Part 7 | What Did You Eat?

591 87 37
                                    

Untuk part 8 nya langsung hari ini juga, diupdate nanti agak sorean ya..

Untuk part 8 nya langsung hari ini juga, diupdate nanti agak sorean ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau mirip Mister Crab," gumam Rapunzel berubah pikiran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau mirip Mister Crab," gumam Rapunzel berubah pikiran. Lelaki itu bukan buaya, tapi kepiting rebus. Perubahannya terlalu jelas. Melihat telinga Heinrich yang memerah, Rapunzel jadi ingat kartun tontonannya di saluran nickelodeon dan gumaman itu ternyata menyentak kesadaran Heinrich yang sempat membeku beberapa detik.

"Wajahmu kenapa? Belum pernah melihat wanita cantik?"

Ekspresi Heinrich tampak kaku dan canggung, buru-buru membebaskan tangan Rapunzel lalu bergerak cepat menarik diri ketika tengkuknya tiba-tiba dijerat. Rapunzel lebih dulu mendorongnya, menghapus jarak. Dadanya bersentuhan dengan debaran halus di balik lapisan gaun putih Rapunzel yang terawang. Pandangan Heinrich menggelap, berusaha memalingkan muka. Bra hitam gadis itu memang sudah terlihat dari jauh. Tadinya dia tak menghiraukan, tapi dalam posisi seperti ini, rasanya sulit.

"Lepas." Heinrich kembali membungkuk, mengancam tangan Rapunzel yang terulur dengan tatapan tajam.

"Lepaskan sendiri. Ini tidak seperti kau perlu kunci untuk membuka borgol kan?" Senyum Rapunzel mengembang, sudut matanya menyipit.

"Kau sakit."

"Lalu?"

"Orang sakit tidak bisa kuperlakukan kasar." Heinrich menggeram, membuat Rapunzel ikut menyadari jarum infusnya hampir tercabut.

Tiang besi penggantung cairan infus di samping ranjang dan selang pendek itu mengganggu, tapi Rapunzel tidak peduli. Alasan macam apa itu? Ia lebih percaya jika Heinrich juga menyukai posisi mereka.

"Kasar," tirunya serak, berubah nelangsa merasakan kulit Heinrich yang jarang dirawat. Usapan Rapunzel tidak benar-benar menggesek, jemarinya bergeser lembut––setengah terangkat, membelai bulu kuduk Heinrich yang langsung berdiri.

"Apa kau sering mendapatkan luka setiap kali bertugas?" tanya Rapunzel terang-terangan, menatap Heinrich dengan sinar khawatir.

"Tidak selalu. Luka seperti ini hal yang biasa," kata Heinrich. "Dimana pun setiap orang akan menemui bahaya, tapi ada kalanya bahaya itu tidak bisa dihindari... Begitulah damkar."

RAPUNZEL (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang