Jangan lupa vote dan komen ya...!! :)
--------------------------------------------------------------
Perjalanan begitu panjang dan Dira benar-benar tidak tahu dirinya dibawa ke daerah apa. Sampai akhirnya mereka turun di sebuah perkampungan yang di beberapa tempatnya terdapat hilir sungai, sawah, dan lapangan yang tak begitu luas, namun terdapat rumah pohon dan saung dengan hiasan bendera merah putih dan bunga-bunga plastik yang digantung di bawah pinggiran atap.
Dava memarkirkan motornya di dekat situ, lalu membawa Dira ke lapangan yang terdapat saung itu. Di sana ada 12 anak dengan umur yang berbeda-beda tengah bermain-main di sana dan ada salah seorang ibu paruh baya seumuran dengan mama Dira yang menemani anak-anak itu bermain. Dava menyapa anak-anak tersebut, lalu mereka berhamburan mendekati Dava dan memeluknya. Sementara seorang ibu paruh baya itu berdiri tak jauh dari mereka.
Dira dikejutkan dengan sikap hangat anak-anak tersebut kepada Dava seolah telah mengenal baik dan begitu dekat dengannya. Lalu seorang anak perempuan berkucir dua dengan tali ikat merah muda mengayunkan sebelah tangan Dava dan bertanya.
"Kak, Kak Dava. Kakak itu siapa?" anak perempuan itu menunjuk Dira, sementara yang ditunjuk merasa sedang dipertanyakan.
"Oh, iya. Kenalin nih, Kak Dava bawa temen, namanya Kak Dira! Salim dulu yuk, kenalan!" ajak Dava, menuntun anak-anak itu.
Lantas mereka patuh dan satu per satu menyalami Dira dengan menyebutkan nama masing-masing. Seorang ibu yang mengayomi anak-anak ini juga ikut bersalaman dengan Dira dan berkenalan. Ibu ini bernama Ibu Andini, beliau adalah satu-satunya guru di sanggar belajar anak-anak perkampungan di sini dengan gratis. Setelah sudah, Dava melanjutkan penjelasannya tentang Dira.
"Kak Dira ini suka musik. Jadi, nanti kita bakal belajar bareng soal musik dan nyanyi bareng!"
"Wah, berarti suara Kak Dira bagus dong Kak?" tanya seorang anak perempuan lagi yang berambut pendek sepundak.
"Wah jelas! Nanti Kak Dira yang bakal ngajarin kalian nyanyi," seru Dava yang langsung mendapat respon jiwitan di lengan Dava karena omongannya ngawur banget.
Dira merasa dirinya tidak berbakat menyanyi, apalagi mengajar dan menyanyi untuk orang lain. Batin Dira untuk Dava, sialan. Dira merasa dijebak untuk kedua kalinya setelah jebakan konser Kunto Aji. Setelah berkata panjang lebar, Dava mengarahkan anak-anak untuk duduk rapi di saung seperti biasa.
"Davaaaa... nyebelin banget sih! Suaraku jelek tauk!" gerutu Dira berbisik di telinga Dava.
"Bisa... bisa... waktu di konser Kunto Aji aja aku dengerin suara kamu bagus kok," puji Dava, memberi arahan positif.
"Makasih banget loh jebakannya," sindir Dira kesal.
"Oh, sama-sama..." tawa Dava, lalu lagi-lagi mengacak rambut Dira.
Dira berusaha menenangkan dirinya dan berpikir jernih untuk dapat menjelaskan soal musik kepada 12 anak sekolah dasar tersebut. Dira memulainya dengan membunyikan not do, re, mi, fa, sol, la, si do tinggi sampai mereka bisa. Kemudian Dira menuliskan lirik lagu anak yang berjudul 'Aku Pasti Bisa' di papan tulis whiteboard. Anak-anak penasaran kiranya lagu apa yang akan Dira ajarkan kepada mereka karena lirik itu dirasa asing oleh mereka. Dava tersenyum saja dengan rencana kilat Dira untuk membantu anak-anak belajar musik.
"Nah, ada yang tahu lagu ini?" tanya Dira dengan senyum manisnya.
Serempak semua menjawab tidak. Kemudian Dira menjelaskan kalau lagu ini memiliki makna dalam yang bisa diambil pelajarannya untuk anak-anak. Seperti pada lirik pertamanya, yaitu 'aku bisa, aku pasti bisa. Ku harus terus berusaha. Bila ku gagal, itu tak mengapa, setidaknya ku telah mencoba'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merayakan Cinta ✔ [NEW]
RomanceDira Ayanatalia, perempuan yang sadar seutuhnya bahwa kisah cintanya tidak pernah mulus seperti ekspetasinya. Termasuk diam-diam jatuh cinta dengan sahabatnya sendiri yang ia tahu tidak pernah setia dalam berhubungan asmara, Arkan. Semula rasa cinta...