Dua puluh dua

393 34 10
                                    

Nusa berguling ke kanan dan ke kiri dengan perasaan bosan yang di landa kuat. Sebenarnya ia tidak ingin membolos, tapi tidak ada pilihan yang jauh lebih baik, bukan? Memangnya siapa yang ingin di perlakukan seperti itu? Ah baiklah, lebih baik tidak perlu diingat kembali, hanya membuat hatinya berdenyut perih.

Ia menyalakan speaker kecil yang berada di kamarnya, terus menerus memutarkan lagu barat sebagai pengisi kesunyian.

"Kak Rehan marah gak ya?"

"Nanti Nusa gak di kasih makan siang nih jangan-jangan."

"Eh tapi kan Kak Rehan gak jahat kayak Bara."

"Apaan kata lo?"

Pada detik itu juga, Nusa langsung menegakkan tubuhnya. Ia melihat El yang sudah berdiri tepat di pintu kamarnya sambil menyilangkan kedua tangan di depan dadanya. Menatap dirinya dengan tatapan dingin yang terasa sangat mengintimidasi, astaga sangat membuat dirinya takut.

"Eh, Bara? Kok ada disini?" Ucap Nusa dengan gugup sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia benar-benar ingin menghilangkan diri saja dari muka bumi karena sudah terlewat malu.

"Pikun lo."

Nusa melihat El yang melangkah mendekati dirinya, wajah cowok itu selalu menjadi daya tarik bagi dirinya. "Eh, siapa yang izinin kamu buat masuk ke kamar aku?" Ucapnya dengan pipi yang menggembung lucu.

Terlihat El yang menaikkan sebelah alisnya, lalu menggeleng kecil melihat tingkah aneh yang ditunjukkan Nusa. "Gak jelas lo." Ucapnya sambil menaruh tas milik Nusa di atas kasur, tepat di samping cewek itu.

"Eh? Iya aku lupa kalau nyuruh kamu buat bawain tas aku." Ucap Nusa sambil meringis kecil, astaga kenapa dirinya menjadi pelupa seperti ini?

"Hm."

Nusa membenarkan letak tasnya ke kasur bagian lain, lalu menatap tubuh atletis El yang masih berdiri menatap ke arahnya dengan tatapan dingin. "Kamu gak mau duduk? Nanti pegal loh, aku gak jago pijat."

"Iya."

Ia melihat El yang sudah duduk di tepi kasurnya. "Lo gak apa-apa?" Tanya cowok itu menatap ke arah dirinya dengan sebelah alis terangkat.

Nusa terkekeh kecil, astaga akhirnya ia bisa melihat ekspresi lain yang di tunjukkan oleh El. "Gak apa-apa, emangnya aku kenapa?"

"Lo bolos."

"Ya terus?" Tanya Nusa sambil mengusap lengannya dengan pelan. Ia merasakan hawa dingin saat El mulai memasuki kamarnya, entahlah ini hanya perasaannya saja karena mungkin merasa takut dengan cowok itu.

"Punya keberanian apa lo sampai bolos?"

"Hah? Ak--aku, gak tau, maaf." Ucap Nusa yang sudah kebingungan menjawab pertanyaan El. Ia mulai menundukkan kepalanya.

Terdengar El yang menghela napasnya, hal itu mengakibatkan degup jantungnya yang semakin di pompa dengan cepat.

"Lo kenapa?"

Satu pertanyaan itu lolos begitu saja dari mulut El. Dengan rasa tidak percaya, Nusa mendongakkan kepalanya, menatap wajah El yang kini masih terlihat tampan walau sudah hampir seharian berada di sekolah. "Bara nanya sama aku?"

"Sama angin."

"Oh... Kirain sama aku."

El menatap lurus kedua bola mata Nusa dengan perasaan sedikit jengkel. "Gue nanya lo."

Lagi dan lagi, degup jantung Nusa terasa berdetak tidak karuan. "Oh tadi aku bolos karena mau bolos."

Tunggu, alasan seperti apa itu? Nusa merutuki kebodohannya di dalam hati. Bagaimana ada cewek lugu seperti dirinya yang ingin membolos?

ELBARA [TERSEDIA DI WEBNOVEL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang