"Nama gue Fabian, panggil aja Bian. Eh tapi panggil sayang juga boleh. Dan lo berarti ada utang sama gue, nanti pulang sekolah gue yang antar pulang. Gak terima penolakan ya."
Nusa menaikkan sebelah alisnya. "Utang? Perasaan kita baru ketemu sekarang deh. Masa iya aku punya utang sama kamu?"
Bian terkekeh mendengar ucapan Nusa. Astaga bagaimana bisa cewek seperti ini masuk ke dalam hidupnya El? Bukannya Nusa lebih pantas jika bersama dirinya?
"Ini, utang karena udah bantuin lo."
"Berarti gak ikhlas dong?" Ucap Nusa sambil menekuk senyumnya.
Bian mengangkat bahunya, lalu berjalan untuk mengambil tas bewarna hitam yang terlihat penuh itu. "Kok berat banget sih tas lo?" Ucapnya sambil menaruh tas milik Nusa di tangan kanannya. Jadi, kini ada dua tas yang ia bawa.
"Aku habis ambil buku di perpustakaan." Ucap Nusa.
"Yaudah lo masuk toilet dulu gih, ganti seragamnya pakai jaket gue biar gak dingin. Gue tunggu di luar."
Bian melangkahkan kakinya keluar dari toilet. Ia bersandar di tembok dengan kedua tangan yang sudah di masukkan ke dalam saku celananya. Ia sedikit bersenandung kecil sambil melihat beberapa murid yang berlalu lalang, padahal seharusnya ini sudah pergantian jadwal pelajaran jam ke tiga tapi masih banyak murid yang berkeliaran, termasuk dirinya.
"Maaf lama."
Bian menoleh lalu mendapati tubuh mungil Nusa yang kini sudah memakai jaket yang terlihat kebesaran di tubuh cewek itu. "Siniin baju lo yang basah." Ucapnya.
Nusa memberikan baju nya yang sudah tidak berbentuk itu karena ia peras supaya tidak banyak air yang menetes, menjadikan bajunya banyak sekali lipatan tidak beraturan. "Nih."
Setelah berhasil memasukkan baju Nusa ke dalam tas kosong miliknya, ia langsung saja menegakkan dirinya. "Ayo gue anter ke kelas." Ucapnya sambil menggenggam tangan Nusa. Jemari tangan cewek itu terasa dingin sekali. Walaupun memang ini sebuah kebetulan ia melihat Priska keluar dari toilet bersama kedua dayangnya yang pasti mereka habis membully seseorang, tak ayal juga ia merasa kasihan pada Nusa.
Nusa mengikuti langkah besar milik Bian. Ia terus menerus menundukkan kepalanya, tidak ingin melihat wajah siapapun yang kini sedang membicarakan dirinya secara terang-terangan.
"Jangan di dengerin, mereka cuma orang yang gak punya otak, bisanya cuma ngurusin hidup orang. Padahal hidupnya sendiri aja belum tentu udah bener."
Nusa tersenyum kecil mendengar ucapan Bian. Ternyata ia salah, masih ada orang baik di sekolah ini yang sama sekali tidak memandang dirinya sebelah mata. Jika alasan mereka menjelekkan dirinya hanya karena El, bukan berarti ia harus menjauhi laki-laki itu kan? Ini hidup dia, apapun yang terjadi ya semua karena pilihan yang ia tentukan, bukan karena pilihan orang lain.
Keadaan kelas Nusa ternyata gaduh, terlebih lagi guru mata pelajaran tidak masuk karena sakit. Bian menghela napasnya, kelas itu adalah tempat yang paling ia benci karena disana ada El yang dengan wajah datarnya seperti ingin menghabisi dirinya.
"Misi." Ucap Bian membuat semua perhatian mata tertuju padanya dan juga Nusa. Mereka yang tadinya berisik, ada yang bermain tangkap bola plastik, dan bergosip dengan gelak tawa yang menggelegar sudah sirna begitu saja. Mereka semua menatap bingung, apa akan ada hot news lagi kali ini?
Bian menghentikan langkahnya tepat di depan kelas, lalu menatap Priska dengan tajam. Cewek itu dengan tidak ada rasa bersalahnya menatap ke arah Nusa dengan pandangan senangnya.
"Priska, sini lo."
Baiklah, memangnya siapa yang tidak tau dengan sosok Fabian? Mantan kekasih dari seorang primadona di sekolah ini yang notabenenya adalah adik dari El dan juga cucu kesayangan sang pemilik SMA Yudhistira ini. Sosok cowok badboy yang diam-diam banyak penggemarnya juga. Bagi mereka yang bersekolah disini, perpaduan El dan juga Bian tidak dapat di lewatkan begitu saja. Bedanya El dingin, dan Bian terkesan sangat mengintimidasi.
Priska menaikkan sebelah alisnya. "Emang kita punya urusan ya, Bian?" Tanyanya dengan sedikit mendengus.
Bian menoleh ke arah Nusa, terlihat cewek itu yang diam saja dengan semakin menundukkan kepalanya.
"Lo emang gak punya masalah sama gue, Ka. Tapi lo punya masalah sama Nusa. Cepet minta maaf."
Semua orang yang berada di kelas ini diam saja. Tidak ada yang berani membuka suara. Bahkan Mario dan Reza yang biasanya bertingkah seperti kapal pecah pun tengah menyimak kejadian yang tersuguh di depan mata. Kata mereka berdua sih seperti sedang menonton sinetron.
"Gak, dia yang salah." Sanggah Priska sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"Kalau gitu, lo gue kick dari Venthuno."
Priska membelalakkan matanya. "Enak aja lo!"
Bian menaikkan senyum miringnya. "Gue ketuanya, mau apa lo?"
"Ck." Priska berdecak. Lalu menatap El dengan tatapan memohon. "El, bantuan aku El. Tuh si cewek kecentilan itu buat Bian mau keluarin aku dari Venthuno."
El memutar bola matanya. "Gak, urus aja sendiri."
Nusa yang sedari tadi hanya diam pun langsung saja mendongakkan kepalanya. Dan saat itu juga, kedua manik matanya langsung beradu dengan milik El. Ia tersenyum tipis, lalu memutuskan untuk menoleh ke arah Bian. Ia melepaskan genggaman cowok itu. "Bian, kayaknya Nusa hari ini ada urusan mendadak deh. Nusa mau izin pulang dulu ya, dadah." Bisiknya sambil tersenyum manis. Tanpa mendengarkan ucapan Bian selanjutnya ia berlari meninggalkan kelas.
Bian berjalan ke arah Priska lalu menatap cewek itu dengan sinis. "Lain kali jangan semaunya, Ka. Masih banyak orang yang punya derajat lebih tinggi daripada lo tapi bisa bersikap dewasa." Ucapnya sambil mendorong pundak Priska dengan kasar.
El yang melihat hal itu langsung berdiri dari duduknya. "Gak usah kasar sama cewek."
Bian berdecih. "Tau apa lo tentang Nusa yang disiram satu ember penuh air dingin ke badannya sama nih cewek? Tau apa lo?!"
Dengan rasa kesal yang sudah melanda hati, akhirnya Bian berjalan pergi meninggalkan ruang kelas ini. Ia menengok ke kanan dan ke kiri. Berusaha mencari jejak Nusa walau ia tau hal itu pasti mustahil.
"Gara-gara nenek lampir nih."
Ia mengacak rambutnya kesal. Sambil menatap tas dengan gantungan benda-benda galaksi yang menjadi daya tariknya saat ini.
Sedangkan Nusa, kini cewek itu sudah berhasil keluar dari sekolah. Tidak izin kepada siapapun, ya dia bolos sekolah. Anggap saja dia cewek yang lemah, tapi memangnya siapa yang ingin berada di posisinya seperti ini?
Dengan langkah gontai, dan air mata yang sudah mengering di pipinya, ia memeluk tubuhnya sendiri merasakan udara pagi yang menerpa dirinya. Tanpa ia sadari, tas kesayangannya masih berada pada Bian. Ah kenapa dirinya selalu merepotkan banyak orang?
Dengan perasaan bodo amat, ia segera membuka ponselnya, memesan ojek online untuk membawanya ke rumah. Ia bahkan tidak peduli jika nanti Rehan memarahi dirinya karena bolos sekolah.
Setidaknya, ia ingin beristirahat satu hari saja.
Lagipula, dengan begini kesialannya akan terhenti, bukan? Ya mudah-mudahan seperti apa yang ia harapkan.
Tidur terlarut malam.
Mengantuk.
Berangkat bersama El.
Dan di Bully Priska.
Baiklah sepertinya sudah cukup untuk hari ini.
...
Next chapter
❤️❤️❤️❤️❤️Kalau kalian diposisi Nusa itu gimana perasaan kalian sih? Jadi anak baru belum tau apa-apa tapi tiba-tiba jadi bahan omongan karna deket sama cowok populer.
Yuk, jangan bosen ya nunggu next nya
Happy reading
Enjoy
❤️🤞🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
ELBARA [TERSEDIA DI WEBNOVEL]
Novela JuvenilDI TERUSKAN KE WEBNOVEL DENGAN JUDUL 'ELBARA : MELTS THE COLDEST HEART' terimakasih guys, love you all! "Gray describes my life before you come." Elbara Geofano Adalard Satu-satunya penguasa sekolah yang memiliki sifat dingin dan tidak tersentuh, ke...