3 - Sekelas ✔️

5.3K 439 11
                                    

Dari banyaknya kelas, entah ini kesialan atau memang sudah takdirnya begini, Lesia ternyata sekelas dengan ketos ganteng namun gila itu!

"Hai Lesia! Gue Oliv! Dan ini Diana! Temen saya!" ucap Oliv yang menirukan suara khas Upin ketika memperkenalkan si Ipin.

Lesia tertawa kecil, ternyata Oliv dan Diana tidak semenakutkan yang ia kira. Sebab baru masuk tadi pandangan kedua gadis ini sangat aneh terhadapnya. "Gue kira lo berdua malah gak suka sama gue, eh ternyata." ucap Lesia lalu duduk di samping Diana. Bu Gempita sedang ke toilet sebentar sehabis memperkenalkan Lesia tadi di depan kelas.

"Iya Sia, gue sama si olip tadi udah targetin lo buat jadi temen kita!" ucap Diana yang terus terang. Lesia memang di panggil Sia. Panggilan untuk orang-orang yang tidak mengetahui lebih dalam tentangnya.

"Les, gue manggil lo Les aja ya, kalo Sia, kepanjangan." ujar Oliv sambil cengengesan.

"Iya elah, santai aja. Mau panggil apa aja gue terima. Asal jangan bitch aja, haha." ketiganya tertawa bersama. Tanpa sadar sepasang mata coklat menatapnya dengan tajam.

🌋🌋🌋

Se panas-panasnya kamar Lesia, gak pernah sampai sepanas ini. Sebab ia dan kedua teman barunya sedang di jemur di lapangan gara-gara berisik di jam pelajaran pak kuncir. Kenapa di panggil pak kuncir? Sebab rambut guru itu suka sekali di kuncir, katanya sih biar hits.

"Gila, panas banget. Mana gue gak bawa kipas lagi, aduuh, rusak deh kulit gue yang bagus ini. Mami, anak mu kepanasan!!" Oliv mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah. Gadis berambut cokelat keemasan itu sudah tidak perduli lagi tentang hukuman yang sedang ia jalan kan itu. Seharusnya ia hormat bendera ini malah ngipas-ngipas.

"Auss, gue butuh minum, aer-aer!" Diana lagi, malah manggil aer-aer, dikata ada yang jualan keliling apa?

Hanya Lesia yang masih hormat bendera, bukan kenapa-kenapa. Gadis ini sedang menahan pusing di kepalanya. Keringat telah membasahi seragam putih abu-abu miliknya. Lesia memang tidak terbiasa terkena panas matahari.

"Les, lo kenapa??" Oliv yang melihat tanda-tanda Lesia akan pingsan segara menahan kedua bahu gadis cantik ini. "Pusing." ucapnya pelan.

Diana nengok, kini wajah Lesia sudah pucat pasi, bahkan bibir gadis itu sudah sangat kering. "Eeh!! Gue panggil pak kuncir dulu ya??" baru saja Diana ingin berlari namun suara tubuh yang ambruk membuatnya kembali berbalik.

"LESIA!" Tubuh Lesia jatuh di dalam pangkuan Oliv, kedua paha Oliv menjadi bantalan gadis ini.

"Lontongg!!! Lontongggg!" pekik Diana, heboh.

Oliv menepuk jidatnya, "Tolong Diana! Bukan lontong!" koreksi Oliv yang langsung diangguki Diana. Anak-anak kelas lain mulai keluar namun tidak ada yang berani membantu ketiga gadis ini. Karna sejarahnya adalah ketika ada yang menolong atau bercanda dengan murid yang sedang di hukum oleh pak kuncir akan kena sanksi, yaitu ngambil mangga di kebun yang katanya angker, tepatnya di belakang sekolah.

"PAK KUNCIIIR!!! LESIA PINGSAN WOII!" Diana teriak semakin kencang. Pak kuncir yang sedang mengajar tergopoh-gopoh keluar dari kelas dengan raut wajah kagetnya.

"Ya ampun ayo tolongin, jangan liatin aja!" perintah pak kuncir. "Yah elah pak, kalau saya bisa gendong Lesia juga saya pasti gendong. Masalahnya saya aja gak bisa gendong! Badan saya aja kecil!" balas Oliv yang tiba-tiba jadi sewot.

Bara datang memecah keramaian, dengan tenang, laki-laki ini mengangkat tubuh Lesia dan menggendongnya sampai UKS. Semua itu tidak luput dari penglihatan seluruh siswa-siswi SMA Jingga.

"Bara itu persis kayak bapak masih muda, gentleman." ucap pak kuncir yang langsung di soraki seluruh murid yang ada di sana.

🌋🌋🌋

Kedua bola mata sayu ini terbuka, baru saja dibuka sudah mendapati wajah datar dan dingin Bara. "Ngapain lo disini?" tanya Lesia sambil mencoba untuk duduk.

"Lo pingsan. Jangan langsung duduk." Bara dengan telaten membantu Lesia berbaring kembali. "Makanya kalo belum sarapan, sarapan dulu di kantin. Jangan manja, disini gak ada mami lo." Lesia mendelik kesal. Ini orang dokter atau ketos sih? Tau banget masalah tentang pingsan-pinsanan.

"Gimana mau sarapan kalo lo aja hukum gue bersihin gudang? Gue jadi gak bisa makan roti gue tadi. Coba aja lo gak nyuruh bersihin gudang. Pasti gue gak bakalan pingsan." bukannya meng-iyakan saja apa yang diucapkan Bara, Lesia malah menyalahkan laki-laki yang berada di hadapannya ini.

Bara menatap Lesia sebentar. "Dasar, cewek gak tau terima kasih." lalu ia berbalik dan keluar dari UKS.

Lesia langsung terbangun, "Apa dia bilang? Gak tau terima kasih? Dia kali yang gak tau caranya memuliakan cewek."

See u next chapter!

KETUA OSIS TERSAYANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang