Enam belas

406 50 4
                                    

Pagi ini Nusa dengan langkah gontainya mulai menuruni tangga memakai seragam lengkap dan tas berukuran standar yang sudah berada di punggungnya. Ia mengusap kedua mata, lalu menguap karena di landa kantuk yang sangat. Tadi malam ia menonton film kartun sampai tidak sadar jika jam sudah menunjukkan lewat dari tengah malam.

"Pagi Kak Rehan." Ucapnya dengan lesu sambil duduk di kursi makan, menatap Rehan yang kini dengan lihainya menggoyang penggorengan. Cowok itu kini sedang membuat dua porsi nasi goreng untuk di santap oleh dirinya sendiri dan juga Nusa. Kakak yang baik dan pengertian.

"Pagi juga cewek kebo."

"Eh enak aja, Nusa tuh kebablasan bukan kebo."

Rehan menggelengkan kepalanya, ia lelah menasihati adiknya yang terbilang sangat susah di beritahu. "Pasti tidur kemaleman lagi, iyakan?"

"Enggak kok!"

Bohong, Nusa memang tidak pandai berbohong. Buktinya kini cewek itu tengah menenggelamkan kepala di lipatan tangannya yang berada di meja makan. Jam masih menunjukkan pukul setengah 6 pagi, wajar saja semangat sekolah Nusa belum sepenuhnya terkumpul.

"Tuhkan, sarapan dulu Nusa sayang." Rehan menghampiri Nusa, lalu duduk di samping cewek itu dengan kedua tangan yang sudah memegang masing-masing satu porsi roti bakar buatan dirinya. Hanya roti bakar dengan selai cokelat dan di beri sedikit madu, itu saja untuk menu sarapan pagi ini.

"Nusanya gak ada, tenggelam di mimpi." Gumam Nusa yang sama sekali tidak berniat untuk menegakkan tubuhnya dan memakan sarapan dengan segera. Ah sepertinya cewek itu benar-benar merasakan kantuk yang luar biasa. Jangan sampai ia tidur di kelas lagi dan berujung di UKS bersama El. Oh tidak jangan sampai terjadi lagi.

Dengan cepat, Nusa menegakkan tubuhnya, lalu menyambar roti bakar yang dibuatkan Rehan untuk dirinya. Sedangkan Rehan, jangan ditanya seberapa herannya dia dengan adik satu-satunya ini.

"Kamu kenapa?"

"Gak apa-apa Kak Rehan. Aku gak mau kalau nanti masuk UKS ditemani sama kulkas."

Kulkas?

Belum sempat bertanya lebih lanjut mengenai tingkah aneh Nusa, bel rumah mereka berbunyi. Ia membiarkan supaya Nusa tetap tenang sarapan, sedangkan dirinya mulai bangkit dari duduk dan melangkah kaki menuju pintu utama rumah ini.

"Pagi, han."

Rehan menaikkan sebelah alisnya kala melihat sosok El sudah berdiri dihadapannya dengan wajah datar. Terlihat cowok itu tengah membawa sebuah kotak berwarna hitam yang dibungkus sangat cantik.

"Pagi Tuan Muda. Ngapain lo kesini? Tumben banget." Ucap Rehan dengan heran.

El menaikkan sebelah alisnya, lalu menyodorkan kotak tersebut ke arah Rehan yang di terima baik oleh cowok itu.

"Tadi uncle ke rumah, dia bilang lo suruh nganterin ini." Ucap El sambil menyibakkan rambutnya ke belakang.

"Kenapa harus gue? Kenapa gak lo?"

"Gue sekolah, bego."

"Oh gue kira lo mulung, habisnya baju kusut banget kayak gak pernah di setrika."

Rehan terkekeh puas saat melihat wajah kecut El. Ini adalah salah satu kegemaran yang dimilikinya, menjahili El dengan kata-kata. Untung saja El tidak masalah akan hal itu, dan menganggap semua ucapan El hanya angin semata.

"Uncle minta jam 7 udah sampe di alamatnya." Ucap El sambil menunjuk sebuah space lokasi yang di tempel di atas kotak tersebut.

"Loh, terus adik gue gimana?"

ELBARA [TERSEDIA DI WEBNOVEL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang