"Ih ngapain sih telponin terus,"
"Kangen."
"Mending latian ijab qobul."
"Eitss, udah lancar dong."
Sudut bibir Siyeon terangkat.
"Yeon?"
"Apa?"
"Akhirnya besok kita ketemu.
--Aku kangen banget sama kamu."
"Lebay."
"Ih serius. Pasti besok kamu cantik banget deh."
"Aku emang cantik dari lahir."
Suara tawa Jeno terdengar dari sana.
"Udahan nelpon nya. Tidur."
"Iya deh, dah calon istri aku,
--Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam." Kemudian Siyeon terkekeh pelan karena perkataan Jeno.
Memang ya, Jeno itu suka membuat perempuan jadi tidak waras.
***
"Cantik banget, Yeon."
Siyeon tersenyum melihat cerminan dirinya.
"Makasih Nju,"
"Jeno emang nggak salah pilih." Ujar Somi dengan bangga nya.
"Iya ya," Sahut Shuhua.
Tok! Tok!
"Punten teteh-teteh, mempelai pria nya udah siap."
Itu Jisung, dengan setelan jas khas pernikahan membuatnya terlihat seperti mempelai pria saja.
Dasar.
"SAH!"
"Alhamdulillah,"
Seusai memanjatkan doa-doa, penghulu berkata.
"Selamat ya, kalian sudah resmi menjadi pasangan suami istri.
--Semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, dan warahmah."
"Aamiin." Balas semua para saksi.
Kemudian, Siyeon mencium tangan Jeno dan lelaki itu mencium kening istrinya.
"Aduh, aku capek banget Yeon." Ujar Jeno sambil merebahkan dirinya di sofa ruang TV.
"Ya emang kamu doang."
Jeno menoleh, "Yeon, besok aja ya pindahannya."
"Pindahan?"
Jeno terduduk. "Iya, aku udah beli rumah baru buat kita."
"Hah? Rumah baru?"
"Iya. Ya udah sekarang kita istirahat dulu aja." Jeno mengulurkan tangannya pada Siyeon.
Memberi isyarat agar menggandengnya.
Bip! Bip! Bip!
Cklek!
KAMU SEDANG MEMBACA
Lampu Merah | Jeno Siyeon
Fanfiction"Dari sekian banyak tempat kenapa harus ketemu di lampu merah sih?" . . . . #2 in 00line #4 in 00line #1 in jenosiyeon #3 in jenosiyeon