Tujuh belas

403 42 8
                                    

Satu sekolah heboh berbondongan lari ke arah area parkir. Sosok yang paling ditunggu-tunggu akhirnya datang, tapi kali ini membawa berita heboh yang menggemparkan para murid.

"ANAK BARU BERANGKAT SEKOLAH BARENG EL!"

"WAH JANGAN-JANGAN MEREKA UDAH GAJIAN!"

"JADIAN, SARAP."

"KEREN JUGA TUH CEWEK BISA NAIKIN MOTORNYA COWOK YANG JADI IDAMAN SATU SEKOLAH!"

"OMG, GAK KUAT MASIH PAGI UDAH LIAT BEGINIAN!"

"GILA, BENER-BENER GILA! JANGAN SAMPAI DEH PRISKA TAU HAL INI."

Telat. Di tepi area parkir sudah ada Priska dengan kedua anteknya yang berdiri menatap tidak suka ke arah Nusa yang kini sedang di bantu turun dari atas motor besar milik El.

"Perlu dikasih pelajaran kayaknya." Gumam Priska menatap Disty dan Nika secara bergantian.

Dua orang yang selalu menemani Priska dari kelas awal masuk ke sekolah ini. Mereka juga mengambil andil dalam setiap pembullyan yang Priska lakukan. Ibaratnya, mereka adalah kaki tangan cewek dengan obsesi tingginya terhadap El. Tanpa mereka berdua, Priska bukanlah apa-apa karena tidak ada yang membantu perlakuan seenaknya dalam membully.

Kembali ke Nusa dan El.

Nusa meniup poninya yang berjatuhan ke wajahnya. Ia menyalakan El karena tidak membawa helm lain untuk dirinya pakai, dan sepertinya salahnya juga terlalu grogi saat El berada tepat di rumahnya tanpa mengingat mengambil helm miliknya terlebih dahulu.

"Berantakan."

El mengambil sebuah sisir kecil yang biasa ia taruh di dalam saku baju seragamnya. Ia membawa sisir itu ke rambut halus yang menjuntai kebawah milik Nusa. Berkat dari tindakan El ini mengundang banyak perhatian dan pekikan tidak tertahan dari banyak murid.

"Sorry." Gumam El. Ia langsung saja membenarkan letak tasnya, lalu berjalan meninggalkan area parkir dan juga Nusa yang masih mematung di samping motornya.

Nusa mengerjapkan kedua matanya, lalu tersadar dengan keadaan sekitar yang kini dirinya menjadi pusat perhatian semua orang. Ada yang menatapnya tidak suka, sinis, bahkan ada juga yang terang-terangan mengejek dirinya.

"Dateng sama El ya, Sa?"

Nusa melihat Mario yang berjalan ke arahnya. Terlihat cowok itu membawa bola basket di genggaman tangan kanannya.

"Eh Rio, iya nih, kenapa?"

"Kenapa lo bilang, aduh Nusa mati deh lo di serbu sama penggemarnya El."

"Ih kenapa sih emangnya gak boleh?"

"Bukan gak boleh, tapi lo itu pantesnya berangkat sama gue. Mario tampan sejagat raya."

Mario terlihat memukul dadanya dengan gerakan pelan, ia seperti membanggakan dirinya dengan ucapan yang sama sekali tidak berbobot itu.

"Kepedean kamu." Ucap Nusa sambil terkekeh kecil, ia membenarkan letak dasinya lalu menatap Mario kembali dengan seulas senyuman. "Reza mana?"

"Tadi dia boker dulu di rumahnya, ya gue tinggal aja lah. Males banget gue nungguin orang boker."

Mereka mulai berjalan meninggalkan area parkir dengan Mario yang terus-menerus melayangkan tatapan sinis untuk para siswi yang secara terang-terangan mengejek Nusa. Membuat cewek itu sedikit menundukkan kepalanya.

"Tuhkan, tadi El sekarang Mario, besok siapa lagi, Reza?"

Nusa mengangkat kepalanya, menatap Mario dengan sorot mata yang sebentar lagi akan mengeluarkan kristal bening dari pelupuk matanya. "Mario, aku mau ngambil buku dulu di perpustakaan, nanti tolong izinin pelajaran pertama ya. Dadah."

ELBARA [TERSEDIA DI WEBNOVEL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang