A Gaffe|11

788 182 50
                                    

Soorin baru saja selesai dengan setumpuk berkas dan juga beberapa buku tebal dihadapannya, perasaannya sedang berbunga saat ini karena ia berkesempatan untuk pergi ke pengadilan, itu adalah keinginannya sejak pertama kali duduk di bangku kuliah hukum dan sebentar lagi akan terwujud, meskipun hanya sebagai penonton ia tetap senang.

Minggu lalu seokjin-seniornya mengajak soorin untuk menemaninya menghdiri persidangan kasus yang tengah digelutinya, dan itu membuat soorin bahagia setengah mati. Sudah lama ia menginginkan untuk hadir dalam persidangan sakral itu namun tak kunjung kesampaian dikarenakan dirinya baru duduk di bangku hukum selama 2 tahun, dan ia masih harus banyak belajar, atau munhkin dia memang belum se-pro seniornya.

"Wah nampaknya kau sangat bahagia" kedatangan Jimin membuat lamunannya buyar. Pria itu melangkah menuju kulkas mengambil sekaleng minuman.

Soorin mengalihkan pandangannya pada sang kakak dan hanya tersenyum sebagai balasan, sambil sibuk merapikan beberapa berkas yang masih berserakan di lantai.

Jimin melangkah mendekati adiknya kemudian mendudukkan diri di sofa "apa yang membuatmu sebahagia itu?"

"Seokjin sunbae mengajakku ke pengadilan besok, bukan kah itu sangat hebat oppa aku akan melihat secara langsung penyelesaian masalah di sana" ucap soorin sangat sumringah

Jimin hanya menatap adiknya datar, jika masalah meja hijau pasti soorin akan sebahagia itu. Padahal apa serunya menonton orang berwajah serius yang sedang berdebat opini dengan bahasa politik yang membelit, itu hanya akan membuat gendang telinganya pengar. Lebih baik bermain bersama Sunji seharian dan mendengarkan celotehan seputar alien dari bocah menggemaskan itu.

"apa itu artinya kau akan pulang malam lagi?" Jimin kembali bertanya

Soorin nampak berfikir sebentar "tidak juga"

"baguslah, sebaiknya kau pulang lebih awal karena aku harus mengantarkan beberapa pesanan roti nanti" ucap Jimin, ia mulai menegak minuman kaleng yang sudah berhasil di bukanya.

────🍃────

Seokjin tak menyangka jika mengajak soorin ke pengadilan efeknya akan sangat membahagiakan bagi wanita itu, meskipun sebenarnya ia juga merasa senang melihat wanita di sampingnya tak berhenti merekahkan senyum sendari tadi, bahkan bibirnya tak berhenti berdecak kagum dan melontarkan banyak pujian untuk Seokjin.

Sejak beberapa menit lalu ia berhasi menyelesaikan kasus di hadapan hakim dan memenangkan kasus tersebut, seokjin merasa lega sekaligus senang. Rasanya seperti telah menolong keadilan orang lain dengan keberanian. Itu membuatnya puas, tidak sia-sia ia pergi kesana kemari dan menemui banyak orang demi mendapat bukti informasi yang akurat.

"sunbae kau benar benar keren" ucap soorin sembari menaikkan kedua ibu jarinya di hadapan Seokjin, entah sudah kali berapa pujian itu di lontarkan.

"berhentilah memujiku" ucap Seokjin, nadanya dibuat datar, ia berusaha menutupi bahwa dirinya salah tingkah karena pujian itu.

"sunbae, apa kau tidak merasa dirimu sangat keren, aku bahkan tidak bisa mengatupkan mulutku saat persidangan, woah aku sangat terpukau dengan semua argumen mu" nada bicara soorin sangat sumringah didukung dengan ekspresi wajahnya yang tak kalah sumringah.

"bukankah itu terlalu berlebihan" lama kelamaan seokjin jadi malu, ia memang selalu mendapatkan pujian jika berhasil memenangkan kasus pngadilan, tak hanya soorin namun beberapa dosen dan temannya pun turut memberikan pujian serta ucapan selamat padanya. Tapi untuk yang satu ini berbeda, rasanya seokjin seperti dipuji oleh anak berumur 5 tahun.

"tentu tidak, kau memang sangat keren tadi" soorin tetap tak mau kalah.

Apa sekeren itu?

"baiklah terserahmu" Seokjin hanya bisa pasrah meladeni orang yang terlalu bahagia seperti soorin tidak akan ada habisnya.

"Soorin, mau makan siang bersama?aku akan mentraktirmu hari ini"

Wanita itu nampak berfikir sebentar, lalu melirik jam di pergelangan tangannya sekilas "ah, maaf sunbae kakakku akan pergi siang ini jadi aku harus menemani putri ku di rumah" tolaknya dengan raut wajah menyesal

"kalau begitu ajak saja putrimu"

"aku jadi tidak enak denganmu, harusnya aku yang mentraktirmu kali ini"

Seokjin tersenyum "tenanglah anggap saja ini sebagai sebuah perayaan atas kemenangan ku" Seokjin membuka pintu kemudi lalu masuk ke dalam mobil diikuti soorin yang juga masuk dan duduk di samping kursi kemudi.

Seokjin dan soorin sudah berada di restoran cepat saji yang berjarak beberapa meter saja dari kediaman soorin, setelah beberap menit lalu mereka menjemput Sunji.

Seokjin tersenyum melihat Sunji yang sangat lahap menyantap hidangan di hadapannya, anak itu terlihat dua kali lipat lebih lucu jika sedang mengunyah makanan, pipi gembilnya semakin timbul, membuat dirinya gemas sendiri.

"lihatlah, kau jadi celemotan" ucap Seokjin sambil mengelap lembut sisa saus di bibir mungil Sunji dengan tissue.

"maafkan aku sunbae, putriku jadi merepotkan" ucap soorin merasa tidak enak

"tidak apa, aku senang melihat putrimu makan selahap itu"

Setelah itu mereka melanjutkan makan mereka dan saling tenggelam pada fikiran masing-masing. Sesekali Seokjin melirik Sunji yang berada di hadapannya sekaligus mengelap sisa saus di bibir Sunji.

"soorin" Seokjin membuka suara, membuat yang dipanggil mengalihkan pandangan kerarahnya.

"ya?"

"apa kau tidak berniat mempertemukan Sunji dengan ayahnya?" ucapan Seokjin membuat pergerakan soorin memotong daging terhenti, Ia tersenyum kecut

"entahlah aku belum berfikir sejauh itu" kemudian ia memasukkan potongan daging tadi kedalam mulutnya

"apa dia belum pernah bertanya tentang ayahnya?" seokjin angkat pertanyaan lgi, setelah itu menyedot jus di gelasnya. Sebenarnya sejak dulu rasa ingin tau seokjin tentang ayah Sunji sangat besar, ia sungguh penasaran pria mana yang tega meninggalkan wanita selembut soorin juga bocah cantik yang begitu menggemaskan itu.

Soorin mengalihkan pandangannya pada putrinya sejenak, yang nampaknya tidak terusik dengan pembicaraan orang dewasa di hadapannya dan masih asik melahap makanan miliknya

"kemarin ia sempat bertanya dimana dan siapa nama ayahnya" Jawab soorin

Seokjin menatap kembali wajah cantik soorin yang entah sejak kapan berubah murung, ia jadi merasa bersalah telah menanyakan hal itu, ia terlalu ingin tau.

"maafkan aku, pertanyaanku pasti membuatmu sedih"

Soorin memaksakan senyum, kesedihanyya memang sedikit tersulut namun ia tetap berusaha baik-baik saja "tidak apa sunbae, itu sama sekali tidak menyinggungku, lagipun aku yakin pria itu tidak akan mengusikku dan Sunji lagi" ucapnya masih memaksa senyum.

Itu bukan pertanyaan pertama untuknya, beberapa minggu lalu bibi goo juga pernah menanyakan hal itu. Mungkin mulai sekarang ia harus terbiasa dengan pertanyaan semacam itu nanti.

Seokjin ikut mengulas senyum, ia tau itu bukan senyum asli, ia dapat merasakan kegetiran pada wajah wanita dihadapannya. Wanita itu sungguh kuat dalam menghadapi alur kehidupannya yang begitu pelik, itu sebabnya seokjin mau menjalin pertemanan dengan wanita di hadapannya serta terus berusaha untuk menghibur dan membantu Soorin semaksimal yang ia bisa. Seokjin bertaruh pasti pria yang telah meninggalkan wanita itu tengah menyesal bukan main sekarang.

⍤⃝♡ jeyesmile

✔ A Gaffe Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang