Part 1 - Forget Me Not

458 45 2
                                    

Riley, ini Vanessa. Bisa kita bicara? Hubungi aku secepatnya.

Riley menghapus pesan tersebut dengan kesal. Sudah tiga kali Vanessa meninggalkan pesan yang sama. Sudah tiga kali pula Riley menghapusnya. Dia baru saja pulang dari misi pelayaran perdamaian bersama kapal Royal Navy, Queen Ivana. Seluruh Ottoka Raya akan menutup Pesta Rakyat yang telah berlangsung selama satu bulan penuh di awal musim semi ini. Cuaca sangat indah. Riley tidak ingin Vanessa merusaknya, walau sekadar dalam bentuk suara.

Dipandanginya jalanan Ottoka dari dinding kaca apartemen. Persiapan penutupan Pesta Rakyat sedang berlangsung meriah. Mereka akan mengadakan karnaval yang penuh bunga. Kuncup-kuncup indah yang terlindung dalam rumah kaca selama musim dingin, sekarang memberikan persembahan spektakuler dengan bermekaran di sepanjang negeri. Toko-toko bunga terbaik menyediakan pasokan yang cukup untuk karnaval. Tentu saja semua dibeli dengan sponsor dari kerajaan.

Riley menuang kopi lalu kembali duduk di sofa. Dia menyalakan televisi. Di hari liburnya ini, tidak ada begitu banyak acara yang bagus. Lagipula, siang hari bukanlah waktu tayang siaran utama. Rata-rata siaran ulangan berseliweran pada jam ini.

Riley terus mencari kanal dengan acara yang cukup bisa dianggap menarik. Tiba-tiba sebuah wajah menarik perhatiannya. Riley tertawa kecil. Dia meletakkan pengendali jarak jauh, terpaku pada tayangan tersebut, atau lebih tepatnya, terpaku pada seseorang di sana.

Saluran itu menayangkan kembali acara Memasak Bersama Ratu Ivana yang sempat mengudara saat Riley berada dalam misi pelayaran. Riley menikmati kehadiran sosok di televisi itu, yang didapuk untuk membuat iga bakar khas Ottoka, lengkap dengan saus daging yang menggugah selera.

"Jadi, Yang Mulia Ratu," kata si Pembawa Acara dengan penuh hormat. "Apakah menu ini menjadi salah satu favorit keluarga istana?"

"Tentu saja," jawab Ivana riang sekaligus anggun dan penuh wibawa. "Iga bakar seperti ini selalu mengingatkan kita semua dengan rumah, dengan Ottoka Raya yang sangat kita cintai. Menu ini selalu ada dalam hidangan istana."

"Anda luar biasa, Yang Mulia." Pembawa acara itu menoleh ke kamera. "Kita semua sangat berterima kasih pada Yang Mulia Ratu Ivana, yang telah bersedia datang ke acara ini. Di antara jadwal beliau yang padat ..."

Riley tersenyum. Ivana tidak sekadar beretorika. Dia benar. Iga bakar khas Ottoka selalu ada dalam gala dinner kerajaan, menjadi kesukaan para tamu berikut keluarga kerajaan. Riley tidak lagi mendengar perkataan si Pembawa Acara. Dia terpaku pada Ivana yang selalu tampil cantik dengan mata berkilau cerdas. Celemek yang digunakannya justru membuat Ivana bertambah anggun. Riley berani bertaruh celemek seperti itu telah naik harga untuk saat ini.

"Ottoka beruntung memiliki anda, Yang Mulia," kata Riley pada televisi. "Aku beruntung bisa mengabdi padamu ... Ivy." Dia kemudian malu sendiri karena merasa lancang dengan panggilan tersebut. Dan aku masih jatuh cinta, begitu saja.

Pesawat telepon di meja sudut kembali berdering. Mesin penjawab segera beraksi.

Halo, di sini Admiral Howard. Untuk saat ini saya sedang tidak bisa mengangkat panggilan. Silakan tinggalkan pesan setelah ini.

Riley, ini Vanessa. Tolong, telepon aku lagi secepatnya.

***

"Baron Ward tidak mempertanyakan keberadaan istrinya, Yang Mulia. Tidak secara langsung. Sementara Lord Emery ..."

"Saya mengerti," potong Ivana. "Ada lagi, Commander?"

Sterling menggeleng. "Tidak di luar yang tertera pada dokumen, Yang Mulia. Kita harus sedikit waspada. Ladang-ladang minyak menjadi sumber pergolakan negara-negara di bagian utara akhir-akhir ini. Kita tidak ingin konflik memanas."

"Terima kasih, Commander." Ivana mengangguk pada kepala intelijen itu. "Tetap selesaikan apa pun tanpa suara, tanpa keributan."

"Dimengerti, Yang Mulia." Sterling memberi hormat lalu menghilang di salah satu dinding kantor Ivana, terus menelusuri lorong rahasia, menuju kantornya sendiri untuk menjalankan tugas.

Ivana memandangi jendela. Dia telah belajar mengeraskan hati. Ayahnya akan menjalani hukuman mati karena terbukti melakukan percobaan pembunuhan terhadap Bastian. Ratu Eugenie memilih untuk tetap berada di istana musim dingin, masih menolak untuk pulang ke Ibukota. Ivana, Bastian dan seluruh istana sedang bersiap untuk gala dinner besok malam bersama Royal Navy, pejabat negara, Dewan Kerajaan serta para duta besar. Dari sebagian hati yang menjadi dingin, Ivana bersyukur masih ada seseorang yang mampu menghangatkan.

"Masuklah, Yang Mulia," kata Ivana tersenyum. "Aku tahu kamu di sana."

"Astaga ..." Bastian muncul dari salah satu pintu kamuflase di dinding. "Kamu benar-benar berbahaya, Ivy," katanya kagum. "Kamu menyadari keberadaanku di sana."

"Dan bunga itu pasti untukku." Ivana tersenyum manis. "Kamu muncul di rumah kaca dan mengambil Forget Me Not tanpa permisi, Bas."

"Untuk ratuku dan keseruan mengambil bunga ini tanpa ketahuan, aku rela melakukannya." Bastian menyerahkan satu buket Forget Me Not yang sangat indah pada Ivana. "Selamat Musim Semi."

Ivana tertawa. Dia berdiri dari belakang meja kerja lalu mengambil vas. "Kamu mengatakannya tiap hari, Yang Mulia. Herannya, aku tidak merasa bosan."

Bastian duduk di kursi Ivana. Ditatapnya istrinya itu dengan serius. "Kamu sedang gelisah. Betapa pun aku berusaha mengalihkan, kegelisahan itu tidak akan hilang. Aku tahu penyebabnya, Ivy. Tapi ..."

"Hukumannya tetap sama dengan seluruh perencana pembunuhan di negara ini, Bas," potong Ivana tegas. "Jangan khawatir."

"Beliau menyesal, Ivy. Aku baru saja menemuinya di penjara. Lord Emery tidak menyentuh makanannya sama sekali. Mungkin beliau memilih untuk mati kelaparan sebelum dieksekusi." Bastian menghela napas. "Pengadilan telah diselenggarakan. Semua sesuai prosedur, Ivy. Aku ..."

"Jangan lemah karena aku, Bas." Ivana mengatupkan rahang. "Lady Madelaine dan Dokter Killian Abbey juga telah ... aku mohon, jangan lemah, Yang Mulia."

"Tidak akan, Ivy." Bastian berdiri lalu memeluk Ivana erat-erat. "Tapi, aku juga sudah memutuskan bahwa kamu tidak akan diberitahu mengenai hari eksekusi berikut jam dan tempat pelaksanaan. Anggap kasus ini selesai ... tanpa suara."

Ivana mengangguk. Dia balas memeluk Bastian. "Keputusanmu, Yang Mulia. Aku ikut saja." Dipandanginya Bastian dalam-dalam. "Dan Ibu?"

"Biarkan beliau merenung dulu. Kurasa Ibu hanya sedikit kesal atau merasa bersalah karena Vanessa. Jika Ibu belum juga kembali dalam waktu enam bulan, kita akan minta tolong pada seseorang yang bisa membawa beliau pulang."

"Oh, ya? Siapa yang ucapannya begitu didengar oleh Ibu?"

"Perdana Menteri Howard."

***

The Queen 2: Her MajestyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang