12 - Surat Terakhir

86 10 0
                                    

Teruntuk nona berambut pendek yang saya kagumi
Di tempat

Kalau tidak salah, ini adalah surat ketujuh yang saya kirim.
Dalam surat ini saya tidak akan membahas betapa berbincang dengan Nona seolah membuat waktu berhenti, karena perihal itu sudah saya ceritakan dalam surat yang kedua. Saya juga tidak akan menulis tentang langit malam berbintang yang saya temukan dalam kedua mata Nona, yang sudah saya gambarkan dengan teramat jelas dalam surat yang kelima.

Dalam surat ketujuh ini, saya hanya ingin menyampaikan bahwa saya akan berhenti. Saya akan berhenti menemui Nona. Saya akan berhenti mengirim surat.

Saya akan berhenti menyimpan rasa untuk Nona.

Saya bukanlah laki-laki lembek yang mudah menyerah, tetapi saya tidak bodoh. Saya tahu, keenam surat dari saya selalu langsung disobek dan dibuang setelah Nona melihat nama saya yang tertera di balik amplopnya. Saya tahu benar bahwa itu berarti saya sudah ditolak.

Saya juga sudah lelah memperjuangkan sesuatu yang ternyata mustahil-yang saya ketahui dengan cara menyakitkan. Jika memaksakan diri, saya takut hati saya hancur lebur nantinya. Lebih hancur lagi dari sekarang.

Saya sama sekali tidak menaruh dendam, apalagi mengharap Nona berubah pikiran setelah membaca surat ini. Saya hanya ingin Nona menemukan kebahagiaan, walaupun itu artinya saya harus pergi.

(Tampaknya upaya saya menulis surat ini akan sia-sia, karena saya yakin Nona akan langsung membuangnya seperti yang sudah-sudah. Tetapi saya akan tetap mengirimnya sebagai surat terakhir, sebagai penanda resmi akan berakhirnya usaha saya untuk mendapatkan hati Nona.)

Tertanda,
Satya Prawira,
yang sedang berusaha untuk melupakan Nona.

Surat-Surat Satya [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang