10. Tentang Dava dan Dira

79 14 2
                                    

Bukan masa lalunya yang menjadi masalah
Tapi kehilangannya yang membuat takut

Indi memandang sendu langit biru sebiru hatinya siang ini di lembah kampusnya. Menunggu seseorang yang ia selalu bertanya-tanya di manakah letak hatinya menetap? Ia selalu sabar dan bertahan dengan segala hal yang lelaki itu senangi termasuk kepada perempuan itu, Dira. Ia sempat mengenalnya. Perempuan itu memang sungguh baik. Tak pernah dia ingin mengganggu hubungan mereka, justru Dira-lah yang mempertahankan hubungannya dengan Arkan hingga sejauh ini.

Tapi satu pertanyaan mengganjal dalam benaknya tiap kali Arkan bercerita tentang Dira. Matanya selalu berbinar-binar dan seolah Dira-lah satu-satunya perempuan yang membuat Arkan begitu hidup selama ini. Lantas, Indi di matanya adalah apa? Itulah yang selalu membuatnya bersedih. Bahkan di hari ulang tahunnya beberapa waktu lalu, Arkan merusak suasana hanya perkara Dira. Setelah pertemuan Arkan kemarin dengan Dava yang mengenali Dira, Arkan nampak begitu cemburu dan ingin tahu apa yang terjadi antara keduanya. Di sinilah Indi berada untuk menyampaikan pesan Arkan padanya setelah kejadian itu.

Memanfaatkan Anin sebagai sumber informasi tentang apa yang terjadi pada Dira dan Dava di masa lalu. Indi tidak punya pilihan atas permintaan Arkan. Jika ia tidak punya informasinya, Arkan mengancam akan memutuskan hubungan mereka. Sementara Indi begitu menyayanginya. Ia kadang merasa bodoh mengapa bisa begitu mencintai lelaki yang justru tak menyadari kecemburuannya dan melukai kesetiannya. Entah mengapa Arkan selalu bisa meluluhkan hatinya dengan pelukan.

Bukan salah Dira. Perempuan itu tidak salah apa-apa. Ia selalu mengalah untuknya. Justru Arkan yang membuatnya tak mengerti maunya apa. Sekarang ia bertanya untuk dirinya sendiri. Apakah cintanya untuk Arkan merupakan sebuah kesalahan besar yang memang tak perlu dilanjutkan? Tapi rasa sayangnya kepada Arkan justru lebih besar daripada nyalinya untuk memutuskan hubungan.

"Hai!" sapa Arkan tiba-tiba yang langsung menempatkan diri untuk duduk di samping Indi, membuat Indi yang melamun jadi terkejut. "Melamun aja. Kenapa?" pertanyaan Arkan langsung direspon Indi dengan gelengan kepala. Bahkan untuk respon Indi yang begitu pun Arkan mengabaikannya, lalu memutuskan bertanya akan suatu hal yang menjadi tujuannya. "Gimana... kamu dapet kan informasinya dari Kak Anin?"

"Dapat kok. Tapi ini cuma dari pandangan apa yang Kak Anin tahu. Nggak semua. Kamu nggak berhak menghakimi Dava dari satu sudut pandang aja. Kamu juga mesti tanya ke Dira, apakah ini masalah buat dia atau enggak."

"Iya oke-oke. Aku cuma pingin tahu aja, atas dasar apa Dira bohongin aku."

...

Indi mulai bercerita tentang pertama kali Dava dan Dira bertemu. Dulu Dava dan Anin sama-sama menjadi panitia ospek di bagian divisi kedisiplinan oleh karenanya ia cukup tahu akan hal ini. Koordinatornya adalah Dava. Kalau saja Dira tidak berbuat ulah seperti sering terlambat, perlengkapan ospek tidak lengkap, atau sewot dengan panitia kedisiplinan atas hukuman-hukuman yang memberatkan, Dava tidak akan memberi hukuman kepada mahasiswa baru yang suka melanggar aturan termasuk Dira.

Semua mahasiswa yang melanggar aturan pasti akan mendapat hukuman 30 kali push up setiap mendapat satu kesalahan. Jika terdapat dua kesalahan, maka ditambah 30 kali lagi menjadi 60 kali push up. Perintah itu dibuat divisi kedisplinan agar menimbulkan efek jera kepada mahasiswa yang tidak disiplin dan agar tidak mengulanginya lagi. Mahasiswa baru yang mendapatkan hukuman tentu merasa kesal dengan hukuman yang diberikan, tapi mereka juga terpaksa melaksanakannya karena tak sanggup mendengar gertakan panitia divisi kedisiplinan yang garang-garang.

Sisi lain, buat Dira hukuman 30 kali push up untuk satu kali kesalahan itu memberatkannya, maka hanya Dira-lah yang yang berani melawan panitia untuk enggan menjalani hukuman tersebut meskipun sudah digertak berkali-kali. Dira tidak hanya sekali melakukan kesalahan, oleh karenanya hampir sering ia harus push up 30 kali, bahkan sempat 60 kali. Bukan hanya itu, bahkan Dira seringkali mendapat hukuman tambahan seperti membuat esai dan cerpen tentang kedisiplinan. Dira justru membela diri tak terima bahwa hukuman yang diberikan tersebut dilebih-lebihkan dan tidak manusiawi. Padahal sebenarnya Dira yang berlebihan, karena jika dia tidak melakukan pertentangan dan kesalahan, Dira tidak mungkin akan mendapatkan hukuman lebih.

Merayakan Cinta ✔ [NEW]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang