Daisy masuk ke ruang rias lalu memberi hormat. "Semua sudah diatur sesuai instruksi anda, Yang Mulia," lapornya. "Parade akan dimulai satu jam lagi."
"Terima kasih, Daisy," angguk Ivana. Dia tersenyum puas pada riasan dan gaun yang dikenakan. Rachel dan Kelly telah bekerja dengan baik untuk membuat ratu mereka tetap memukau. "Aku rasa kita semua sudah siap."
"Yang Mulia Raja sendiri yang akan menjemput anda ke ruangan ini nantinya," lanjut Daisy. "Beliau sudah dalam perjalanan."
Sekali lagi Ivana menatap dirinya di cermin. Dia tersenyum. Bukan pakaian mewah atau riasan modern yang membuatnya bersinar. Mendengar nama Bastian saja sudah cukup untuk mencerahkan hari, membuat wajah Ivana merona dengan sendirinya. "Kalau begitu, saatnya menunggu."
Mereka akan menutup Pesta Rakyat dengan parade bunga musim semi. Bastian dan Ivana akan berkeliling ibukota dengan kereta kerajaan diiringi parade Royal Military, lengkap dengan pasukan berkuda dan infanteri. Parade ini akan disiarkan langsung oleh seluruh stasiun televisi Ottoka Raya. Pakaian Ivana saat ini jelas akan menjadi sorotan, lengkap dengan mahkota yang tidak boleh ketinggalan.
Pintu diketuk. Oliver, asisten pribadi Bastian datang dan memberi hormat. "Selamat pagi, Yang Mulia Ratu Ivana. Yang Mulia Raja Bastian dari Ottoka telah datang untuk menjemput anda."
Ivana mengangguk. Dia segera berdiri diikuti semua orang. Oliver kembali memberi hormat saat Bastian memasuki ruangan. Raja itu tersenyum begitu melihat Ivana. Tanpa banyak kata, Bastian mengulurkan tangan. Ivana menyambut dengan hangat. Keduanya bergandengan meninggalkan ruangan, siap untuk menghadiri parade penutupan Pesta Rakyat.
Semua yang hadir di ruangan terkesima, saling pandang lalu tersenyum. Meski tanpa kata, mereka bisa merasakan atmosfer perasaan Bastian terhadap Ivana yang terlihat jelas dari tatapannya. Seorang raja yang mencintai ratunya, secara tidak langsung memberikan perasaan terlindungi bagi rakyat. Mereka yakin keduanya akan melakukan apa pun agar negara ini tetap berjaya, termasuk menjamin kemakmuran penduduknya. Sejauh ini, Ottoka adalah negara surplus tanpa utang, tanpa pengangguran dan tanpa rakyat terlantar. Kesejahteraan dijamin lewat lowongan pekerjaan yang tersedia cukup. Ottoka justru adalah negara pemberi pinjaman pada negara lain.
Sementara Ivana yang melangkah di samping Bastian merasakan genggaman yang tidak biasa. Dia menoleh sejenak dan melihat suaminya sedang berusaha tersenyum pada semua orang. Sesuatu mengganggu pikiran Bastian, tapi Ivana belum boleh bertanya. Mereka terus melangkah menuju area depan istana, tempat kereta kerajaan telah menunggu.
"Silakan, Yang Mulia," kata sais kereta kerajaan. "Parade akan segera dimulai," lanjutnya dengan hormat.
Bastian menolong Ivana naik ke kereta, kemudian menyusul duduk di samping istrinya. Kereta mulai bergerak ke arah gerbang. Para pengawal berkuda mengiringi. Begitu gerbang terbuka, Ivana dan Bastian melihat pasukan Royal Navy, Royal Army dan Royal Air Force yang akan ikut berparade telah siap dalam barisan. Kereta kerajaan masuk ke dalam iring-iringan.
Parade pun dimulai. Media meliput peristiwa itu. Rakyat Ibukota berkumpul di pinggir jalan, menyaksikan raja dan ratu yang mereka cintai melambai dengan senyum yang tidak pernah putus. Mereka balas melambai sambil mengacungkan bendera Ottoka. Parade itu meriah. Pesta Rakyat resmi ditutup. Riley di atas kuda tidak kuasa untuk tidak memandangi Ivana yang berada dalam kereta di depannya. Semoga Raja dan Ratu berumur panjang.
***
"Hilang?" Ivana terkesiap. "Segel kita hilang?" Dia mondar-mandir dalam kamar. Mereka sedang beristirahat menjelang gala dinner. "Bagaimana bisa?"
"Bukan segel utama kerajaan, tapi segel resmi milik Royal Navy," jelas Bastian. "Segel itu diketahui hilang pagi ini sebelum parade. Kita tidak bisa mengumumkannya begitu saja. Kolonel Meyer sudah dalam penyelidikan. Kemarin sore menjelang malam, segel itu masih ada di tempatnya."
Ivana menerawang nanar. "Ini berbahaya, Bas. Seseorang bisa menyalahgunakan segel itu untuk membuat dokumen atas nama Royal Navy."
"Tidak sepenuhnya, Ivy. Segel mana pun tetap tidak berlaku tanpa segel kerajaan dan tanda tanganku," lanjut Bastian. "Tapi ini adalah peringatan soal kemungkinan penyusup, mata-mata atau ancaman yang lebih buruk."
"Aku akan hubungi Sterling," kata Ivana lagi.
"Menurutmu Sterling belum tahu? Dia kepala intelijen, Ivy. Dia tahu segalanya dan sudah bergerak bersama Kolonel Meyer." Bastian menghela napas. "Kita harus tetap tenang. Jangan sampai ada pihak asing yang tahu bahwa segel surat resmi Royal Navy hilang. Bahkan Oliver, asistenku sendiri tidak tahu perkara ini."
"Bersikap tenang ..." gumam Ivana sambil memandangi jendela. Dia memejamkan mata lalu menarik napas dalam-dalam. "Menjadi seorang ratu berarti harus mampu bersikap tenang dalam kondisi hati paling tidak tenang sekali pun. Jangan khawatir, Bas. Aku ahlinya bersikap tenang. Aku bahkan cukup tenang saat kamu nyaris kehilangan nyawa."
Mau tidak mau, Bastian tersenyum. "Bagaimana aku tanpamu, Ivy?"
"Kamu tidak akan baik-baik saja, Bas. Seperti aku tanpamu." Ivana memandangi jam dinding. "Kita harus bersiap untuk gala dinner sekarang. Ibu memutuskan untuk tidak datang. Kita harus menghormati keputusan beliau. Aku harus lebih mengamati tindak-tanduk para tamu nanti. Mungkin saja salah satu di antara mereka pelakunya. Riley tahu?"
"Mungkin saja," jawab Bastian. "Kami belum bicara. Dia adalah salah satu petinggi Royal Navy. Mungkin sudah dapat berita. Aku akan bicara dengannya nanti. Lebih tepatnya, dengan seluruh petinggi Royal Navy. Kenapa bisa luput begini?"
"Jika segel Royal Navy bisa dicuri, segel-segel yang lain berada dalam bahaya, termasuk segel kerajaan," lanjut Ivana. "Kurasa, saatnya mengamankan segel-segel yang lain."
Bastian tersenyum. "Kurasa, kamu punya ide."
Ivana tertawa. "Semoga bisa bekerja seperti yang diharapkan."
Bastian memeluk Ivana erat-erat, mencium keningnya lalu meninggalkan kamar sambil mengedipkan mata. "Aku jemput kamu nanti, Ivy. Berdoalah agar aku tidak pingsan melihat kecantikanmu."
"Kamulah yang akan membuatku pingsan, Bas," balas Ivana. "Aku tunggu kedatanganmu, Yang Mulia."
"Pasti, Yang Mulia." Bastian menutup pintu. Mereka harus mempersiapkan diri untuk malam ini, tidak hanya fisik, melainkan juga strategi.
Ivana beranjak menuju kamar mandi. Dinyalakannya keran air panas dan mulai mengisi bathup. Dia butuh berpikir sebelum bersiap. Diambilnya ponsel yang hanya boleh digunakan untuk lingkup istana. "Daisy," panggilnya. "Sampaikan pada Rachel dan Kelly, aku akan ada di ruang rias dalam waktu empat puluh lima menit."
"Baik, Yang Mulia," sahut Daisy di seberang.
Ivana menutup telepon. Dia menuang bubble bath lalu mulai berendam dalam air hangat. Suasana yang rileks membuat otak Ivana terbebaskan. Beberapa menit kemudian, Sang Ratu telah memiliki rencana.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Queen 2: Her Majesty
Romance©anita-daniel (2020). Karya ini dilindungi oleh UU Republik Indonesia No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Segala bentuk penjiplakan, pencatutan, penggandaan dan pendistribusian tanpa ijin akan dipidanakan. *** [ON GOING] Ini adalah buku ke 2 seri...