C H A P T E R 13 : Perjalanan Pulang

75 3 0
                                    

Pukul 16.00 sore, para siswa dan siswi SMA Nusantara 2 telah tiba di dalam bus. Tak lama, bus berangkat untuk kembali ke sekolah. Ryan dan Vella kembali duduk bersebelahan. Hanya saja, kali ini Ryan lah yang duduk samping jendela. Vella tidak mau duduk dekat jendela karena hari sudah semakin gelap. Ia takut melihat sosok-sosok makhluk halus sepanjang perjalanan. Karena jalanan Kota Bogor sore itu cukup padat, sekitar pukul 17.30, bus yang ditumpangi Ryan dan kawan-kawan baru memasuki tol. Di tengah perjalanan, tiba-tiba bus yang ditumpangi mereka bermasalah. Bus yang mereka tumpangi, jalan tersendat -sendat. Akhirnya sang sopir memutuskan untuk berhenti di bahu jalan untuk mengecek kondisi.


"Ryan, kok aku jadi merinding gini?" Aku merasakan ada sosok yang sedang memperhatikan kita," ujar Vella.

"Iya, aku juga merasakan aura yang tidak enak."

Setelah berhenti di bahu jalan, sopir bus turun untuk mengecek mesin.


"Ryan, itu apa?" tanya Vella sambil menunjuk ke arah jendela.

"Itu, tadi aku lihat ada bayangan hitam di sana."

"Mana? Aku tidak lihat apa-apa."

"Aku yakin tadi aku lihat bayangan di situ."

Tiba-tiba muncul sesosok perempuan berambut panjang menunjukkan wajahnya di kaca jendela. Wajahnya pucat. Vella kaget dan berteriak sekencang-kencangnya.


"Setan! Pergi-pergi! Ryan di jendela ada penampakan!" teriak Vella sambil menutup wajah dengan tangannya.

Tentu saja seluruh siswa-siswi yang lain langsung memperhatikan Vella.


"Vell, lo kenapa teriak-teriak?"

"Iya, ganggu gue tidur saja!"

"Vell, kamu baik-baik saja kan? Kamu tenang ya! Dia sudah pergi."

"Serius dia sudah pergi?" tanya Vella tidak yakin.

"Sudah, Vell. Kamu tenang ya! Dia hanya mau menyapa kita."

"Vell, lo baik-baik saja? Lo lihat hantu lagi?" tanya Steve.

Vella masih terdiam, dirinya masih kaget dengan sosok perempuan yang tiba-tiba muncul.


"Iya, aku sampai kaget. Kamu baik-baik saja kan?" tambah Julian.

"Aku baik-baik saja. Maaf, sudah mengganggu kalian semua. Tadi aku mimpi buruk," ujar Vella.

"Oh, gitu. Kirain ada apa."

"Iya, lo ngagetin gue aja!"

"Maaf, maaf."

"Sudah, sudah. Jangan ribut. Kita lanjutkan perjalanannya. Bagaimana, Pak? Apakah mesinnya baik-baik saja?" tanya Bu Dewi.

"Setelah saya cek, mesinnya tidak kenapa-kenapa, Bu. Kita lanjutkan perjalanannya ya?"

Bus tersebut kembali melanjutkan perjalanan.


"Vell, kamu tidak apa-apa kan?" tanya Ryan.

"Tidak apa. Hanya masih kaget saja."

"Ya sudah, lebih baik kamu istirahat perjalanan kita masih jauh."

"Iya, aku tidur ya!"

**


Setelah menempuh perjalanan selama 4 jam, mereka akhirnya sampai di sekolah. Murid-murid mulai turun dari bus.


"Vell, sudah sampai."

"Eh, sudah sampai? Ayo, kita turun!"

"Iya, ayo!"

Mereka turun dari bus. Diikuti oleh Steve dan Julian di belakangnya.


"Eh, Ryan, Vell, gue balik duluan ya!"

"Iya, hati-hati di jalan. Sudah malam," jawab Ryan.

"Aku juga pulang dulu ya!" pamit Julian.

"Oke, Jul. Ryan, kita pulang juga ya! Aku lelah banget nih."

Tiba-tiba perut Vella berbunyi.


"Kamu lapar, Vell? Kita makan malam dulu ya!"

"Iya, nih. Aku lapar banget."

Mereka naik ke mobil milik Ryan.


"Kita mau makan di mana?" tanya Ryan.

"Hmm, gimana kalau makan di Sky Café ? Kan lokasinya dekat."

"Setuju, kita ke Sky Café ya!"

10 menit kemudian, mereka tiba di kafe tersebut. Tiba-tiba sosok laki-laki memakai seragam SMA muncul di jok belakang mobil Ryan. Wajahnya pucat dan seragamnya berlumuran darah.


"Kak, tolong aku!"

Ryan dan Vella menoleh ke belakang.


"Kamu siapa?" tanya Ryan.

Tak lama, sosok laki-laki itu menghilang. Hanya suaranya saja yang masih terdengar.


"Kak, tolong aku!"

"Kak, tolong aku!"

"Ke mana laki-laki itu, Ryan?"

"Aku juga tidak tahu. Lebih baik kita turun sekarang. Nanti kemalaman."

"Iya, iya."

Mereka turun dari mobil dan segera masuk ke kafe tersebut.


"Selamat datang di Sky Café. Untuk berapa orang, Mas?"

"Untuk 2 orang, Mba."

"Baik, mari kita ke sebelah sana."

Mereka tiba di kursi yang ditunjukkan pelayan restoran.


"Silakan pesanannya."

"Saya pesan nasi goreng rempahnya satu porsi," ujar Ryan.

"Baik, kalau Mbanya?"

"Vell, kamu mau pesan apa?"

"Samain saja deh."

"Baik, 2 porsi nasi goreng rempah. Minumnya?"

"Teh hangat saja, Mba."

"Baik, ditunggu ya pesanannya!"

Tak lama, Vella melihat seorang laki-laki yang wajahnya mirip sekali dengan sosok laki-laki yang tadi muncul di mobil Ryan.


"Ryan, coba lihat deh laki-laki itu."

"Hmm, laki-laki mana?"

"Itu lho yang lagi ngobrol di kasir. Dia mirip banget sama sosok laki-laki yang tadi kita lihat. Kok bisa ya?"

"Iya, ya. Dia mirip sekali."

"Dia masih hidup kan? Kok bisa tadi dia muncul tiba-tiba di mobil kamu."

"Hmm, aku juga tidak tahu. Mungkin hanya mirip."

Tak lama, pesanan mereka datang.


"Silakan, Mba, Mas. Ini pesanannya."

"Terima kasih. Vell, ayo kita makan!"

"Iya, iya. Makasih, Mba."

"Sama-sama. Saya permisi dulu."

"Sekarang kita makan dulu. Masalah sosok laki-laki itu, kita pikirkan nanti."

"Iya, Ryan."

Mereka mulai menyantap pesanan yang telah dihidangkan.

Bersambung...
Revision October 2020
©2020 By WillsonEP



Indigo 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang