08

999 99 4
                                    

Disclaimer: sebagian karakter milik PMame sebagian milik author @withmg atau saya 🤭
.
.
.
Part 8
.
.
.
Tehno duduk didepan Type dengan wajah prihatin. Sejak setengah jam yg lalu, sahabatnya ini bercerita banyak hal. Tentang mimpinya selama ini. Tentang Tharn, kekasihnya. Dan tentang ia yg barusaja meminta putus dari Tharn. Yg tehno yakini bahwa sahabatnya ini akan bercerita oadanya jika ia mau ternyata benar adanya. Type bercerita tanpa jeda.

"Aku sangat bahagia, No. Sangat bahagia bahwa aku akhirnya bisa menemukannya."

Type menunduk. Memainkan jemarinya yg langsing. Abstrak.

"Aku pikir awalnya hanya aku yg mengalami mimpi itu saja, tapi ternyata Tharn juga bermimpi tentang ku."

Tehno menyesap jus jeruk dihadapannya.

"Tapi dia hanya bermimpi tentang kebahagiaan kami berdua. Bahkan dia bermimpi menikahiku."

"Lalu? Kau malah menyuruhnya pergi, begitu?"

"Tharn hanya bermimpi kebahagiaan saja, No! Tidak rasa sakit yg selama ini aku alami. Aku berpimpi semua hal menderita bersamanya. Kami putus, kami bertengkar. Bahkan saat aku sakit dan akhirnya..."

"Kau sakit?"

"Dimasa lalu."

"Akhirnya... Bagaimana? Katakan yg jelas, Type!"

"Aku sakit. Entah. Tapi aku membaca hadiah surat dari Tharn. Kami sudah menua Tehno! Kita berdua menua bersama. Lalu aku sakit, dan Tharn menyerahkan hidupnya untukku"

Type mulai berkaca kaca. Tak sanggup baginya untuk kembali mengingat mimpi menyakitkan itu.

"Menyerahkan hidupnya... Type. Apa maksudmu?!"

"Tharn... Dia mendonorkan hatinya untukku, No! Dia menyerahkan hidupnya untukku!"

Tehno tak menyangka atas jawaban sahabatnya. Dia tertegun lama sekali. Membiarkan Type mengatur emosinya kembali.

Meskipun kafenya baru buka dan belum ada pelanggan datang, Tehno merasa jika Type manangis disini mungkin Tehno harus kembali menutup kafenya. Mungkin Type hanya butuh orang untuk mendengarkannya.

"Jadi... Kau berpikir, karena kau sakit akhirnya Tharn meninggal? Gara gara kau sakit Tharn pergi meninggalkanmu?"

Type mengangguk. Kini airmatanya telah jatuh walau tak terlalu deras.

"Aku mengerti kenapa Tharn tak bermimpi tentang kesakitan kita berdua. Dia bermimpi hal hal bahagia saja. Mungkin karena hatinya ada dalam tubuhku. Jadi memorinya yg menyakitkan dihatinya kini bersamaku. Ia hanya mengingat tentang kebahagiaan saat pergi meninggalkanku. Dan meninggalkan memori pahit dihatinya."

.
.
.

Tehno tersenyum simpul melihat sahabatnya keluar dari kafenya setelah saling berujar kata nasihat satu sama lain.

"Hati hati" ujar Tehno.

Ia lalu bergegas menghampiri meja yg barusaja dipakai Type untuk makan ---oh, bukan. Hanya untuk merenung---. Bahkan lasagna yg ia pesan tak tersentuh sama sekali. Tehno menghela nafas berat.

Aktifitasnya terhenti saat matanya menangkap sebuah ponsel tergeletak diatas kursi bekas duduk Type.

"Anak itu! Ceroboh sekali".

Tanpa menunggu lama, Tehno berlari mengejar Type yg pasti belum lama meinggalkan kafenya. Benar saja, Type barusaja menyebrang disana bersama wanita itu. Tapi Tehno melihat pemandangan lain dijalan sana. Tharn yg melihat punggung Type. Tharn yg berjalan terpincang menghampiri Type.

THARNTYPE FINALLY TOGETHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang