tampak ketakutan, namun Rifqi tidak tahu apa penyebabnya.

Perlahan senyum Rifqi mengembang, dia baru saja mengerti dengan apa yang sedang dirasakan oleh Michelle saat ini. Setelah dicerna berkali-kali Rifqi menemukan penyebabnya.

"Ini padahal gue ngendarainnya di kecepatan tujuh puluh loh," celetuk Rifqi disela-sela keheningan.

"Yaudah bawanya hati-hati aja," kali ini Michelle merespon jauh lebih ketus dari biasanya. Namun hal tersebut dapat dimaklumi oleh Rifqi karena perempuan itu saat ini sedang ketakutan karena ulahnya.

"Gini ya Chelle. Secara logika, gak ada cowok yang mau nyelakain calon masa depannya," Rifqi tetap berusaha untuk mencairkan suasana di dalam mobil ini.

"Ih Rif jangan bikin gue makin deg-degan," gerutu Michelle, lebih tepatnya perempuan itu baru saja keceplosan.

Perempuan itu langsung menutup mulutnya rapat-rapat. Dia baru saja mengatakan suatu hal yang tidak boleh dia ungkapkan. Michelle meringis pelan, dia harap Rifqi tidak mendengar ucapannya barusan namun sepertinya hal itu tidak mungkin terjadi.

"Hah kenapa? Coba ulangin," Senyum Rifqi semakin mengembang. Sesekali dia tertawa bahagia karena ungkapan yang tak sengaja dikatakan oleh Michelle.

"Em.. Ma.. maksud gue lo kalo ga fokus nyetir makin bikin gue takut mati," Michelle mengoreksi. Kali ini otaknya bisa diajak bekerja sama untuk mencari solusi yang cemerlang dalam waktu yang singkat.

"Gengsi amat. Apa susahnya bilang masih sayang," Rifqi memancing Michelle untuk mengakui perasaannya.

"Dih, kepedean banget," kali ini Michelle tidak terpancing.

"Gue kadang suka bingung, kok bisa yah gue mau-mau aja dibuat nunggu kaya gini sama lo padahal biasanya gue yang bikin cewek-cewek nunggu," ungkap Rifqi dengan nada yang lebih serius.

"Gue udah pernah nyoba buat pergi sejauh mungkin supaya gue bisa ngelupain lo, tapi ujung-ujungnya Tuhan mempertemukan kita di kampus yang sama," Rifqi melanjutkan perkataannya.

Michelle masih setia menyimak tiap kata yang dilontarkan oleh lelaki itu. Mencoba untuk menebak-nebak tujuan Rifqi yang membawanya ke perbincangan serius.

"Lo juga pasti pergi jauh-jauh ke Jakarta biar bisa ngelupain gue kan? Tapi sejauh apapun kita pergi ujung-ujungnya kita selalu dipertemukan lagi dan lagi," Rifqi menebak.

Tebakan Rifqi benar. Dia pergi jauh-jauh ke Jakarta untuk meninggalkan segala kenangan yang ada di sana. Michelle memang berencana untuk memulai hidup baru di ibu kota. Dia berharap hidupnya jauh lebih bahagia di sini dan dia bisa melupakan masa-masa kelam yang pernah terjadi padanya di kota kelahiran. Namun ternyata sosok yang membuat trauma dalam hidupnya muncul kembali di hadapannya dan sekarang, sosok itu mengajaknya untuk mengenang masa-masa itu kembali, sosok itu mengajaknya untuk membuka luka lama yang sudah mulai mengering.

"Gue seneng banget ketemu sama first love gue. Tapi gue agak sedih karena sampai detik ini, gue gak pernah tahu apa tujuan Tuhan di setiap pertemuan kita," suara Rifqi memelan. Dia baru sadar bahwa dirinya telah terlalu banyak mengungkapkan perasaannya selama ini. Dia tidak mau membuat Michelle merasa tidak nyaman berada di dekatnya karena ucapannya barusan.

Sesekali Rifqi menatap Michelle untuk memastikan keadaan perempuan itu. Dugaannya benar, Rifqi bisa merasakan gerak-gerik Michelle yang tak seperti biasanya. Perempuan itu terlihat jelas mulai merasa tidak nyaman berada di sisinya karena perkataannya barusan. 

"Eh lupain aja yang gue omongin tadi, gue terlalu terbawa suasana," Rifqi menggaruk tengguknya yang sama sekali tidak gatal.

Michelle tidak merespon apa-apa. Dia tidak tahu harus berkata apa setelah Rifqi meluapkan isi hatinya. Michelle sebenarnya setuju dengan pernyataan Rifqi barusan. Dia juga tidak tahu apa tujuan Tuhan dibalik semua pertemuan mereka. Bertemu lagi dengan sosok yang dia cintai tanpa suatu kejelasan dalam tujuannya hanya membuat hatinya terasa terkikis detik demi detik.

Suasana kembali hening seperti semula. Michelle benar-benar menjadi bisu sementara Rifqi tidak membuka topik baru, seolah-olah dia membiarkan suasananya canggung seperti ini. Kini kehampaan di dalam mobil itu hanya diisi oleh lantunan lagu yang sedang di putar dalam suatu siaran radio ternama di ibu kota.

Michelle mulai merasa ngantuk. Dia terlelap dan mulai terjun ke dalam mimpinya. Sejujurnya tubuhnya terasa lemas sekali, padahal aktivitasnya hari ini tidak begitu banyak dan hari pun masih panjang. Namun entah kenapa hari ini energinya habis secepat itu.

Rifqi mencoba untuk melirik Michelle sesekali karena dia tidak bersuara sama sekali. Sudah berkali-kali pula Rifqi memanggil namanya, namun gadis itu tetap tidak menyaut. Rifqi khawatir Michelle benar-benar marah atau tidak nyaman bersamanya karena ucapannya barusan.

Setelah melihat wajahnya, Rifqi menghembuskan nafas leganya. Ternyata perempuan itu sudah terlelap. 

Senyum Rifqi perlahan mulai mengembang. Lelaki itu masih terbayang-bayang oleh wajah Michelle barusan yang sedang tertidur pulas. Rifqi akui Michelle benar-benar sempurna di matanya. Tak ada satu orang pun yang dapat menggantikan posisinya. Perempuan itu lah yang membuat hari-harinya menjadi lebih bewarna. 

Namun Rifqi sadar, kehadirannya dalam hidup Michelle hanya membuat masalah baru di dalam hidup perempuan itu. Rifqi hanyalah sosok parasit yang membuat kehidupan Michelle menjadi hitam-putih. Lelaki yang hanya bisa membuat perempuan itu menangis setiap malamnya. 

"I really do love you Chelle, maaf yah kalau selama ini gue selalu buat masalah baru dalam hidup lo," bisik Rifqi pelan nyaris tak terdengar.

***

Vote dan Comment buat next part!

Instagram :

Putrizhr

Chachaii_

Hai semuanya, gimana nih sama part yg ini? Semoga masih pada tetep suka yaa sama ceritanya. Tetep terus ikutin cerita aku yah karena kedepannya bakal banyak kejutan buat kalian semua. Kita naikin sedikit yaa karena aku ada kesibukan pribadi juga maaf banget, 2k readers 400 vote aku langsung up yaa..

Ohiya buat kalian yang cerita di wattpadnya mau difeedback sama aku, capture bagian favorit dari cerita CLBK, masukkan ke Snapgram dan jangan lupa tag akuu @putrizhr dan @chachaii_. tiga orang pertama yaa!

See u!!

CERITA LAMA BELUM KELAR - CLBK (IPA & IPS 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang