20

737 94 1
                                    

"Yuk Jen,"

Siyeon sudah rapi sekarang.

Jeno tersenyum lalu membukakan pintu mobil untuk Siyeon.













Tibalah mereka disebuah tanah pemakaman. Tidak lain dan tidak bukan.

Makam orang tua Siyeon.

"Assalamualaikum Pa, Ma,"

Siyeon berjongkok sambil mencabuti rerumputan yang tumbuh disekitar batu marmer itu.

"Siyeon bawa seseorang. Jeno namanya.

--Mama sama Papa pasti bakal suka banget sama Jeno."

"Halo om, tante. Ini Jeno.

---Jeno mau minta restu buat nikahin Siyeon.

-Jeno nggak janji bisa bikin Siyeon bahagia. Tapi Jeno bakal berusaha keras buat bahagiain Siyeon."

Gadis itu mulai berkaca-kaca.

Kemudian mereka membacakan doa-doa dan menaburi banyak bunga yang harum.

"Mama sama Papa pasti ngerestuin kita dari surga Yeon."

Siyeon mengangguk lalu tersenyum haru.











Mereka sedang dalam perjalanan ke Gangnam untuk menemui orang tua Jeno.

"Jen, aku grogi."

"Grogi kenapa?"

"Mau ketemu ortu kamu."

Jeno tertawa lalu menggenggam tangan Siyeon. "Nggak papa, ada aku."






Perjalanan yang ditempuh cukup jauh. Sesampainya didepan rumah yang cukup mewah itu, mereka turun bersama.

'Kok ada mobil, mobil siapa?' Batin Jeno.

Jeno dan Siyeon membuka pintu rumah.

Baru saja Jeno ingin mengucap salam.

"Nah ini anaknya dateng, Jeno ayo sapa om Shin.

Jeno yang kebingungan langsung membungkuk sopan.

Siyeon yang dibelakang Jeno tidak berani memperhatikan sekeliling. Ia hanya menunduk.

"Jeno, kamu ayah jodohin sama anaknya om Shin, Yuna."

Lelaki itu hanya menatap sang ayah dengan tatapan beribu tanya.

Sementara, bagaimana dengan hati Siyeon? Gadis itu hanya diam saja sejak tadi.

"Tapi Yah, Jeno udah punya pilihan sendiri." Ujar Jeno sambil menggandeng tangan Siyeon.

"Mending, om Shin pulang aja ya om.

--Maaf Jeno nggak bisa nerima perjodohan ini." Lelaki itu membungkuk sopan.

"Jeno!" Sahut sang ayah.

"Eum, ya sudah saya pulang dulu. Permisi Donghae."

Keluarga Shin pamit karena dirasa atmosfer disekelilingnya berubah.

"Kamu apa-apaan Jeno?"

Sang istri menenangkan, "Sabar dulu, Yah."

"Jeno kan udah bilang. Jeno ada pilihan sendiri."

Lee Donghae beralih menatap Siyeon.

Siyeon yang merasa ditatap pun membungkuk sopan.

"Gara-gara perempuan itu? Iya?"

Lampu Merah | Jeno SiyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang