[Name], Baam, Khun, Hatz, Shibisu, serta Envira akhirnya berdiri tepat di depan kamar Ken dan mengetuknya perlahan. Tak ada jawaban selama beberapa saat, apa orangnya tengah menjelajah alam mimpi?
"Tidurkah dia? Setelah mengalahkan dua putri Zahard, pasti hatinya sangat bahagia," tuduh Shibisu asal. Pintu langsung terbuka dengan kasar setelah dia mengatakan hal tersebut, Ken seakan tersinggung dengan perkataannya.
"Oh ya? Mau coba?"
"...Tidak terima kasih, maaf." Nyalinya langsung ciut.
Kalau boleh jujur, Shibisu sendiri lebih memilih tidak mengganggu rekan-rekan [Name] yang kelihatannya sangat sensi itu. Mereka memang tidak mudah tersinggung jika berbicara dengan Hatz, tetapi kalau ada kata yang menyebutkan pasal [Name], keduanya langsung mengamuk tidak karuan, tantrum.
"Kenapa kalian membawa mereka ke tempatku?" tanya Ken pada Envira yang melirik ke arah lain dan [Name] yang tersenyum kikuk. Melihat respon sang lawan bicara, Ken yakin ini semua hanya disebabkan oleh satu orang.
"...Baik, [Name], apa maumu?"
"Kak, Kak, boleh minta tanda tangannya?" [Name] mengulurkan dua lembar kertas yang langsung diambil oleh Ken, tak tega jika tangan itu terus terulur. Kertas itu digenggam dengan satu tangan, diperhatikan baik-baik seakan tengah mencari kesalahan di dalamnya.
"Kenapa aku harus? Mereka tidak penting bagiku."
"Oh ya, lalu apa yang penting bagimu?" Mulut Hatz ini benar-benar tidak bisa dibiarkan tanpa selotip rupanya. Lain kali Shibisu akan membawa kain untuk menyumpal mulut Hatz.
"Yang pasti bukan kau, kau, kau, dan kau." Terang-terangan Ken menunjuk wajah Hatz, Shibisu, Baam, dan Khun. Seakan... dia mengatakan hal yang penting baginya hanya Envira dan [Name] di situ.
"Aku benci kalian, sana pergi."
Pemuda itu berbalik badan setelah menyerahkan kertas tadi pada Envira dengan dinginnya. [Name] langsung menarik surai putih dari belakang dan berseru, "Sekali doang, tolongin! Nanti aku akan menurut, aku janji!!"
Tubuh Ken serta Envira membeku, langsung Ken berbalik dan menandatangani kertas yang dia berikan pada Envira sebelumnya. Envira juga turut menandatangani kertas tersebut dan memberikannya pada Shibisu.
"Sepakat. Tepati janjimu~" Ken menutup pintu kamarnya dengan bahagia.
"Akan kutagih janjimu nanti." Envira mengisyaratkan gerakan dua jari ke matanya dan diri [Name] sebelum meninggalkan rombongan pencari tanda tangan itu.
Baam langsung menoleh pada [Name]. "Kenapa mereka mau kamu menurut?"
"...Enggak tahu, Kak, kadang mereka sifatnya kayak orang tua."
•••••
Disclaimer, Tower of God : SIU
Webtoon
•
Enter The Tower
•
[Name] = Namamu
[F/N]/[Fake/Name] = Nama palsu/samaran
[SC/N]/[Slayer Candidate/Name] = Namamu sebagai Calon Pembunuh FUG
•
Chapter 9
Konon Apa Konon?
•
Warning : Typo, alur berantakan, out of character, melenceng jauh dari manhwa dan anime, original character, over power, harsh word
•••••"...Segampang itu?" tanya Shibisu tidak percaya dia baru saja menukarkan sebuah nama di kertas dengan janji kecil seperti menuruti perintah.
"...Sebagai sesama pengguna pedang, dia jelas memiliki jalan pedangnya sendiri. Untuk melindungi seseorang yang penting di dalam hatinya, aku pikir aku bisa menghormati Arie." Semakin lama penulis semakin mempertanyakan dari mana asal bunyinya mulutmu itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Enter the Tower || Tower of God ft.Reader [ON REWORK]
FanfictionDitumbalkan oleh keluarganya yang menganut kepercayaan sesat, [Name] tiba-tiba saja terbangun dan berada di dalam sebuah gua! Nampak gelap dan lembab, tak terlalu hening karena ia dapat mendengar suara air mengalir dari suatu tempat yang dekat. Tan...