Part 3

54 6 3
                                    

"Kata perpisahan yang paling menyakitkan adalah yang tak pernah terungkap,tak pernah terucap,dan tak pernah sempat terjelaskan."

"Kring!!.."
Bunyi bel sekolah menandakan pelajaran telah berakhir,aku melompat dari bangku ku dan membereskan semua buku.

Aku melangkahkan langkah ku ke arah loker ku.Langkah ku terhenti ketika melihat suatu tulisan yang terbuat dari pilox berwarna merah di depan lokerku.

" Just go to hell,dasar anak sialan,pembunuh!"

Aku menoleh ke kanan dan ke kiri.seketika itu pun aku melihat langkah seorang pria yang menjauhiku,yang aku yakini dialah dava,kakak ku sendiri.Ia dan sahabatnya sedang melempar pilox berwarna merah di tangannya.

Dengan langkah cepat pun aku menyusul mereka dan menarik belakangnya,Aku mendorong nya,dan menyandarkannya di tembok.

"Apa yang kakak lakukan di depan lokerku?!"ucap qila dengan mata yang sudah menahan air mata

"Eh qila,lo udah gila hah!gw gak tahu apa apa soal loker lo!"

"bohong,lalu itu apa?"tanya qila sembari menunjuk ke arah pilox yang di pegang oleh dava

Dava menarik kerah qila,dan menunjukannya pilox berwarna merah di depan wajah qila.

"upss..apa gw salah loker?"dengan wajahnya yang tampak mengejek.
"asal lo tahu,gw gak sudi lo panggil kakak,gw gak sudi punya adik kaya lo,lo itu PEMBUNUH ❗"

Qila hanya bisa menangis mendengar ucapan kakak nya itu,dan dia pun terduduk lemas di lantai dengan keadaan yang bergetar..

***
Aku pun berhenti di taman belakang sekolah dan mengeluarkan sebuah kotak yang sudah usang.

Flashback.

Surabaya,4 Januari 2015

Ayah,gadis kecilmu ini kini sudah tumbuh dewasa.Aku sudah banyak mengalami kejadian yang sangat pahit ayah..

Ayah,benarkah dunia itu sangat jahat?mereka hanya menilai dari apa yang mereka lihat.

Mereka melihat diriku yang tampak berbeda.mereka mencemoohku karena aku begitu peduli,apakah aku seburuk itu ayah?

Apa aku memang tidak pantas mendapatkan cinta dan kasih sayang dari keluarga ku?

Dunia begitu jahat ayah,tapi bodohnya aku tetap saja mencintai mereka yang mencemoohku.

Aku sangat marah ayah,ayah,aku menangis.ayah pernah bilang bahwa tangisan tak bisa menyelesaikan masalah.awalnya aku memang kuat,namun lambat laun,aku pun berubah.
Aku tak sekuat yang ayah fikirkan.

Ayah aku sudah muak dengan semua cemoohan.awalnya aku kira mereka hanya bergurau ayah,namun lambat laun mereka semakin menjadi.

Ayah,aku takkan selemah ini jika yang mencemoohku adalah orang yang tidak berarti di hidupku.mudah saja bagiku untuk menganggap semua itu hanya angin lalu.

Tapi,mengapa harus keluarga ku?

Ayah,harus kepada siapa lagi aku mengadu jika tidak pada tuhan,dan dirimu.

Aku begitu lelah ayah,semua orang terdekat ku menjauhiku,hatiku tak sanggup lagi pemikiran tentang jahatnya mereka terus membayangiku dalam mimpi.

One DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang