Setelah selesai makan, Ryan dan Vella kembali ke mobil Ryan.
“Kita pulang sekarang ya!”
Ryan menjalankan mobilnya menuju rumah Vella. Selama perjalanan, Vella sibuk memikirkan siapa pria yang tadi muncul di mobil Ryan. Pukul 21.00, mereka tiba di depan rumah Vella.
“Vell, kita sudah sampai.”
Vella masih melamun memikirkan pria tersebut. Ryan turun dari mobil untuk membukakan pintu untuk Vella.
“Silakan turun, Vella.”
“Eh, sudah sampai? Maaf, aku masih kepikiran sama pria tadi.”
“Iya, Vell. Sudah sampai, ayo biar aku antar ke dalam.”
“Makasih, Ryan.”
“Oh iya, bentar aku ambil koper kamu di bagasi.”
Ryan mengambil koper Vella di bagasi.
“Nih, koper kamu. Sekarang kita ke dalam ya!”
“Iya.”
“Permisi,” panggil Ryan sambil mengetuk pintu rumah Vella.
“Kayaknya mama sama papa belum pulang deh. Untung aku bawa kunci rumah.”
“Memangnya Bi Asih ke mana?”
“Lagi pulang kampung.”
“Oh, gitu. Ya sudah, aku pulang dulu ya! Sudah malam, sampai ketemu hari Senin.”
“Oke, Ryan. Hati-hati.”
Ryan kembali ke mobil. Setelah Ryan pergi, Vella memutuskan untuk masuk ke rumahnya. Vella kembali merasakan aura tak enak.
“Kok aku jadi merinding lagi ya? Apakah ada makhluk halus di sekitar sini?”
Tiba-tiba sosok laki-laki yang muncul di mobil Ryan kembali muncul.
“Kak Vella, apakah kakak bisa bantu aku?” tanya laki-laki tersebut.
“Kamu? Kamu yang tadi di mobil Ryan kan?”
“Iya, kakak bisa bantu aku kan?”
“Hmm, aku bisa bantu apa?”
Belum sempat laki-laki itu menjawab, Stefan dan Sarah, orang tua Vella, tiba di rumah.
“Eh, Vella sayang sudah pulang rupanya,” sapa Sarah.
“Iya, Ma. Vella baru saja sampai.”
“Oh iya, tadi Papa dengar kamu seperti sedang mengobrol. Ngobrol sama siapa Sayang?”
“Oh, tadi Vella habis ngobrol sama makhluk halus, Pa, Ma.”
“Astaga, kamu lihat mereka lagi? Pa, sebaiknya kita tutup saja mata batin anak kita. Mama kasihan sama Vella, Pa! Dia jadi bisa lihat makhluk yang serem-serem.”
“Tidak usah, Ma. Vella sudah terbiasa kok. Mama sama Papa tenang saja ya! Vella tidak apa-apa kok bisa lihat mereka.”
“Kamu yakin tidak mau tutup mata batin kamu?”
“Vella yakin, Pa. Meskipun kadang mereka bikin Vella kaget. Vella senang kok bisa bantu mereka.”
“Ya sudah, Papa dan Mama ke kamar dulu ya! Mau bersih-bersih dulu.”
“Siap, Pa, Ma!”
Stefan dan Sarah masuk ke dalam.
“Maaf, pembicaraan kita terpotong. Loh, kok ga ada? Dek, kamu di mana? Yah, dia ngilang lagi. Hmm, mungkin dia ada urusan di tempat lain. Lebih baik aku mandi dulu.”
Vella masuk ke kamarnya untuk mandi.
**
Sementara itu, Ryan sedang dalam perjalanan menuju rumahnya. Tiba-tiba sosok pria tersebut muncul di sebelah Ryan.
“Kak Ryan,” panggil pria itu.
“Ada apa?” tanya Ryan santai.
“Kakak tidak kaget? Aku muncul tiba-tiba?”
“Ngga, sudah terbiasa. Kamu ada apa datangi kakak dan Vella?”
“Hmm, aku mau Kak Ryan dan Kak Vella membantuku untuk menguburkan mayatku.”
“Mayatmu? Memangnya mayatmu ada di mana?”
“Mayatku ada di sebuah rumah tua di sekitar sini.”
“Oke, nanti aku bantu. Sekarang aku pulang dulu sudah malam.”
“Makasih, Kak!”
“Oh iya, kamu namanya siapa?”
“Rizky.”
Tak lama, laki-laki bernama Rizky itu menghilang. Sekitar pukul 21.30, Ryan tiba di rumahnya. Ia langsung turun dari mobilnya untuk mengambil koper di bagasi.
“Ma, Pa, Ryan pulang!” panggil Ryan.
Helen, mamanya Ryan membukakan pintu.
“Eh, anak Mama sudah pulang,” sambut Helen.
“Iya, Ma. Papa mana?”
“Papa belum pulang, Nak. Papa lembur hari ini. Ya sudah, ayo masuk!”
“Iya, Ma.”
Helen dan Ryan pun masuk.
“Ya sudah, kamu bersih-bersih sekarang terus istirahat. Pasti kamu kelelahan. Oh iya, kamu tadi antar Vella ke rumahnya kan?”
“Iya, Ma. Ryan sudah antar Vella ke rumahnya.”
“Bagus, itu baru laki-laki yang bertanggung jawab. Ya sudah, sana istirahat.”
“Iya, Ryan ke kamar dulu ya! Good night, Ma!”
“Good night, Sayang!”
Ryan masuk ke kamarnya untuk bersih-bersih terlebih dahulu. Setelah bersih-bersih, ia membaringkan tubuhnya di ranjang dan mulai memejamkan mata.
Bersambung...
Revision October 2020
©2020 By WillsonEP
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo 2
Mystery / ThrillerTahun ajaran baru dimulai. Kelas Ryan kedatangan siswi baru bernama Vella Alviera, siswi pindahan dari Jakarta. Awalnya, tidak ada hal aneh pada siswi baru itu. Namun, ketika Ryan menemukan gadis itu tergeletak pingsan di koridor dan membawanya ke U...