ix

6.5K 1.1K 46
                                    

Hari ini hari minggu, tapi Eunwoo sudah bangun padahal baru pukul 8. Biasanya, dia masih tertidur sampai pukul 12. Laki-laki itu berdiri di depan gedung gramedia, menunggu seseorang.

"Eunwoo!"

Siapa lagi kalau bukan Rosé.

Rosé tersenyum cerah, menghampiri Eunwoo dengan langkah yang kelewat semangat. "Selamat pagi! Aku tidak menyangka kau mau menemaniku, sungguh."

Eunwoo tidak merespon, dia berjalan masuk ke gedung lebih dulu, membuat Rosé memekik. "Tunggu! Astaga!"

Mereka memasuki gramedia dengan Rosé yang melihat ke sekutar takjub dan Eunwoo yang tidak terllau peduli. Tidak terlalu ramai, tangan Eunwoo bertengger manis pada bahu Rosé.

"E-eh, tanganmu ...."

Eunwoo tidak menjawab, dia mengelus kupingnya yang memerah. Lihatlah, mereka seperti orang bodoh, tiba-tiba canggung dengan wajah memerah dan jantung tidak terkontrol.

Tujuan mereka kesini adalah utmuk membeli kamus SIBI. Rosé mendapati banyak kesulitan mempelajari bahasa isyarat, jadi daripada tanggung, dia ingin langsung membeli kamusnya, semua demi agar bisa berbicara lancar dengan Eunwoo, juga Yeji dan Hyunjin.

Oh, kira-kira bagaimana reaksi Rosé saat tahu Eunwoo hanya berbohong?

Mereka berdua saling diam saat sedang memilih kamus SIBI, sampai akhirnya Rosé bertanya, "bagaimaja dengan yang ini?"

Eunwoo mengangguk singkat. Setelah memilih, mereka jalan ke kasir berdua. "Kau tidak ingin membeli buku lain?"

Eunwoo menggeleng.

"Kalau kau bingung mau beli buku apa, aku ada rekomendasi novel. Atau kau mau komik? Aku tahu yang bagus."

Eunwoo menggeleng lagi.

"Kau sungguh tidak suka membaca? Atau malas?"

Eunwoo menarik tangan Rosé, lalu jarinya membuat tulisan diatas telapak tangan Rosé. 'Aku lebih suka mendengarkanmu bercerita, dibanding membaca.'

Wajah Rosé memerah. "I-iyakah? Kalau begitu kau mau mendengarkanku bercerita tentang novel kesukaanku? Aku yakin kau pasti akan suka alurnya juga, novel thriller."

Eunwoo mengangguk. Mereka membayar kamus Rosé. "Baiklah, besok aku ceritakan, ya. Jangan tertidur!"

Setelah membeli kamus, mereka memutuskan untuk makan, karena masih terlalu pagi untuk pulang, lagipula keduanya free. "Kau mau makan apa, Eunwoo?" tanya Rosé, mereka sedang berjalan di mall, di kantai 3 tempat semua restaurant berada, dengan kedua tangan Eunwoo yang memegang 2 porsi roti bakar yang baru mereka beli, masih panas jadi belum dimakan.

Eunwoo mengedikkan bahu.

Tatapan Rosé terfokus pada Wajah Eunwoo saat dia kembali bertanya, "fastfood? Atau makanan cina? Korea? Lokal?"

Eunwoo mengedikkan bahu lagi, membuat Rosé menghembuskan napas kesal. "Kau terlalu pendiam ... bagaimana kalau makanan cina? Aku sedang ingin dimsum."

Eunwoo mangangguk.

"Imperial kitchen ada di lantai 2, apa kau— eh, jangan jilat bibirmu!" pekik Rosé saat Eunwoo menjilat bibirnya yang kering. Rosé segera menganbil lipbalm dari tas-nya, dia selalu siap lipbalm kemanapun.

"Menjilat bibir yang kering hanya membuatnya makin kering, ini pakai."

Bukannya menyerahkan salah satu roti ke Rosé supaya bisa pakai lipbalm, Eunwoo malah menundukkan badannya, mempersilahkan Rosé untuk mengoleskan lipbalm pada bibirnya. "Eh? Mau aku pakaikan?"

Eunwoo mangangguk.

Rosé mengoleskan lipbalm itu pada bibir Eunwoo, mata laki-laki di depannya fokus pada kedua belah bibir Rosé, lalu bergerak cepat mengecupnya.

Chu

"Astaga!"

Eunwoo tersenyum lebar sampai matanya berbentuk bukan sabit, menegakkan badannya lalu melangkah lebar menjauhi Rosé yang sudah memerah, kuping Eunwoo pun tidak kalah merah.

"Eunwoo!!!"

Yah, biarkan saja 2 sejoli itu kejar-kejaran di mall, tidak peduli tatapan orang disekitarnya.

𝐌𝐮𝐭𝐞❜🍡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang