Planetarium bertuan (Semarang, November 2018)

100 14 6
                                    

jika semua sangkaan kamu benar, maka kamu tidak akan pernah menemukan kejutan sepanjang hidupmu.

Langkahnya sedikit terburu-buru bergerak menuju perpustakaan. Lima belas menit mendatang azan zuhur akan berkumandang, bersamaan dengan itu perpustakaan akan segera ditutup. Kali ini, gadis berjilbab maryam itu berniat mencari buku Tan Malaka untuk dijadikan referensi tulisan. Sayang, ketika langkahnya sudah berada tepat di depan bangunan yang ditutuju, pintu besar berwarna putih itu sudah tertutup rapat. Ia lalu melangkah mendekati deretan kursi di lorong sepanjang perpustakaan. Ditaruhnya tote bag bertuliskan shut up! itu disisi kursi yang ia duduki. Selain mencari buku, sebenarnya gadis itu juga tengah menunggu Hamma, ketua HMJ Islamic Astronomi. Lebih tepatnya menunggu formulir pendaftaran lomba essay yang akan diikuti.

Seorang laki-laki berjalan menaiki tangga koridor. Dari ciri-ciri penampilan, bisa dipastikan ia adalah Hamma. Meski begitu, gadis itu tidak memiliki keberanian untuk menyapa lebih dulu. Mereka belum saling mengenali, bahkan nyaris tidak pernah bertemu sama sekali. Hanya poster foto saat pemilihan ketua HMJ yang pernah ia lihat. Laki-laki berambut ikal pendek itu mengedarkan pandangan ke segala arah sebelum akhirnya terhenti pada sosok perempuan berjilbab navy, langkahnya bergerak mendekati tempat duduk gadis itu.

"Alif, yah?" tanya laki-laki itu.

"Iya, kamu pasti Hamma" setelah disapa, barulah Alif bisa memastikan siapa sosok yang kini berdiri di hadapannya itu.

"Iya, ini nanti diisi sesuai petunjuk aja. Tapi bagian kode sama nomor pendaftaran dikosongi. Nanti kalau masih ada yang ingin ditanyakan langsung hubungi aku aja." Hamma menjelaskan sembari menyerahkan beberapa lembar kertas kepada Alif.

"Iya, terima kasih ya. Nanti saya kabari lagi kalau file sama formulirnya sudah siap"

"Oke, tadinya aku kira kamu itu laki-laki lho. Soalnya nama kamu Alif. Ternyata malah perempuan. Baru kamu lho peserta perempuan di kompetisi ini. Sukses ya," iya tersenyum setelah kalimatnya tuntas. Lesung di pipi kiri membuat senyum itu terlihat sangat manis.

"Banyak yang mengira saya laki-laki karena nama saya Alif. Setelah bertemu baru sadar kalau ternyata perempuan." Alif tersenyum menanggapi pengakuannya. Mungkin sudah tak terhitung lagi berapa banyak orang yang mengira bahwa ia laki-laki karena namanya jarang digunakan untuk perempuan.

"hehe iya sih. Ya udah, aku duluan ya, ada makul sebentar lagi"

Alif menjawab dengaan senyum yang disertai anggukan.

Seusai bertemu Hamma, tujuan Alif selanjutnya adalah Planetarium. Ia harus mengabadikan beberapa gambar di bangunan penting bagi mahasiswa jurusan Islamic Astronomi itu, jurusan yang ia pilih dan ia jalani selama lima semester. Jurusan yang membuat ia bisa dengan mudah mempelajari kebesaran Allah melalui apa-apa yang Ia cipatakan, terlebih yang ada di langit. Lagi-lagi gadis dengan mata sipit itu harus kecewa karena Planetarium ternyata juga sudah tutup sama seperti perpustakaan. Handphone dengan cassing kura-kura ninja itu tiba-tiba berdering. Sebuah pesan singkat dari Shofiya, teman asrama Alif.


Alif, kapan balik?, hari ini jadwal kamu jaga asrama bareng aku. Sebentar lagi anak-anak cowok berangkat jum'atan

Astaghfirullah, Alif menepuk jidatnya pelan. pantas saja perpustakaan dan planetarium tutup lebih awal dibanding hari-hari biasannya, ternyata ini Hari Jumat. Ia pun bergegas pulang ke asrama. Ketika penghuni asrama putra berangkat ke masjid untuk sholat jumat, anak-anak putri akan bergantian menjaga asrama. Selain untuk meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan, hal ini merupakan salah satu bentuk ikhtiar untuk menumbuhkan rasa peduli satu sama lain. Sebab, mereka diajari untuk berteman melebihi saudara oleh ustaz Farhan, pemilik Asrama Tahfizul Qur'an YHS.

Tsuroyya; Mengejar Mentari di bawah PurnamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang