Winwin menatap pemandangan mobil yang lalu-lalang dibawah sana, pikirannya kembali melambung pada kejadian diruang telivisi tadi lebih tepatnya pada perkataan Ten.
"Kecuali ada sesuatu dengan gadis itu dan agensinya."
Kalimat itu memenuhi kepala Winwin sekarang, pemuda itu menutup kedua matanya. Jika andai saja Rose tidak meminum minuman itu semuanya tidak akan sesulit ini dan tentu saja dirinya tidak terseret kedalam masalahnya.
Wush...
Angin itu menyapu lembut wajah Winwin. Pemuda itu masih setia menutup matanya.
"Winwin-ah?"
Winwin membuka matanya cepat, ia mengenali suara itu, sangat mengenalinya. Suara itu selalu menemaninya beberapa hari ini.
"Darimana?" Winwin mengatakan hal itu tanpa mau sulit-sulit menengok sang pemilik suara itu.
Hening.
Rose diam membisu, Winwin melirik gadis itu dari ujung matanya. Sebenarnya penampilan Rose sama sekali tidak menakutkan, ia malah hanya terlihat seperti gadis biasa dengan rambut pirang bukannya hantu, ya walau dengan tambahan gaun putih.
Winwin menarik nafasnya pelan. "Kau ingat sesuatu sebelum kau meminum minuman itu?" Tanya Winwin pelan.
"Seingatku, aku harus menemui Pd-nim setelah itu,"
Kini otak Winwin dipaksa berfikir dua kali lebih berat. Apa yang akan dikatakan pemimpin agensi Rose jika gadis itu tidak koma sekarang? Kepala Winwin berdenyut sakit.
"Kau hanya ingat itu?"
'Hanya saja masalalunya akan mempersulitmu.'
Kalimat itu kembali muncul dalam otak Winwin, pemuda itu menghadapkan tubuhnya kearah Rose untuk melihat sosok arwah itu dengan jelas.
Rose yang merasa diperhatikan memiringkan kepalanya kekanan, matanya menatap Winwin bingung. Winwin menatap gadis itu pekat, ia bahkan melangkahkan kakinya perlahan mendekat kearah Rose.
"K-kenapa melihatku begitu?! Kau membuatku takut!"
Winwin mendengus kesal. Pemuda itu memberi jarak selangkah antara keduanya, "Harusnya aku yang berkata seperti itu!" Dengusnya sambil menatap Rose sinis.
Rose membelalakkan matanya, ia menatap pemuda dihadapannya itu dengan mulut membentuk huruf O.
Kini gadis itu tidak lagi menapak pada lantai Balkon, tubuhnya melayang mendekat kearah Winwin.
"Hei, berhentilah melayang. Kau pikir aku akan takut?" Decak Winwin malas.
"Jangan kau pikir aku tidak tahu! Aku melihatnya menatapku ngeri saat melihat diriku melayang dihadapanmu kemarin malam!" Sahut Rose tak mau kalah.
Winwin membelalakkan matanya tak percaya. "Wah, wah, apa-apaan itu? Sekarang aku tanya padamu hantu kecil. Apa kau tidak akan terkejut saat melihat ada seorang hantu melayang dan tanpa tahu malunya dia meminta tolong padamu? Apa reaksimu akan bersorak kegirangan begitu?" Ujar Winwin panjang.
Rose awalnya tidak percaya Winwin bisa berbicara sepanjang itu, namun ia sadar akan suatu hal yang membuat emosinya kembali tersulut.
"Apa kau bilang?! Aku hantu kecil? Matamu buta sampai tidak melihat tubuhku yang tinggi ini?!" Cerca gadis hantu itu, jemari lentiknya menunjuk-nunjuk wajah Winwin kesal.
Winwin menjauhkan jari itu dari wajahnya pelan, "Kau tinggi? Yang benar saja? Aku saja harus menunduk saat bicara denganmu," Sahut Winwin kelewat santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
H E L P ; 𝐖𝐢𝐧𝐫𝐨𝐬𝐞
Hayran KurguWinwin selalu mendengar suara lirih tangis. Awalnya ia selalu mengabaikan suara itu, namun kelama-lamaan pemuda itu merasa sangat terganggu. Sampai suatu malam, Winwin mengatakan sesuatu. "Apa mau mu?" "Tolong aku," H E L P - Start