5 - Tolong ✔️

4.7K 385 1
                                    

Lesia mengambil tas mininya, sekarang memang lagi hits pake tas yang kecil-kecil, so karna gak mau ketinggalan trend, gadis ini membeli tas kecil itu namun harganya sangat fantastis.

“Les, kita jadinya mau ke cafe mana?” Oliv bertanya sambil memakai lipstik merah muda miliknya. Memang, ketiga gadis ini memutuskan untuk pergi ke cafe sebentar untuk mengerjakan pr yang di berikan pak kuncir tadi. Kenapa mereka maunya mengerjakan pr di cafe? Alasannya karna mau cari udara seger, dan ngeliat cogan dong pastinya.

“Cafe yang lagi hits aja, pasti banyak cogannya tuh.” Diana menimpali, iyalah Diana ngusulin ke cafe yang lagi hits, pasti gadis itu sedang menyusun strategi untuk memangsa cogan baru.

“Yaudah kita ke Zengler cafe aja,”

Ketiga gadis cantik ini memasuki mobilnya masing-masing, mereka memang sengaja memakai mobil masing-masing, sebab biar lebih keliatan keren aja. Sesampainya di cafe yang lagi hits ini, ketiganya turun dari mobil. Sontak seluruh perhatian terpusat kepada tiga gadis cantik yang sekarang sudah bergaya layaknya model majalah Victoria.

“Kok gue jadi risih ya?” Diana entah mengapa menjadi risih ketika seluruh pasang mata menatap ketiganya dengan lapar.

“Elo sih! Udah tau di sini banyak buaya, bego juga gue mau aja di ajak kesini.” timpal Oliv sembari menutupi bajunya dengan jaket yang ia bawa.

Lesia memandang satu persatu orang-orang disini yang kebanyakan cowo mata keranjang, dengan sekali tepukkan tangan, 10 orang bodyguard mendekat kepada ketiga gadis ini.
Diana dan Oliv melongo, sejak kapan para bodyguard ini datang?

“Les, oh God, gila sih anjir, lo se-tajir apa sih??? Sampe bodyguard dimana-mana.” Diana menatap takjub Lesia yang tampak biasa saja.

“Udah yuk masuk, di luar banyak buaya.”

🌋🌋🌋

Lesia pamit sebentar ke toilet, gadis ini ingin membenarkan sedikit polesan make up nya. Ketika sudah merasa cantik kembali, gadis ini melangkah namun laki-laki yang bisa Lesia yakini adalah laki-laki mata keranjang dan sialnya menyudutkannya ke tembok.

“Kurang ajar ya lo! Minggir sialan!” gadis ini memberi rontakan, bagaimana bisa laki-laki ini masuk kedalam toilet perempuan?!  Dimana para bodyguard yang menjaga pintu depan toilet?!

Laki-laki ini tampak tersenyum miring, tangannya memegang kedua pundak Lesia, “Main sama gue dulu, gimana?” ucapnya dengan nada sensual, bukannya baper atau apa, gadis ini mual sekali mendengar ucapan brengsek dari laki-laki ini.

“MINGGIR SIALAN!”

Laki-laki ini ingin mencium Lesia namun tubuh laki-laki ini sudah tersungkur lebih dulu ke lantai akibat tendangan dari punggungnya. Lesia menatap orang yang sudah berbaik hati menolongnya, tapi—orang itu Bara!

“Bar—”

Bara mendekat, wajah laki-laki itu sangat dekat dengan wajah Lesia, “Bilang tolong.” ucapnya yang sama sekali tidak di mengerti gadis ini.

“H-hah? Maksudnya?” tanya Lesia dengan kedua bola mata yang bergerak gelisah.

“Lo harus bilang tolong, kalau mau gue tolongin.” sekarang gadis ini mengerti, tapi haruskah dirinya meminta tolong kepada Bara? Ketos di sekolahnya? Bahkan tadi siang saja dia masih punya masalah dengan laki-laki itu.

“Kok lo pamrih sih?! Kalo mau nolongin ya nolongin aja, gak usah pake minta imbalan, cih ketauan banget gak ikhlas nolongnya.” gadis ini terkesiap ketika laki-laki mata keranjang itu sudah bangun dan menatapnya lapar.

“Yaudah, gue tinggal. Gue gak bisa jamin kalau tuh cowok balik ngelakuin hal-hal yang tidak menyenangkan sama lo.” baru saja Bara ingin pergi namun lengannya di tahan oleh gadis ini.

“Oke-oke! Please Bar, gue minta tolong.” dengan senyum tipis yang menghiasi bibirnya, Bara kembali melayangkan pukulan tepat di wajah laki-laki yang sekarang kembali tersungkur akibat ulahnya.

Bara menarik lengan mulus gadis ini untuk keluar, mengantarkannya sampai parkiran mobil. Oliv dan Diana tentu kaget karna adanya kehadiran Bara disini. Tapi sejak kapan? Dan, kenapa bisa sama Lesia?

“Lah lah lah, kenapa ada lo Bar? Kok Les nih cowok nga—”

“Dia nolongin gue.” ucapan itu sudah cukup membungkam kedua mulut kedua temannya. Raut wajah cerah kini menjadi redup. Lesia bete, kenapa yang nolonginya bukan orang lain aja? Kenapa harus Bara?!

“Gue pulang.” Bara berpamitan lalu sekilas menatap wajah bete Lesia.

See u next chapter!

KETUA OSIS TERSAYANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang