C H A P T E R 12 : Sosok Gadis di Pinggir Sungai (Bagian 2)

76 3 0
                                    

Sejak pukul 07.00 pagi tadi, murid-murid SMA Nusantara 2 telah membantu kegiatan-kegiatan warga desa sehari-hari. Ada yang membantu membajak sawah, ada yang membantu menanam tumbuh-tumbuhan dan masih banyak kegiatan lainnya. Pukul 13.00, murid-murid dipersilakan untuk melakukan kegiatan bebas sampai pukul 15.00. Vella, Ryan, Steve dan Julian memutuskan menggunakan waktu tersebut untuk mencari jasad Feli yang hanyut di sungai. Mereka mulai menyusuri sungai yang dimaksud.


"Lo yakin jasadnya ada di sungai ini, Vell?" tanya Steve.

"Yakin, Steve. Feli sendiri yang bilang."

"Iya nih, dari tadi kita sudah menyusuri sungai ini belum menemukan petunjuk apa pun," tambah Julian.

"Kalian sabar dong. Kita pasti menemukan jasad itu," ujar Ryan dengan semangat.

Mereka melanjutkan pencarian mereka. Tak lama, Steve melihat sebuah tangan berada di sekitar bebatuan sungai.


"Ryan, Vella, lihat itu ada tangan orang di sela-sela batu. Apa itu jasadnya Feli?"

"Hmm, sepertinya iya. Ayo kita ke sana!" ajak Ryan.

Ryan, Steve, dan Julian menghampiri jasad itu, sedangkan Vella menunggu di tepi sungai. Mereka menemukan jasad seorang gadis memakai baju pengantin berwarna putih.


"Steve, Julian, bantu angkat gadis ini."

"Apakah betul gadis ini yang kita cari?" tanya Julian.

"Sepertinya benar, ayo kita angkat! Ciri-cirinya sesuai dengan yang dikatakan Vella."

Mereka mulai mengangkat jasad itu. Ketika Ryan menyentuh jasadnya, ia mendapat penglihatan kejadian sebelum gadis itu kecelakaan.

Flashback : ON


"Feli, tidak mau menikah dengan dia, Pa! Tolong jangan paksa Feli!"

"Ayolah, Sayang! Cuma kamu satu-satunya harapan agar perusahaan Papa tidak bangkrut. Kamu menikah dengan Rayhan hidup kamu pasti bahagia. Perusahaan Papa selamat dari kebangkrutan."

"Ma, tolong bujuk Papa. Feli tidak mau menikah muda. Feli masih mau melanjutkan sekolah."

"Sudahlah, Pa. Kalau Feli tidak mau, tidak usah dipaksakan."

"Ga, pokoknya kamu harus menikah dengan Rayhan. Kita ke rumah Rayhan sekarang!"

Papa Feli menarik lengan anak gadisnya keluar dari rumah. Karena Feli tidak mau menikah, ia merebut kunci mobil dari tangan papanya. Ia menaiki mobilnya dan segera kabur menjauh.


"Feli, kamu jangan lari! Ayo, Ma! Kita kejar pakai motor."

Mereka berdua mengejar mobil yang dikendarai Feli menggunakan motor.


"Feli, tunggu! Kamu jangan kabur seperti ini!" teriak papa Feli.

**


"Aku harus kabur agar tidak jadi menikah dengan Rayhan."

Feli tiba di pertigaan. Tak disangka ada truk melaju dengan kencang dari arah kanan dan menabrak mobil Feli. Mobil Feli terguling ke jurang dan akhirnya jatuh ke sebuah sungai.


Flashback : OFF


"Ryan, lo kenapa? Ayo, kita angkat gadis ini ke tepian!"

"Iya, Steve. Kita angkat sekarang ya!"

Mereka mengangkat gadis itu ke tepian.


"Turunkan di sini," pinta Vella.

"Gue telepon warga dulu deh. Untung gue tadi sudah save nomor Pak Rahmat."

"Setuju, berat nih kalau harus ngangkat sampai perkemahan," tambah Julian.

Steve menelepon Pak Rahmat.


"Halo, Pak Rahmat. Ini saya Steve. Saya dan teman-teman menemukan jasad seorang gadis di sungai. Bapak bisa bantu kami membawa jasad ini?"

"Hah, jasad? Baik-baik saya dan beberapa warga akan ke sana. Tolong kirim lokasinya ke WA saya ya?"

"Oke, Pak. Saya kirimkan sekarang."

Steve mengirimkan lokasi ke Pak Rahmat.


"Oh iya, Ryan. Tadi lo kenapa? Lo dapat penglihatan lagi?"

"Iya, aku mendapatkan penglihatan sebelum Feli kecelakaan."

"Wah, kejadiannya bagaimana? Kok bisa dia kecelakaan?" tanya Julian penasaran.

"Kejadiannya begini..."

Ryan mulai menceritakan kejadiannya yang dia lihat. Tak lama, Pak Rahmat dan beberapa warga lainnya datang untuk membantu mengangkat jasad Feli.


"Ini kan gadis yang sedang dicari keluarganya? Ini loh gadis yang ada diselembaran."

"Iya benar nih. Kita harus hubungi pihak keluarganya."

**


Mereka pun membawa jasad Feli ke perdesaan. Para warga memutuskan untuk memandikan Feli terlebih dahulu sebelum jasadnya dibawa oleh keluarganya. 2 jam kemudian, keluarga Feli tiba di rumah Pak Rahmat.


"Permisi, apakah benar ini rumah Pak Rahmat?" tanya seorang pria.

"Benar, apakah dengan keluarganya Neng Feli?" tanya Pak Rahmat.

"Iya, Pak. Saya Frans, papanya Feli dan ini istri saya Fenia. Di mana anak saya sekarang?"

"Syukurlah, Bapak dan Ibu sudah datang. Bapak dan Ibu tenang ya! Neng Feli sedang dimandikan oleh istri saya dan beberapa warga lainnya. Apakah Bapak membawa pakaian ganti untuk Neng Feli?"

"Bawa, Pak. Ini pakaian ganti untuk anak saya."

"Baiklah, saya terima. Mari, Pak! Kita masuk."

Frans dan Fenia masuk.


"Silakan duduk, Pak, Bu. Ini anak-anak yang menemukan anak Bapak dan Ibu. Saya permisi ke dalam dulu."

"Oke, Pak. Kami tunggu sini," jawab Frans.

Pak Rahmat masuk ke dalam untuk memberikan pakaian ganti untuk Feli.


"Jadi kalian yang menemukan jasad anak saya?" tanya Frans.

"Iya, Om. Kami menemukan jasadnya di sungai," jawab Vella.

"Makasih, ya! Berkat kalian anak Tante dan Om bisa ketemu. Sudah 2 hari kami mencari belum ada kabar," tambah Fenia.

"Sama-sama, Om, Tante. Om dan Tante yang sabar ya! Kami mau permisi balik ke perkemahan," pamit Steve.

"Oh gitu, kalian sedang berkemah. Silakan. Sekali lagi makasih ya!"

Tak lama, Pak Rahmat keluar.


"Eh, kalian sudah mau balik ke perkemahan?" tanya Pak Rahmat.

"Iya, Pak. Kami mau siap-siap untuk pulang," jawab Ryan.

"Oh ya, sudah. Kalian boleh kembali. Hati-hati!"

"Sebelumnya kami mau mengucapkan terima kasih atas bantuan Pak Rahmat untuk menolong gadis itu."

"Sama-sama, sudah tugas saya sebagai kepala daerah di sini untuk membantu."

"Kami pamit ya, Pak!" pamit Ryan.

"Hati-hati di jalan."


**


Setelah dari rumah Pak Rahmat, mereka berempat kembali ke perkemahan. Pukul 15.30, mereka tiba di perkemahan. Dari kejauhan, tampak Pak Dwi sudah menunggu kedatangan Vella dan kawan-kawan.


"Akhirnya kalian muncul juga. Kalian tahu sekarang jam berapa? Dari mana saja kalian?" tanya Pak Dwi dengan tegas.

"Maaf, Pak. Kami habis dari rumah Pak Rahmat. Tadi waktu kami jalan-jalan di pinggir sungai. Kami menemukan jasad hanyut, Pak."

"Iya, Pak. Jadi kami urus jasadnya dulu ke rumah Pak Rahmat," tambah Steve.

"Hmm, seperti itu. Ya sudah, sekarang kalian kembali ke tenda dan segera bereskan barang-barang kalian. Pukul 4 sore, kita akan berangkat untuk pulang."

"Baik, Pak," jawab mereka berempat kompak.

Mereka kembali ke tenda masing-masing untuk beres-beres.

Bersambung...
Revision October 2020
©2020 By WillsonEP

Revision October 2020©2020 By WillsonEP

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Indigo 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang