C H A P T E R 6 : Berkemah

145 9 0
                                    

Hari ini seluruh siswa kelas 12 SMA Nusantara 2 akan melaksanakan perkemahan. Perkemahan ini akan diselenggarakan di sebuah perdesaan. Pukul 06.00 pagi, Vella dan Ryan tiba di sekolah. Hari ini mereka berangkat bersama menggunakan mobil Ryan. Suasana pagi ini berbeda, biasanya pukul 06.00 sekolah ini masih sangat sepi. Hari ini banyak siswa-siswi yang datang lebih pagi. Mereka turun dari mobil. Ryan membuka bagasi mobilnya untuk mengambil koper mereka. Ryan menurunkan koper mereka dari bagasi.
“Vella, ini koper kamu sudah aku turunkan.”

Vella hanya terdiam tidak mendengarkan apa yang Ryan katakan.
“Vell, kamu kenapa?” tanya Ryan.

Vella tersadar dari lamunannya.
“Aku tidak apa-apa. Aku hanya takut di perdesaan tempat kita berkemah banyak hantunya.”

Ryan terkekeh mendengar pernyataan Vella.
“Kamu ga usah takut. Kan ada aku, kamu tenang saja ya! Ayo, kita kumpul di lapangan!”

Mereka berjalan ke arah lapangan. Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan sosok Pak Yunus.
“Selamat pagi, Nak Ryan, Neng Vella!” sapa Pak Yunus.

“Pagi, Pak!” jawab Ryan dan Vella kompak.

“Cie, meni kompak. Kalian mau berkemah ya?” tanya Pak Yunus.

“Iya, Pak. Kami mau berkemah,” jawab Ryan.

“Hati-hati ya! Bapak permisi dulu,” pamit Pak Yunus.

Tiba-tiba sosok Pak Yunus menghilang dari hadapan mereka. Mereka pun melanjutkan perjalanan  ke lapangan. Sesampainya mereka di lapangan, mereka melihat para siswa-siswi sudah memadati lapangan. Maklum, kelas 12 di SMA Nusantara 2 ini terdiri dari 2 kelas IPA, 3 kelas IPS. Setelah mendapatkan instruksi dari guru, mereka mulai memasuki bus yang telah tersedia. Pukul 06.30, mereka berangkat menuju lokasi perkemahan.
Vella dan kawan-kawan mendapat bus 4.
“Eh, Steve. Kayaknya si Vella mulai suka ke Ryan deh,” ujar Julian.

“Hmm, sepertinya begitu. Kalau dari yang gue lihat, Ryan juga perhatian banget sama si Vella. Tadi saja pergi ke sekolah barengan,” tambah Steve.

“Heh, jangan pada buat gosip deh,” respon Ryan yang mendengar percakapan mereka sedari tadi.

“Ryan, lu ngaku saja deh. Lu suka kan sama si Vella?”

“Hmm,” jawab Ryan sambil menganggukan kepala.

“Cie, cie, semoga kalian cepat jadian,” tambah Julian.

“Sutt, jangan berisik. Nanti Vella dengar. Untung saja dia sedang tidur.”

“Iya deh, gue sama Julian diam. Selamat menikmati perjalanan berdua,” goda Steve lagi.

Ryan memperhatikan Vella yang sedang tidur. Hmm, kamu cantik Vella meskipun sedang tidur. Omong Ryan dalam hati. Karena jalan yang dilewati berkelok-kelok, tiba-tiba kepala Vella jatuh tepat di bahu sebelah kiri Ryan. Aduh, gimana nih? Kok jantungku jadi berdetak lebih cepat gini? Apa benar aku itu mulai jatuh cinta pada Vella? Semua pertanyaan itulah yang sedang dipikirkan oleh Ryan. Dia bingung dengan perasaannya. Jujur dia juga masih trauma ditinggal oleh Cindy, mantan pacarnya hanya untuk laki-laki lain. Rasa sakit hatinya masih berbekas hingga sekarang.
3 jam kemudian, bus mereka tiba di lokasi tujuan. Ryan membangunkan Vella yang masih tidur.
“Vell, bangun. Kita sudah sampai.”

Tak lama, Vella membuka matanya. Begitu Vella membuka matanya, dia kaget melihat apa yang dia lihat di depannya. Wajah Ryan yang begitu dekat membuat perasaannya tidak karuan. Vella dengan cepat menjauhkan dirinya dari Ryan.
“Maaf, aku jadi tidur di bahu kamu. Aku tidak sengaja.”

“Tidak apa, aku tahu kok kamu juga tidak sadar. Ayo, kita turun!” ajak Ryan.

Anak-anak mulai turun dari bus masing-masing.
“Oke, anak-anak kita sudah hampir sampai di lokasi perkemahan. Karena jalannya sempit, bus hanya bisa mengantar sampai sini. Selanjutnya kita terpaksa jalan kaki untuk tiba di lokasi. Semuanya baris yang rapi sesuai kelas ya!” ucap Pak Kepala Sekolah.

Mereka mulai berjalan menuju lokasi perkemahan. Mereka berjalan melewati persawahan yang membentang luas. Di kejauhan tampak beberapa pegunungan yang pemandangannya tak kalah luar biasa indah. Beberapa dari mereka mulai mengabadikan momen itu dengan ponsel yang mereka bawa. Ada yang sekedar foto dan ada juga yang langsung membuat Instagram Story. Setelah 10 menit mereka berjalan, akhirnya mereka tiba di lokasi perkemahan.
“Oke, kita sudah sampai di lokasi perkemahannya. Silakan bangun tenda yang telah disediakan oleh pihak sekolah. Setelah membangun tenda, kalian boleh istirahat terlebih dahulu. Pukul 12.00, baru kita mulai acaranya,” perintah Pak Dwi, wali kelas 12 IPA 1 sekaligus guru matematika mereka semua.

“Baik, Pa!”

Mereka mulai membangun tenda bersama-sama. Ryan setenda dengan Steve, Julian, Zaki, dan Alvino. Sedangkan Vella setenda dengan Leony, Michelle, Bella, dan Julia. (Buat yang lupa  Leony, Michelle dan Bella pernah muncul di Indigo 1)
“Vella, are you okay? Kok gue lihat lo gelisah banget. Ada apa?” tanya Leony.

“Aku tidak apa-apa.”

Sebenarnya Vella merasakan aura aneh di sekitar perkemahan ini. Dia sengaja tidak bilang ke teman-temannya agar mereka tidak ikut panik.
“Lo ga tidur?” tanya Michelle.

“Hmm, ngga. Tadi di bus sudah tidur,” jawab Vella.

“Oh, sudah tidur di bus. Ga mau tidur lagi?” tanya Bella.

“Ngga, aku ga ngantuk. Kalian kalau mau tidur silakan saja. Aku tunggu di depan saja.”

“Ya sudah, terserah deh. Kami tidur ya!” respon Julia.

“Iya, selamat istirahat. Aku ke depan dulu ya!”

Vella keluar dari tendanya.
“Hmm, pemandangan di sini indah sekali. Berbeda sekali dengan suasana perkotaan. Udara di sini sejuk lagi.”

Dari kejauhan, seorang wanita berusia 50 tahunan sedang memperhatikan Vella. Vella menyadari dirinya diperhatikan oleh seseorang.
“Kayak ada yang ngelihatin aku. Padahal tidak ada siapa-siapa di sini.”

**
Sementara itu, di tenda laki-laki. Ryan sedang memandangi langit-langit tenda. Dia tidak bisa tidur dengan tenang karena ia juga merasakan ada aura yang sedang memperhatikan perkemahan ini. Aura yang dirasakan Ryan kali ini berbeda dengan aura-aura yang biasa ia rasakan. Selain itu, dia juga mendengar suara Cindy berkata, “Ryan, kamu suka sama Vella ya? Aku lihat Vella juga kayaknya suka sama kamu. Kenapa kalian tidak jadian saja? Aku setuju kok kalau kalian jadian. Aku yakin Vella bisa menggantikan posisi aku. Dia baik Ryan, tidak seperti aku.”

Suara itu membuat Ryan semakin bingung. Apakah dia benar-benar sudah jatuh cinta dengan Vella? Apakah dia siap untuk berpacaran lagi?
“Hmm, bagus sekali. Ada yang berkemah di sekitar sini. Bisa kumanfaatkan mereka untuk menjalankan rencanaku,” ujar wanita usia 50 tahunan itu.

Bersambung...
Revision October 2020
©2020 By WillsonEP



Indigo 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang