A Gaffe|05

990 237 94
                                    

Atmosfer ruangan besar itu terasa begitu mencekam, dua orang yang berada didalamnya saling bertatapan dengan tatapan yang sama-sama tidak dapat diartikan.

Setelah beberapa menit kedatangan soorin diruangan, ia masih belum berani membuka percakapan,  sedang mencoba melawan perasaan resahnya juga aura dominasi pria tampan dihadapannya yang duduk pada singgah sana itu dengan begitu santai. Tidak terkejut sama sekali oleh kedatangan mantan korbannya.

Sedangkan taehyung masih memandang lekat wanita di hadapannya, wanita yang beberapa hari ini mengusik pikirannya. Ia tak tau apa tujuan wanita itu menemuinya, meskipun ia bisa menerka-nerka akan ada fakta apa setelahnya. Pakaian yang digunakannya begitu tertutup, seperti yang biasa digunakan oleh para penguntit. Pakaian serba hitam, rambut di kuncir kuda ditambah lagi topi hitam yang nyaris menutupi sebagian wajahnya. Menambah kesan yang begitu misterius. Seperti akan menemui seseorang yang sangat rahasia dan tidak boleh sampai ketahuan.

"jadi, apa tujuanmu kemari?" taehyung mulai membuka suara setelah beberapa menit keheningan di biarkan berlangsung, tanpa mengalihkan pandanganya dari wanita di hadapannya.

Kepala soorin sedikit mendongak, netranya memandang taehyung sendu, ia tidak mau basa-basi dan langsung mengeluarkan sebuah amplop putih dari saku hoodie lalu mendaratkannya di atas meja tepat di hadapan taehyung.

Dahi taehyung mengernyit bingung, ia lantas mengambil amplop itu, membukanya lalu mulai membacanya.

"kejadian malam itu..." soorin menjeda kalimatnya, ia menelan salivanya susah payah, matanya mulai berkaca kaca "membuatku mengandung anakmu" ia coba menahan genangan air pelupuk matanya agar tidak meluruh lagi. Sejujurnya ia sudah lelah menangis, ia tidak mau terlihat begitu lemah, terlebih lagi dihadapan pria tanpa rasa bersalah.

Taehyung menatap soorin tanpa ekspresi, jujur saja ia sedikit terkejut setelah membaca selembar kertas berisi pernyataan 'positif mengandung'  yang di serahkan wanita itu, namun ia sangat pandai menyembunyikan keterkejutannya dan tetap tenang. Lagipun ia sudah menduga hal ini akan terjadi.

Taehyung beranjak dari duduknya, mendekat pada posisi soorin yang sedang berdiri

"lalu?" Ia menyilangkan kedua tangannya didepan dada angkuh "apa yang harus aku lalukan?" lanjutnya dengan wajah tanpa dosa, seolah apa yang dia lakukan pada soorin malam itu bukanlah hal yang salah, ia sangat handal berakting. Kemudian mendekatkan wajahnya pada wajah soorin, menatap lekat pupil coklat soorin yang bergetar, mulai di genangi air mata. Ia tidak memiliki iba sama sekali.

Soorin hanya diam, ia mencoba menahan emosi lantas menatap balik iris pria di hadapannya, sambil sesekali menarik nafas dalam, mencoba untuk tetap tenang. Kenapa wajah pria itu sangat santai seakan yang di lakukannya bukan hal yang serius?

"gugurkanlah" taehyung berbisik, nada suaranya begitu licik. ia menjeda sebentar sebelum melanjutkan untaian kalimatnya "aku akan membayar berapapun yang kau mau, lagipun aku tidak yakin jika itu anakku" ia berucap santai, seolah-olah itu bukan masalahnya dan ia tidak ingin ikut andil.

Sontak pupil mata soorin membulat marah, sorotnya dipenuhi amarah yang kapan saja siap meledak, rahangnya mengeras, kedua tangannya mengepal kuat. Dan tanpa sadar amarahnya benar-benar memuncak. Kalimat itu begitu menyayat dirinya yang sudah terlalu banyak terluka sekaligus membuat amarahnya pecah seketika.

PLAKKK...

Satu tampar lumayan keras mendarat tepat di pipi taehyung, membuat wajahnya refleks berpaling, pria itu meringis memegang pipinya yang terasa perih dan panas. Ia sangat terkejut. Soorin menamparnya dan itu membuat amarahnya tersulut.

Soorin memandang taehyung tajam, ia tak perduli dengan tatapan taehyung yang tak kalah tajam menikam maniknya "kenapa!?" Soorin menjeda sambil berusaha menahan isak, dadanya sungguh sesak, air mata yang sudah ia bendung dengan susah payah akhirnya meluruh lagi. Ia kembali terlihat lemah, tapi kali ini bersamaan dengan amarah "kenapa kau lakukan ini pada ku?!!" suaranya naik oktaf bersamaan dengan isakan yang keluar dari ranum merahnya yang bergetar. Suara itu menggema, begitu pilu, untungnya tidak sampai pada rungu pegawai kantor yang tengah lalu lalang disekitar ruangan taehyung. Ruangan itu memiliki tingkat kedap suara yang begitu tinggi.

✔ A Gaffe Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang