10

1K 131 3
                                    

Jeno mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang.

Karena jaraknya yang cukup jauh.

"Agak jauh Yeon, nggak papa?" Jeno masih fokus menyetir.

Siyeon menoleh. "Nggak papa kok."

"Yeon, gue boleh nanya-nanya nggak?"

"Nanya apa?"

"Tentang lo."

"Boleh."

Jeno terdiam sebentar. Banyak yang ingin ditanyakan dalam otaknya.

Tapi itu semua mendadak hilang saat sudah didekat Siyeon.

"Lo.., masih suka sama Sunwoo?"

Siyeon kaget. "Kok lo tau namanya?"

Jeno.. Jeno..

"Ah? I-itu.., gue kenalan pas kejadian kemaren."

"Oh..,

---ya.., ngeliat kelakuan dia yang sekarang, mungkin gue udah lupain dia."

Jeno masih menyimak.

"Seberapa banyak pun kebaikan yang dia kasih ke gue, itu semua bakal nggak berarti.

--kalo dia nyakitin gue."

"Lo tenang aja Yeon, suatu saat ntar pasti lo nemuin seseorang yang lebih baik.

--gue contohnya."

Siyeon tertawa. "Pede banget."

Jeno ikut tertawa. "Serius, Yeon."

"Ah udah ah Jen, gue jadi pusing ini."

"Hahaha, iya-iya."

































Mobil Jeno berhenti didepan gedung bertingkat.

Tidak lain tidak bukan itu adalah perusahaan Jeno.

"Yuk, turun."

Siyeon yang terlihat kebingungan pun hanya mengikuti langkah Jeno.

Mereka sudah didalam sekarang. Gedung sudah sepi karena memang para karyawan sudah waktunya pulang.

"Jen, kita ngapain kesini? ini kantor siapa?"

Siyeon melihat sekeliling. Dibagian penerima tamu tentu saja ada logo dan nama perusahaan.

Tertulis..

'LeeJcom'

"Jen..,"

Jeno menatap Siyeon.

"Jangan bilang lo Jeno yang diinternet?"

Ia hanya tertawa pelan mendengar penuturan Siyeon.

"Jeno yang sering ada di timeline ig?

--Jeno yang.., punya dua cabang perusahaan terkenal di asia?"

Jeno tersenyum. "Iya."

"Serius, Jen?"

Lalu mengangguk.

Sontak, Siyeon menutup mulutnya tak percaya.

'Pantesan kek pernah liat..' Batinnya.

"Udah ah ayo, ntar aja kagetnya." Jeno menarik lengan Siyeon.

Sedangkan Siyeon masih menutup mulutnya terkejut.

Kemudian mereka menaiki lift. Jeno memencet tombol rooftop.

"Kenapa Yeon? Sakit?"

"Eng-enggak kok. Cuma kaget aja."

Jeno hanya tersenyum gemas melihat tingkah laku gadis itu.

Rooftop kantor Jeno memang sangat terbaik.

Dihiasi lampu lalu ditambah kursi dan meja untuk menikmati pemandangan ibukota.

Ada sebuah tempat pendingin minuman kecil rupanya.

"Nih Yeon, minum."

Jeno menaruh dua kaleng kopi diatas meja.

"Jen.., pemandangannya bagus banget."

Jeno menatap Siyeon. Gadis itu tidak bisa mengalihkan pandangannya terhadap yang ada dibawahnya.

"Lo suka?"

Siyeon menoleh lalu mengangguk sambil tersenyum.

"Jen liat deh, kayaknya lampu merah tempat kita ketemu keliatan dari sini."

Jeno terbahak karenanya. "Iya ya,"

Lalu ia membuka penutup kaleng kopi tersebut. Mengajak Siyeon cheers.

"Cheers?"






Ctak!





"Cheers!"





Lalu diakhiri oleh tawa mereka.























"Yeon, pulang yuk. Udah malem."

Padahal Siyeon ingin berlama-lama disana.

"Ayo."

Mereka beranjak dari tempat semula.

Perlahan, tangan Jeno meraih tangan Siyeon untuk digenggam.

Siyeon yang terkejut hanya menatap tangan mereka yang bertautan.

"Kenapa? Nggak nyaman ya?"

Siyeon mendongak. "Nggak apa kok."

Lalu tersenyum. Dibalas senyum yang tak kalah manis oleh Jeno.






























Sudah jam 10 malam. Jeno dan Siyeon sedang dalam perjalanan.

Terlihat Siyeon yang sudah menguap.

"Tidur aja Yeon, ntar kalo udah sampe gue bangunin."

Lelaki itu menepikan mobilnya. Tangan Jeno mengambil selimut yang ada dikursi belakang.

Lalu memakaikannya pada Siyeon.

Ia hanya menatap Jeno yang sedang menyelimutinya. Dari dekat Jeno terlihat sangat...

Tampan.

"Ya ampun Jen..,"

Jeno hanya tersenyum dan melanjutkan perjalanannya.

Memang ya, Jeno itu selalu saja tersenyum. Sudahlah.

Akhirnya Siyeon tertidur. Jeno menoleh, memperhatikan wajahnya yang damai.

'Semoga, yang gue rasa ini, lo juga ngerasain Yeon.'







































"Yeon...,"

Jeno membangunkan Siyeon dengan suara lembut nan beratnya itu.

"Yeon, bangun udah sampe."

Siyeon langsung membuka matanya. Terkejut. Padahal tidak ada yang mengagetkan.

Dasar.

"Udah sampe Yeon,"

Siyeon tertawa. "Maaf ya Jen, gue ketiduran."

"Nggak papa lagi."

Akhirnya Siyeon melipat selimut Jeno yang barusan ia pakai. Lalu melepas sabuk pengaman.

Jeno sudah lebih dulu keluar. Tentu saja untuk membukakan pintu.

Lelaki itu tersenyum. Siyeon membalas senyum nya dengan muka bangun tidur.

"Makasih ya Jen, lo ati-ati." Ucap Siyeon saat sudah didepan pintu rumah.

"Sama-sama, gue pulang ya. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

***


















Lampu Merah | Jeno SiyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang