"Pegangan."
El menarik kedua tangan Alvira, melingkari tubuhnya dengan sangat erat. Lihat, seberapa protektif dirinya terhadap satu-satunya adik cewek yang ia miliki itu.
"Udah bos, gas langsung!" Pekik Alvira dengan senyum manisnya.
Belum sempat El melajukan motornya, ia melihat Bian yang berjalan kearahnya, seorang diri. Hari sudah cukup sore mengingat tadi ia menghadiri ekstrakurikuler basket, ditemani oleh Alvira yang duduk di pinggir lapangan dengan handuk kecil dan botol mineral di tangannya.
"Kak Bara, jalan aja yuk." Ucap Alvira yang merasakan hawa menyeramkan yang keluar dari tubuh El. Ia menggoyangkan tubuh El dengan kuat berharap kakaknya itu akan menuruti keinginannya.
Namun El tetaplah El. Cowok itu memilih untuk melepas helm dari kepalanya dan turun dari motor, ia mengisyaratkan Alvira untuk tetap berada di atas motornya.
"Mau apa lo?" Tanyanya to the point begitu melihat Bian yang sudah ada tepat di dihadapannya.
Bian terkekeh kecil. "Santai, gue cuma mau ambil adik lo." Ucapnya dengan senyum miring sambil menatap ke arah Alvira yang kini menatap El dengan khawatir. Bagaimana pun juga El dan Bian bukanlah perpaduan yang sempurna. Ibaratkan api bertemu dengan api, maka keadaan akan semakin memanas.
"Alvira udah bukan siapa-siapa lo." Ucap El dingin dengan tangan yang sudah mengepal sempurna, menatap cowok di hadapannya dengan tatapan kebencian.
"Tapi dia sendiri yang ngemis-ngemis ke gue klo dia minta temenin jalan sore ini."
El menatap ke arah Alvira dengan alis yang terangkat satu. Ia tahu betul jika adiknya yang satu itu masih sayang terhadap cowok brengsek ini. "Lo mimpi kali, Alvira gak pernah ngejar sampah." Ucapnya sambil tersenyum meremehkan.
Alvira yang mendengar ucapan sedikit lebih sarkas dari El hanya dapat meringis kecil.
Bian mengangkat bahunya. "Bukannya kebalik ya kalau adik lo yang sampah kan dia pern--"
"JAGA UCAPAN LO!"
Bugh
El meninju rahang Bian dengan sangat kencang membuat di empunya langsung tersungkur di tanah. Ia menarik kerah leher cowok itu, lalu kembali memukulnya. "BAJINGAN!"
Bugh
Bugh
Alvira memejamkan mata, merasakan bulir hangat yang menyapa permukaan kulit wajahnya. Kali ini, semua terjadi karena dirinya lagi. Lagi-lagi hanya karena cewek seperti dia.
Bian yang memang tidak jago beradu kekuatan pun memilih untuk pasrah. Ia suka sekali memancing emosi El, dan jika cowok itu sudah terpancing maka konsekuensi yang ia dapatkan akan seperti ini.
"LO SAMPAH!"
"MANTAN SAHABAT YANG SAMPAH!"
"LO GAK PANTES DISINI!"
"LO PECUNDANG."
El menendang perut Bian sebagai pengakhiran. Ia berdecih, menatap cowok itu yang sudah terbatuk-batuk menahan sakit yang menjalar di seluruh tubuhnya.
"Lo monster, El." Gumam Bian sambil menyeka sudut bibirnya yang keluar darah.
El tidak menghiraukan ucapan Bian kepadanya. Ia langsung berlari menghampiri Alvira yang sudah menangis sesegukkan, dan dengan cepat ia memeluk tubuh mungil adiknya. "Jangan nangis."
Alvira membalas pelukan El dengan sangat erat. "Aku sayang Kak Bian, Kak. Kakak jahat banget." Lirihnya dengan nada yang tersendat.
Kali ini El tidak menyalahkan Bian untuk sepenuhnya, lagipula ia memang salah sudah keteraluan memukul cowok itu sampai sebegitu parahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELBARA [TERSEDIA DI WEBNOVEL]
Teen FictionDI TERUSKAN KE WEBNOVEL DENGAN JUDUL 'ELBARA : MELTS THE COLDEST HEART' terimakasih guys, love you all! "Gray describes my life before you come." Elbara Geofano Adalard Satu-satunya penguasa sekolah yang memiliki sifat dingin dan tidak tersentuh, ke...